❇Happy Reading❇
***
"Seluruh penumpang dan awak pesawat xxx maskapai Thailand Airlines dikonfirmasi tewas dalam kecelakaan pada pukul 05.15 WIB pagi tadi. Dan lebih memprihatinkan, tidak ada korban selamat dalam kecelakaan tersebut,"
Hidup Metta seolah mati rasa. Berita kecelakaan itu seakan terus meraung di otaknya. Metta tak menyangka, orang-orang yang ia sayang, satu persatu meninggalkannya.
Kenapa cobaan selalu menimpanya? Pertama, ia telah mengandung anak Mattew, tapi Mattew tidak mengakuinya. Kedua, kenyataan pahit yang harus ia terima sekarang adalah menyaksikan kabar bahwa kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat.Metta bergegas keluar dari apartemennya. Tanpa menggunakan alas kaki, ia menyeret kakinya yang berdarah akibat pecahan gelas tadi.
Metta tak peduli dengan orang-orang yang sedang menatapnya.
Setelah melalui lift dan lobby, akhirnya Metta sampai di parkiran. Ia membuka pintu mobil dan segera masuk.
Metta menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
***
Suasana Rumah Sakit begitu ramai, ramai dengan tangisan. Tidak semua korban sudah dilarikan di Rumah Sakit, sebab ada sejumlah korban kecelakaan tersebut yang belum ditemukan. Walaupun seluruh penumpang itu tidak ada yang selamat. Namun, nama kedua orang tua Metta tertera pada daftar korban-korban kecelakan yang telah masuk ke Rumah Sakit, karena petugas menemukan kartu identitas korban.
Metta menghentikan langkah seorang perawat yang sedang mendorong bed pasien.
"Suster, tolong antarkan saya ke ruangan korban kecelakaan pesawat yang bernama Albert Wesker dan Tania Wesker," pinta Metta dengan suara bergetar.
"Mari, Nona. Kebetulan saya akan ke ruangan tersebut." Balas suster itu ramah.
Tiba di ruangan itu, kaki Metta terasa lemas. Ia tak sanggup melangkahkan kedua kakinya. Dan menatap kedua orang tuanya yang telah terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya, hatinya seketika hancur.
Air mata yang sedari tadi keluar tak henti-hentinya mengalir dari kedua matanya yang sembab.
Perlahan Metta menyeret kakinya menuju jasad Albert dan Tania.
Metta meremas kain putih tersebut dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembusnya kasar. Ia membuka seraya terus menatapnya. Metta berteriak histeris saat kain itu terbuka. Dan ternyata benar, ini bukan mimpi. Ayahnya sudah tak bernyawa lagi, terbaring kaku dengan wajah pucat dan tubuh yang dipenuhi luka-luka. Begitupun dengan ibunya.
"Ini semua salahku, aku yang salah, Pa, Ma.." Metta terisak sambil terus mengguncang tubuh kaku sang ayah dan ibunya.
"Tuhan, ini cobaan yang berat bagi hamba. Kenapa mesti orang-orang yang hamba sayang ikut terlibat dalam kesialan hamba ini?" Metta beralih ke jasad ibunya.
"Mama..." Metta berkata lirih, bahkan suaranya sangat lemah. "Mama, purtimu ini akan menikah. Apa Mama tak ingin melihat aku menikah, hm? Kenapa kalian meninggalkanku sendiri?" Tak henti-hentinya Metta berucap dan bertanya kepada jasad kedua orang tuanya itu.
"Pa, Ma.. aku..aku mohon, jangan diam seperti ini. Aku takut... aku takut kalian benar-benar pergi meninggalkanku selamanya. Aku masih membutuhkan kasih sayang kalian Papa dan Mama." Suara Metta nyaris tak terdengar. Suaranya serak dan terus menerus menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
RomanceTubuh ideal dengan wajah oriental, bermata hitam sayu lengkap dengan hidung mancung dan bibir mungil merah merona. Sosok Alice Fredella Diaz (25 y.o) dengan wajah polos nan cantik yang selalu menampilkan senyum manis pada setiap orang. Tapi dibalik...