Chapter 42

2.2K 101 8
                                    

❇Happy Reading❇

***

"Kau menginginkanku, hm?"

Bella tersenyum miring, "Akhirnya kau datang juga, sayang," ucapnya tanpa menoleh ke belakang.

"Jangan sakiti Axel, Bella. Kembalikan dia pada ibunya." Perintah Mattew datar seraya mendekati Bella perlahan.

Bella lantas menoleh ke arah Mattew dengan mengedipkan salah satu matanya. "Baiklah, sayang. Aku juga sudah muak dengan tangisan monster kecil ini."

"Jaga ucapanmu!" Bentak Azka, ia merasa geram mendengar Bella terus mengucapkan kata-kata kasar untuk anaknya.

"Oops.. sorry, dude. Aku ralat menjadi malaikat kecilmu. Hahaha...." Bella tertawa keras. "Aku kembalikan anakmu!" Bukannya menyerahkan Axel secara baik-baik, namun Bella mengayunkan Axel hingga tubuh mungil itu melayang.

"TIDAAAKKKK!!!" Spontan semua berteriak dengan kencang, ketika melihat Bella memperlakukan Axel seperti itu.

Kedua kaki Alice melemas, ia tak sanggup menopang tubuhnya hingga berlutut di hamparan rumput. Namun, keberuntungan selalu memihak. Mattew dengan sigap menangkap Axel dan mendekapnya. Mattew menatap keponakannya, memastikan bahwa Axel baik-baik saja.

Tak ada luka segores pun di tubuh mungil Axel, lalu Mattew segera menyerahkan Axel pada Azka.

"Kau benar-benar wanita licik, Bella!" Bentak Azka dengan amarah yang meluap-luap. Ia memeluk Alice sambil mengendong Axel. Jika saja Bella adalah seorang pria, ia pasti akan menghajarnya. Walaupun di tangannya ia membawa senjata api.

"Iya aku licik, aku jahat. Aku sangat membenci kalian, kecuali Mattew." Balas Bella meninggikan suaranya.

"Cukup! Aku mohon Bella. Jika kau ingin aku mati. Silahkan bunuh aku sekarang. Aku sudah bosan dengan semua ini. Aku ingin tenang." Metta berkata lantang.

Bella tersenyum sinis, "Kau yang meminta, dengan senang hati aku akan turuti keinginanmu." Ia mengarahkan ujung pistol tersebut tepat pada Metta. "Bersiaplah kau menikmati kematianmu, Metta."

"JANGAN!" Teriak Tristan dan Mattew bersamaan.

"Uhh... kalian begitu kompak. Tapi itu tak mengurungkan niatku, kali ini aku tidak akan gagal membunuh Metta." Bella mulai menarik pelatuknya perlahan. Dan Metta pun memejamkan kedua matanya seraya mengepalkan kedua tangan.


DOORRR!!!


Peluru itu melesat tepat mengenai sasarannya. Metta masih memejamkan kedua matanya. Tapi aneh, ia sama sekali tidak merasakan sakit ketika timah panas itu ditembakkan ke arahnya. Apakah saat ini arwahnya telah meninggalkan badan kasarnya? Sehingga Metta tak merasakan peluru itu menembus tubuhnya.


Brukk..

Metta terperanjat ketika mendengar tubuh seseorang ambruk tepat di depannya. Saat membuka kedua mata, bulir-bulir bening itu langsung menetes.

"Tristan.. tidak... kau__" Metta membekap mulutnya, ia tak sanggup berucap lagi.

Di sisi lain, bersamaan dengan tubuh Tristan yang ambruk. Seseorang yang ingin membunuh Metta pun ikut terjatuh dan bersimbah darah.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang