Chapter 45

2.5K 91 10
                                    

❇Happy Reading❇

***


Mattew menggeliat dan memicingkan matanya ketika cahaya mengenai netra dari celah jendela. Ia mengerjap lantas tangannya meraba nakas dan mengambil smartphone-nya.

Mattew membenarkan posisi menjadi setengah duduk kemudian ia bersandar di sandaran ranjang. Jemarinya mulai mengutak-atik benda pipih tersebut kemudian menempelkan pada telinganya.

Ia mendengkus pasrah, seseorang yang dihubunginya sama sekali tidak meresponnya, meski sudah berulang kali ia mencoba menghubungi.

"Kenapa kau tidak mengangkat teleponku, Metta. Aku sangat khawatir." Gumamnya pelan.

Ketika akan turun dari ranjang, berniat untuk ke kamar mandi. Ponsel Mattew bergetar, ia cepat-cepat mengambilnya. Ia kira, Metta yang menghubunginya. Ternyata ayahnya.

Kemudian Mattew menggeser ikon hijau pada layar sentuhnya.

"Halo, Pa."

"..."

"Baiklah, Pa."

Mattew meletakkan kembali ponselnya di nakas usai berbicara singkat di telepon dari ayahnya. Kemudian bergegas melakukan ritual mandinya.

***

"Hai, sayang. Masuklah. Papa sudah menunggumu." Sapaan lembut dari bibir Renata membuat Mattew memeluknya. Menyalurkan kerinduan layaknya ibu kandung.

"Aku merindukanmu, Ma. Hanya Mama yang mengerti aku."

Renata tersenyum seraya mengelus punggung Mattew. "Ini sudah kewajiban Mama, aku telah menganggapmu anak kandungku, Matt." Ia mengurai pelukannya, dan mengajak Mattew masuk untuk menemui Andrew.

Andrew berdiri menyambut kedatangan putranya, ia pun langsung mempersilahkan untuk duduk dan Mattew pun langsung mendaratkan bokongnya di sofa.

"Kau ingin minum apa, Nak?" Tawar Renata dengan nada lembut.

"Hm... kopi saja, Ma. Tapi jangan terlalu manis ya." Pintanya lalu tersenyum ke arah Renata.

"Baiklah." Renata berlalu setelah berucap seraya menangguk.

Mattew menunduk tampak gelisah, dan Andrew menyadarinya. "Kau kenapa?" Ucap Andrew menaikkan salah satu alisnya.

"Nothing." Mattew mengedikkan bahunya. "Apa yang ingin Papa bicarakan?" To the point.

Andrew menghembuskan nafas perlahan. "Papa ingin kau kembali ke Thailand."

"Maksud Papa?" Bersamaan dengan itu, Renata datang membawa minuman dan langsung diletakkan di meja. "Thanks, Ma." Ucapnya menoleh Renata ikut mendudukkan tubuhnya.

"Papa akan tinggal di sini bersama Mama, kau yang mengurus Perusahaan di Thailand. Keberangkatanmu dua hari lagi." Ucap Andrew menegaskan.

"Tapi, Pa.. Apa secepat itu?" Mattew nampak tak setuju dengan keputusan Ayahnya. Bagaimana tidak? Apa ia harus meninggalkan Metta? Atau harus mengajak dia ke Thailand? Mattew tidak yakin akan bisa membujuk Metta agar dia mau ikut dengannya dalam waktu hanya dua hari.

"Papa rasa dua hari itu cukup, dan Papa juga sudah mengurus keberangkatanmu. Jadi, kau tak perlu memikirkan mengenai hal itu." Balas Andrew yang sepertinya tak ingin dibantah.

"Minum dulu, sayang." Renata mencoba mencairkan suasana, melihat raut gelisah yang terpeta di wajah Mattew.

Mattew menghela nafas lantas mengangguk. Ia mengambil kopi tersebut lalu menyesapnya. "Hanya itu?" Tanpa menatap Andrew.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang