Chapter 29

3.1K 120 6
                                    


❇Happy Reading❇

***

Debaran jantung Metta berdegup kencang, ia menghadap ke kanan sedangkan Tristan sebaliknya. Mereka saling memunggungi.

Sama halnya dengan Metta, Tristan pun merasakan gugup yang luar biasa. Hanya dibalut dengan piyama saja sudah mampu meningkatkan gairah Tristan sebagai pria normal.

Metta mengira Tristan sudah tidur, lehernya terasa pegal. Ia pun memutuskan untuk berbalik. Tapi ia salah menduga, dalam waktu bersamaan Tristan juga berbalik. Alhasil saat ini mereka saling berhadapan, keduanya saling menatap tanpa berkedip.

Hening sesaat, akhirnya Metta memulai percakapan untuk mengurangi rasa canggungnya. "Aku kira kau sudah tidur," Metta berkata sambil memeluk guling.

"Hmm.. aku juga mengira seperti itu." Tristan menyelipkan tangannya di antara bantal dan kepala. "Metta.." panggilnya.

"Hm.. iya.." balas Metta.

"Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Tristan merubah posisinya, ia duduk bersandar.

"Menanyakan sesuatu?" Metta membeo.

"Tapi kau harus berjanji dulu, kau jangan marah, hm?"

"Kau membuatku penasaran, baiklah aku tidak akan marah. Cepat katakan, Tris." Metta tak sabar, ia juga ikut bersandar.

"Hm.. Ada hubungan apa kau dengan... pria tadi?" Tristan memberi jeda saat mengucapkan kata pria.

"Oh.. namanya Mattew. Dia mantan kekasihku, Tris." Metta menundukkan kepalanya.

"Metta, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih," Tristan merasa bersalah menanyakan hal itu.

Metta mendongakkan kepalanya menatap Mattew. Ia menyunggingkan senyuman manisnya. "Sudahlah, Tristan. Jangan minta maaf. Dan aku sudah tidak ingin memikirkan dia lagi."

Tristan menghela nafasnya, "Ada hal yang harus kau tahu, Metta."

Metta mengerutkan dahinya, "Hal apa, Tristan?"

"Mattew itu adalah salah satu klien CEO-ku, tapi sekarang perusahaan kami tidak lagi bekerja sama dengan perusahaannya."

"Jadi kau mengenalinya? Dan kenapa tidak bekerja sama lagi, Tris?" Tanya Metta beruntun.

"Tidak juga, Metta. Kenal hanya saat meeting saja. Buktinya tadi dia tidak mengenaliku. Dan soal tidak bekerja sama lagi, aku kurang mengetahuinya." Jawab Tristan.

"Oh.." Metta hanya ber -oh- ria saja menanggapi lontaran Tristan.

"Hanya -oh- ?" Tristan berdecak.

"Hm.. terus aku harus berkata apa lagi? Aku bertanya dan kau sudah menjawabnya. Apa lagi, huh?" Metta mencubit pelan hidung Tristan. "Sudah malam, sebaiknya kita tidur." Lanjutnya.

Ketika Metta hendak membaringkan tubuhnya, Tristan menahannya. "Tunggu.."

Metta menoleh dan menatap Tristan. "Iya, ada apa?"

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang