❇Happy Reading❇
***
Air mata Alice akhirnya menetes juga dan tepat mengenai tangan Azka. Spontan Azka melepas pelukannya, ia membalikkan tubuh Alice.
"Kenapa kau menangis, sayang?" Tanya Azka. Tangannya terangkat dan mengusap air mata di pipi Alice dengan ibu jarinya.
Alice menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kemudian mengenggam tangan Azka. "Thank you for your great love for me. Even though I'm not a perfect woman."
Azka menghela nafasnya, "Don't say that, Al. Aku tulus mencintaimu. Kau jangan berpikir seperti itu. Kau adalah wanita yang akan melahirkan anak-anakku." Ia memeluk erat Alice dan Alice membenamkan wajahnya di dada bidang Azka.
***
- Jakarta -
Perlahan Metta membuka kedua matanya, ia mengerjap-kerjapkan, menyesuaikan cahaya lampu yang membuatnya silau. Metta melihat sekeliling ruangan serba putih dan ditangan tertancap selang infus. Ia menoleh pada sofa yang terletak tak jauh dari ranjang pasien itu.
Pria tampan yang sedang bersandar dengan mata terpejam. Siapa pria itu? Dan mengapa ia bisa di tempat ini? Metta bertanya pada dirinya sendiri. Dan saat ia mengangkat kepalanya ketika hendak bangun, ia merasakan sakit di kepalanya. "Akkhh... sakit..."
Tristan terbangun dari posisi tidur yang dirasa tidak nyaman. Ia memijit pangkal hidungnya. "Kau sudah sadar? Maaf aku ketiduran.. aku panggilkan dokter, tunggu sebentar.."
Metta berusaha ingin bangun lagi tapi kepalanya begitu berat dan sakit. Ia meringis.
"Jangan bangun dulu, kau harus berbaring dan dokter sebentar lagi akan ke sini." Tristan menghampiri Metta dan mendorong bahu Metta perlahan agar kembali berbaring.
"Siapa kau? Kenapa aku bisa ada disini?" Metta meringis sambil memegang kepalanya yang diperban.
"Oh iya.. perkenalkan namaku Tristan. Kau kecelakaan tapi tenang mobilmu sudah kutangani." Ujarnya sambil tersenyum.
Dokter yang dipanggil Tristan akhirnya datang, ia menghampiri Metta dan memeriksanya. "Benturan di kepalamu berakibat fatal dan itu membuatmu kehabisan banyak darah. Dan stok golongan darah O di Rumah Sakit ini kebetulan habis. Tapi untungnya ada seseorang yang bersedia mendonorkan darahnya untukmu."
Hati Metta terenyuh mendengar pernyataan Sang Dokter. Ia menangis, "Siapa orang yang telah menyelamatkan nyawa saya, Dok? Saya harus bertemu dengannya, mungkin ungkapan terimakasih saja tidak cukup, paling tidak aku ingin bertemu orang baik itu, Dok.." Metta memohon pada Dokter tersebut.
Dokter itu tersenyum hangat, "Kau tidak perlu mencarinya lagi, orang baik yang kau maksud sudah di sini sedari tadi bahkan dia yang membawamu ke rumah sakit dan menemanimu selama dua hari hingga kau sadar."
"Maksud Dokter orang baik itu adalah dia?" Air mata Metta terus mengalir, ia menoleh ke arah Tristan. Ia tak menyangka, orang yang baru dikenalnya bersedia memberikan darahnya. Dan menemaninya hingga Metta sadar.
Dokter itu menganggukkan kepalanya, "Iya, kau benar. Tuan Tristan adalah orang baik itu. Dia yang telah menyelamatkan nyawamu. Kalau begitu, saya tinggal dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
RomanceTubuh ideal dengan wajah oriental, bermata hitam sayu lengkap dengan hidung mancung dan bibir mungil merah merona. Sosok Alice Fredella Diaz (25 y.o) dengan wajah polos nan cantik yang selalu menampilkan senyum manis pada setiap orang. Tapi dibalik...