"Jean, tunggu gue!"
"JEAN!!!"
Langkah Jean semakin melebar seiring dengan teriakan Saka yang bertambah nyaring. Sebenarnya Jean malu. Apalagi lelaki itu terus berteriak dari ruang guru sampai ia menginjakkan kaki di kantin.
Tak sampai di situ, Jean semakin risih ketika beberapa anak melirik ke arahnya. Saka idiot! Lelaki itu sudah membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Lo kok ninggalin gue sih?" Saka membungkukkan badannya sambil mengatur napas. Ia tak habis pikir dengan gadis di depannya ini. "Pura-pura nggak dengar pas gue panggil tadi?"
"Menurut lo?" balas Jean dengan ketus.
Saka menegakkan badannya. "Jadi, lo sengaja?"
Jean tidak menjawab. Pakai ditanya lagi!
"Ya udah, lo mau makan apa? Biar gue traktir." Saka menepuk bahu Jean, kemudian berlalu. Melihat itu, ia hanya menatap punggung Saka yang semakin jauh. Jean pun mendengus kesal, sebelum menghampiri lelaki yang sudah duduk bersama kedua temannya itu.
"Niat traktir gue nggak sih!"
Ketika Jean sampai di meja itu, Saka segera menunjukkan wajah polosnya, sedangkan kedua temannya malah sibuk cengengesan.
"Jadi traktir nggak? Kalau nggak, biar gue beli makanan sendiri," semprot Jean.
"Gue kira, lo nggak mau. Dari tadi lo diem aja sih," ujar Saka.
Jean menghela napas untuk mengumpulkan segenap kesabarannya. "Lo kan nggak nunggu respons gue, tapi langsung pergi!" Demi pempek yang sedang digoreng, ingin sekali Jean menelan Saka.
"Iya deh, maaf ya. Gue terlalu polos buat memahami perasaan cewek," kata Saka.
Reyhan dan Juli yang mendengar itu merasa tak terima. Tanpa dikomando, keduanya langsung menghajar kepala Saka dengan sendok yang mereka gunakan untuk mengaduk es teh. "Polos gundulmu!!!"
Saka melindungi kepalanya sembari meringis kesakitan. "Apa sih?!"
Setelah berhasil membangkitkan singa di tubuh Saka, mereka pun meletakkan sendok ke tempat semula, yaitu ke gelas berisi es teh masing-masing. Reyhan dan Juli dengan santainya menyeruput es teh untuk menghindari tatapan murka yang Saka berikan.
"Duduk dulu." Saka menoleh dan mempersilakan Jean untuk duduk. Sepertinya, ia baru teringat lagi akan kehadiran gadis itu.
Dengan sisa amarahnya, Jean pun duduk di sebelah Saka, lantas merapikan roknya. Ternyata, duduk di antara mereka semakin membuatnya tidak nyaman.
"Mau pesan apa?" tanya Saka yang merasa tak enak hati.
"Terserah lo," jawab Jean, sekenanya.
"Kok terserah gue? Kan lo yang mau makan."
"Kan lo yang traktir gue."
"Serius nih."
"Gue juga serius." Jean menggaruk kepalanya, frustasi. "Gue ikut lo aja."
"MBAK SITI!!! PESEN BAKSO DUA YA!!!"
"Lo nggak ada niatan buat traktir kita?" Reyhan menunjuk Juli dan dirinya sendiri secara bergantian. Jika diingat-ingat, sudah lama sahabatnya itu tak lagi membagi-bagikan rezeki. Saka sungguh kejam!
"MBAK SITI!!! BAKSONYA REYHAN SAMA JULI KASIH RACUN TIKUS, MBAK! YANG BANYAK!" teriak Saka lagi, membuat beberapa anak menoleh ke meja mereka.
"MONYET!!!" seru Juli. Karena tak terima dengan ucapan Saka, ia hampir menyiramkan es tehnya jika seseorang tak segera mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Teen FictionAngkasa, aku akan memberitahukan kepadamu betapa sulitnya mencintai seseorang yang sama selama dua tahun terakhir. Betapa lelahnya aku bertahan dengan sebuah rasa tanpa pengakuan. Ibaratnya seperti hatiku yang berteriak memanggil namanya, mustahil i...