Chapter 11

5.6K 144 2
                                    

***

✨Happy Reading✨


Hari demi hari telah terlewatkan, begitu pula dengan cobaan yang selalu menghampiri seorang wanita yang memiliki hati yang kapan saja bisa hancur menjadi kepingan-kepingan yang mungkin lama akan bisa utuh kembali. Itu menjadi nightmare yang seolah menikamnya secara perlahan-lahan. Mungkin ini awal dari kebahagiaan baginya atau mungkin bencana yang akan dia rasakan seumur hidupnya?

Entahlah....

Tak terhitung berapa kali ia harus menangis, ia tetap jalani hingga suatu saat keyakinannya akan terwujud.

***

"Sayang, aku berangkat dulu. Kau baik-baik di rumah. Kau harus bedrest, biar bibi Maria yang mengurus rumah. Kau dengar, sayang?"

Kejadian yang menimpa Alice sebulan lalu, Azka begitu sangat protektif. Ia sampai menyewa ART untuk mengurus rumah dan istrinya sendiri. Maria- wanita paruh baya yang usianya sekitar empat puluh lima tahun sudah sebulan diperkerjakan di mansion ini. Azka tidak sembarang memilih ART dan Maria adalah salah satu ART yang menurut Azka sangat handal dan cekatan saat mengurus rumah walaupun usianya sudah kepala empat. Begitu pun dengan Alice, dia sangat nyaman dengan Maria.

"Iya... iya... Azka.. kau sudah ratusan kali mengingatkanku dan perkataanmu sudah tersimpan di kepalaku dengan baik bahkan kapasitas memori di otakku penuh dengan ucapanmu berkali-kali." Ucap Alice memutar bola matanya dengan kedua sudut bibirnya terangkat ke atas.

Iya memang Azka tak pernah absen mengingatkan Alice sebelum berangkat kerja. Ia tak ingin Alice lelah dan stres memikirkan masa lalunya. Azka selalu menyempatkan untuk mengajak Alice jalan-jalan.

"Aku hanya tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi, Al. Jadi kau jangan membantah okay?" Azka mencubit dagu Alice dan mendekatkan bibirnya ke telinga Alice. "Kau tahu, juniorku belum dapat jatah sebulan dan itu sangat tersiksa. Dia ingin segera terbang ke sarang yang hangat, honey.." tambahnya sambil terkekeh dan reflek Alice mencubit perut Azka.

"Ish dasar mesum... sana berangkat.. nanti kau telat.." ucap Alice mendorong dada Azka tapi Azka tetap dalam posisinya, semakin erat memeluk pinggang Alice.

"Telat?? Aku bosnya jadi aku bebas, sayang.."

"Iya tapi kau sebagai pemimpin harus disiplin agar bawahanmu juga ikut disiplin.."

"Baik... baik... aku berangkat sekarang, sayang.." Azka berlalu dan tak lupa mengecup kening Alice.

***

Di kamar, Alice bersandar di ranjang sambil membaca novel. Saat ia berniat akan merebahkan tubuhnya setelah usai membaca, seseorang mengetuk pintunya.

Alice bangun, ia segera menghampiri dan membuka pintu.

"Bibi.. ada apa, Bi?" Tanya Alice mengernyitkan keningnya.

Maria membungkuk "Ada yang ingin bertemu dengan Nona dan sekarang sedang menunggu di bawah."

"Siapa, Bi?"

"Katanya beliau adalah ibu Nona.."

"Mama..." wajah Alice seketika berbinar.

"Baik, Bi..terima kasih.."

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang