7 - Belum Terlambat

2.6K 308 144
                                    

Pagi ini sama saja seperti pagi-pagi sebelumnya. Terlalu biasa. Jean yang duduk sendirian hanya tidur berbantalkan tumpukan buku. Sementara itu, teman-teman sekelasnya sedang sibuk mengeluarkan buku kimia. Jean tak tahu saja jika ada seseorang yang tengah memperhatikannya.

Orang itu adalah Saka.

Lelaki itu mengamati wajah Jean yang tertutupi juntaian rambutnya. Bagaimana bisa gadis itu tidur sepagi ini? Entah apa yang membuat Jean tampak kelelahan seperti itu. Diam, sekali lagi hanya itu yang bisa Saka lakukan.

"Selamat pagi," sapa seorang guru yang tiba-tiba masuk sembari membawa beberapa buku.

Jean lantas membuka matanya. Namun, objek pertama yang dilihatnya adalah Saka. Kantuknya pun menguap seketika. Tak mau terlihat salah tingkah, Jean segera menegakkan badannya dan menghadap ke papan tulis. Benar-benar gugup saat mata tajam itu berada dalam satu pandang dengannya.

Langkah pertama yang diambil Jean adalah mengambil napas untuk menormalkan detak jantungnya. Akan tetapi, ekor matanya mencoba melirik ke arah lelaki yang sedang bermain menggunakan pensil dengan menempatkannya di antara bibir dan hidung. Saka sampai memanyun-manyunkan bibirnya.

Baru beberapa menit yang lalu, Saka membius Jean dengan pesonanya. Namun, ia dengan cepat kembali ke mode idiot.

Tunggu. Tunggu dulu. Jean baru menyadari sesuatu, bahwa Dara tidak ada di samping Saka. Hari ini gadis itu tidak berangkat sekolah.

Saka yang menyadari jika Jean terus melirik ke arahnya, langsung menghentikan permainannya. "Kenapa?"

Astaga! Jantung Jean memberontak luar biasa. "Itu ... Dara kenapa nggak masuk?"

"Sakit kali, soalnya kemarin ngeluh pusing," jawab Saka.

Jean hanya membulatkan bibirnya tanpa bersuara. Padahal ia tak terlalu peduli dengan keadaan gadis itu. Hanya saja, Jean terlanjur tertangkap basah sedang menatap Saka, dan ia bingung harus berkata apa.

"Jean! Saka! Perhatikan papan tulis!" perintah guru secara tiba-tiba.

•ANGKASA•

"Jean."

"Apa?" sahut Jean sembari menyangga kepalanya dengan telapak tangan, tanpa menoleh ke arah Saka yang diam-diam duduk di sampingnya.

"Lo nggak ke kantin?"

Jean menggeleng. "Mager."

"Kenapa mager?" tanya Saka lagi. Sepertinya, sekarang ia sedang berada dalam mode cerewet.

"Ya ... mager."

Jutek amat, keluh Saka dalam hati.

Saka pun menyangga kepalanya dengan telapak tangan. Ia menirukan apa yang tengah dilakukan gadis itu.

Jean memandang aneh ke arah Saka. "Kenapa ikut-ikutan?"

"Pengen aja." Saka tersenyum penuh arti. "Setelah dipikir-pikir, dari kemarin lo jutek terus sama gue. Ada hubungannya sama Dara?"

"Emang ada?" Jean pura-pura tidak tahu.

Saka menegakkan badan. Bisa-bisanya Jean hanya membalikkan pertanyaannya. "Jangan-jangan lo cemburu."

Mendengar itu, Jean tetap berusaha bersikap tenang. Ayolah, Saka. Jangan membuat dirinya semakin gugup seperti ini. "Gara-gara?"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang