Chapter 41

2.4K 104 3
                                    

❇Happy Reading❇

"Kau sudah siap, sayang?"

Alice mengangguk sambil melihat penampilannya kembali di depan cermin. Dengan balutan dress panjang berwarna peach hingga menutupi kaki, kulit putih mulusnya terekspos jelas terutama pada bagian punggungnya. Ia biarkan rambut panjangnya tergerai dengan riasan wajah yang natural.

"Apa yang kau kenakan selalu membuatku terpukau, sayang. Apalagi jika kau telanjang, bahkan berkali-kali lipat___akh.."

Alice mencubit pinggang suaminya, pernyataannya terlalu vulgar. "Ayo cepat, waktu kita tak banyak."

"Pinggangku sakit, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pinggangku sakit, sayang. Kau mencubitku sangat keras," ringis Azka yang sedang mengendong Axel.

Alice mengabaikan cicitan Azka. Azka pun mendesah lemas karena istrinya tak menghiraukannya, mau tak mau ia mengekori Alice. Mereka pun bergegas pergi acara pernikahan sahabatnya.

***

Suasana pesta pernikahan Tristan dan Metta tidak terlalu ramai, sebab Tristan hanya mengundang orang-orang terdekatnya saja dan hanya beberapa rekan kerjanya.

Tristan memutuskan untuk menggelar pesta pernikahan di sebuah villa yaitu satu-satunya peninggalan kedua orang tuanya. Ia memilih konsep outdoor. Menurutnya pernikahan outdoor lebih menyenangkan.

Hanya menempuh waktu tiga jam untuk sampai ke villa tersebut dari perkotaan.

Metta tampak gelisah, tidak ada raut kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. Ia terperanjat ketika tangan seseorang menepuk lembut bahu mulusnya yang terekspos.

"Maaf telah membuatmu terkejut," ucap Tristan menangkup salah satu pipi Metta. "Are you okay? Sepertinya kau mencemaskan sesuatu?" Tambahnya.

Metta menggelengkan kepalanya, "A.. aku.. hanya gugup, Tristan." Ia berusaha menutupi kegelisahannya.

Tristan tersenyum kecil, "Oh.. itu hal biasa, Metta. Ayolah, Azka dan Alice sudah datang. Kau harus menyambutnya." Ujarnya seraya menggenggam tangan Metta yang dingin.

Mereka berjalan bersisian manyapa tamu-tamu yang telah hadir di pesta pernikahannya. Metta berusaha menenangkan dirinya dan meyakinkan diri bahwa ia akan bahagia bersama Tristan.

"Kau cantik sekali," Alice memeluk Metta. "Selamat ya,"

Metta hanya mengangguk, kedua matanya berkaca-kaca.

"Kenapa menangis? Nanti make-up mu luntur," goda Alice.

Metta tersenyum walau dipaksakan. "Oh iya, tante Renata datang?"

"Aku rasa tidak, Mama harus menemani Papa di Thailand. Kondisi Papa sedang tidak sehat. Tapi, Mama menitipkan ini untukmu," Alice menyerahkan sebuah gift pada Metta. Yang jelas itu hadiah pernikahan untuknya. "Dan Mama mengucapkan selamat dan meminta maaf karena tidak bisa menghadiri acara kebahagiaanmu." Ujarnya lalu Metta menerima gift tersebut seraya tersenyum.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang