Chapter 10

6K 183 0
                                    

***

❇Happy Reading❇

***

Azka spontan menoleh ketika seorang menepuk bahunya. Ia tak menyangka jika saat ini bertemu dengan klien-nya.

"Mr. Joseph? Oh.. maaf, saya__"

"Mattew...itu nama depanku. Kau bisa panggil nama depanku saja, itu terlihat lebih santai, bukan? And may be umur kita tidak terpaut jauh." Ucap Mattew membuat Azka terkekeh kecil dengan wajah yang masih terlihat kacau.

"Sedang apa An-... hm.. maaf...kau ke Rumah Sakit?" Tanya Azka.

"Rutinitas setiap bulan, mengantar ayahku check up. Hmm... Kau nampak panik, siapa yang kau gendong tadi? Dan aku sempat memanggilmu, tapi sepertinya buru-buru."

"Dia istriku..dia mengalami pendaharan di usia kehamilannya menginjak enam minggu." Ujar Azka mengusap wajahnya.

Kriieett....

Pintu ruangan terbuka, Azka menoleh dan menghampiri Dokter Febry yang baru saja mau menutup pintu kembali.

"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" Tanya Azka tak sabar.

"Saat ini kondisinya sudah stabil setelah kami memasang infus, nanti dilanjutkan untuk cek USG agar dapat dipastikan bahwa janin di rahim istri Anda masih atau tidak. Dan untuk saat ini, biarkan istri Anda beristirahat dulu, dia sangat lemah." Papar Dokter Febry.

"Terima kasih, Dok.. dan boleh saya masuk?"

"Silahkan.. saya tinggal dulu. Permisi.." Dokter Febry melenggang pergi menuju ke ruangannya.

"Matt.. maaf aku tinggal dulu. Aku ingin menemui istriku,"

"Baiklah... no problem. Temui istrimu, aku juga akan ke ruangan tempat ayahku check up."  Mattew berlalu setelah Azka masuk ke ruangan Alice.

***

Alice terbaring dan perlahan mulai membuka matanya saat merasakan sentuhan hangat di pipinya. Azka mengelus pipi Alice dengan buku jarinya. Senyuman getir dari wajah Alice yang masih nampak pucat.

"Kau sudah siuman, sayang.." ucap Azka tersenyum.

"Hmm..aakkhh..." Alice memegang perutnya. Wajahnya meringis.

Senyum Azka tiba-tiba lenyap terganti dengan wajah yang kembali cemas. "Aku akan menghubungi Dokter Febry.."

***

Kami harus melakukan tindakan kuretase. Istri Anda mengalami pendarahan. Jika janinnya tetap dipertahankan, maka pada trimester kedua, plasenta akan lepas sebelum waktunya. Dan ini mengakibatkan bayi akan lahir prematur. Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah dua kilogram atau prematur sangat rentan, karena organ-organ di dalam tubuhnya belum berkembang sempurna. Walaupun bayi tersebut selamat, kami tidak bisa menjamin akan tumbuh normal atau malah sebaliknya. Tindakan ini terbaik untuk istri Anda.

Azka mengingat kembali dan mencerna setiap kata-kata yang dijelaskan Dokter Febry setelah Alice melakukan cek USG. Ia ingin yang terbaik untuk istrinya. Azka menyetujui tindakan kuretase tersebut.

***

"Jangan jauhi Mama, Nak.."

"Apa kamu tidak ingin memeluk Mamamu ini..hm?"

Anak kecil itu hanya diam saat Alice mengajaknya bicara.

"Biarkan aku pergi, Ma.. terima kasih selama ini Mama telah menjagaku.." akhirnya anak itu bersuara.

Dada Alice tiba-tiba terasa sesak mendengar pernyataan anak itu.

"Mama jangan khawatir, aku akan baik-baik disini. Mereka juga menyayangiku seperti Mama.."

Perih yang dirasakan hati Alice, ucapan anak itu seolah akan pergi dan tak kembali.

"Kelak aku akan bersama Mama lagi..." anak itu semakin menjauhi Alice.

"Tunggu, sayang... bahkan Mama belum menyentuhmu.. Mama ingin sekali memelukmu.." Alice terisak, suaranya semakin serak. Anak itu terus menjauh dan menghilang di tengah cahaya yang sangat terang.

"Jangan tinggalkan Mama, Nak... Tunggu...."

Alice terbangun, menangis terisak. Azka sontak ikut terbangun, ia tidur di sofa sebelah bed pasien.

"Al.. kenapa menangis.. hm?" Tanya Azka menjepit dagu Alice. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Azka dengan kedua mata yang sembab.

"A..anak..ku..hiks..dia pergi..Ka.."

Azka hanya diam, dia memeluk Alice sangat erat. Alice membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Hingga kemeja putihnya basah karena air mata Alice.

"Mungkin ini yang terbaik, Al.. sudah jangan menangis, kita punya banyak waktu untuk membuatnya lagi.." Azka tertawa dengan ucapannya sendiri. Alice yang mendengar itu tiba-tiba berhenti menangis dan menatap suaminya tertawa.

"Kau bisa-bisanya tertawa, hmm?" Alice mencubit pinggang suaminya, Azka meringis kesakitan.

"Aow... cubitanmu menggodaku, sayang.."

"Azka pelankan suaramu, ini Rumah Sakit.." ucap Alice menempelkan jari telunjuknya di bibir Azka.

"Sayang, maaf aku telah gagal menjadi seorang ibu.." Alice menunduk.

"Sstt.. jangan bicara seperti itu. Yang terpenting adalah kau selamat. Dan kita akan mengulang lagi dari awal, Dokter Febry telah memberikan resep vitamin agar kondisimu lebih baik lagi saat kau hamil kembali." Jelas Azka menangkup pipi Alice.

Kriiett

"Dokter Shane..!" Azka yang duduk di tepi bed pasien segera berdiri dan menyisir rambutnya yang agak berantakan dengan jari-jari tangannya.

"Maaf... aku baru sempat menjenguk kalian, jadwalku padat kemarin." Ujar Dokter Shane. "Bagaimana kondisimu? Aku turut prihatin, Al." Lanjutnya.

"Lebih baik, Dok.. tapi di bagian perut masih terasa tidak nyaman." Jawab Alice.

"Hey... Shane, kau disini rupanya.."

"Kenapa? Kau merindukanku, Feb?" Godanya pada Dokter Febry yang baru masuk ke ruangan Alice.

"Whatever.." ucapnya singkat sambil mengibaskan tanganya tepat di wajah Dokter Shane.

Dokter Shane hanya tersenyum, ia sangat suka menggoda Dokter Febry yang masih single. Dan rupanya Dokter Shane pun belum memiliki pendamping hidup.

Azka dan Alice tersenyum geli melihat tingkah mereka. Dokter Febry menghampiri Alice dan memeriksa kondisinya.

"Hari ini kau boleh pulang, Al.." Ujar Dokter Febry setelah selesai memeriksanya. "Kau harus benar-benar menjaga kesehatanmu. Jaga pola makan dengan nutrisi yang sehat. Dan satu lagi, positive thinking." Tambahnya lagi sambil menampilkan senyuman yang manis di wajah cantiknya.

Dokter Febry memberi resep obat dan vitamin pada Azka lalu segera kembali ke ruangannya, Dokter Shane menyusulnya setelah berpamitan pada Azka dan Alice.

"Ayo... kita siap-siap, sayang.." ajak Azka mengelus rambut Alice. "Aku sudah tak sabar..." lanjutnya sambil meraba dada istrinya.

"Aissshhh.... Azka..!" Alice terkejut dan spontan menepis tangan Azka.

Azka tertawa dan kembali memeluk Alice. "Aku selalu bahagia denganmu, Al.." ucapnya sambil mengecup puncak kepala istrinya.

Tbc.

Buat kalian yang uda baca cerita saya, saya ucapkan sangat... sangat terima kasih😊😊 yahh walaupun siders sihh😩😩

Buat yg vote, makasi karna uda mau buang-buang waktu kalian untuk ke lapak saya yg gaje ini☺☺

Koreksi typo😄

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang