Malamnya, Saka mengajak Jean ke pasar malam. Tidak berdua, ia pun mengajak Reyhan dan Juli. Lelaki itu masih ingat dosa rupanya. Saka sendiri mengenakan ripped jeans yang dipadukan dengan kaos putih yang dilapisi kemeja flanel dominan warna merah, dilengkapi dengan sepatu converse ox classic high berwarna hitam.
Bagaimana dengan Jean? Gadis itu cukup terkejut saat mengetahui bahwa Saka mengenakan pakaian yang hampir sama dengannya. Hanya kemejanya yang berbeda. Jean mengenakan kemeja flanel oversize berwarna kuning yang dimasukkan ke celana jeans-nya. Selain itu, semuanya sama.
Jean berjalan tak nyaman di samping Saka, sedangkan lelaki itu malah sudah memamerkan tawanya ke sana-sini bersama Reyhan dan Juli.
"Sak, ada yang lagi minder tuh," sindir Reyhan, membuat Saka menoleh pada Jean.
"Kenapa, Je?"
"Nggak. Gue cuma pengin main aja daripada jalan-jalan nggak jelas gini," jawab Jean.
Melihat Jean yang tampak bosan meski baru sampai, Saka berinisiatif untuk memancingnya agar melakukan sesuatu. "Ya udah, main gih. Tinggal tunjuk."
Jean pun berjalan paling depan, diikuti oleh Saka, Reyhan, dan Juli yang lebih mirip anak ayam yang tersesat di taman bermain.
Jean menunjuk wahana kora-kora. Wahana berupa kapal berukuran besar yang mengayun tersebut cukup membuat siapa pun yang melihatnya bergidik ngeri. Tak terkecuali Saka. Perutnya langsung terasa diobok-obok seperti judul lagu milik Joshua Suherman. Ia takut muntah!
"Nggak nggak! Kalian aja yang main, gue mau lihat aja," tolak Saka, setengah memohon. Ia berharap mereka mengabulkan permintaannya.
"Gue juga," timpal Reyhan.
"Ayo lah, Je, sama gue aja. Saka sama Reyhan emang cowok-cowok palsu yang cuma modal tampang!" Juli menarik tangan Jean untuk mengantri tiket. Meninggalkan Saka dan Reyhan yang kini saling melemparkan tatapan heran.
Saat sibuk mengamati Jean dan Juli yang sedang berebut tiket, Reyhan membuka pembicaraan. "Sak, lo pasti ajak Jean ke sini buat hibur dia, kan?"
"Ya ... kurang lebih begitu, sih," ujar Saka enteng. "Kenapa emang?"
Reyhan mengalihkan pandangannya pada wahana lain. "Nggak apa-apa. Gue setuju aja sama ide lo."
Setelah itu, kembali hening. Reyhan melirik Saka yang masih saja mengikuti pergerakan Jean dan Juli yang sudah berada di tempat duduk paling ujung dari wahana itu.
Ngomong lagi kek nih bocah! Udah gue pancing juga! kesal Reyhan dalam hati.
"O, iya, Han."
Nah! Gitu dong, batinnya.
"Apa?"
"Lo pasti tahu, kan, siapa yang bully Jean di kelas multimedia?" Reyhan mengangguk cepat.
"Lauren, Zevani, Nila. Mereka pelakunya," jelas Reyhan. Saka yang mendengarnya pun melotot tak percaya. Ia kira hanya Lauren. Nyatanya, masih ada orang lain lagi? Lauren benar-benar gila.
"Mereka ikat Jean di kursi, terus coret-coret muka Jean pake alat makeup," lanjutnya.
"Serius lo?"
"Iya lah, Bambang!"
"Nama gue Saka. Nggak usah ikut-ikutan tabiat Nata deh lo, pakai ngarang nama gue segala," kesal Saka. "Terus gimana?"
"Gue biarin mereka kabur. Tapi dengan satu syarat, mereka nggak boleh bully Jean lagi."
Saka tampak memejamkan matanya sejenak. Mencoba menenangkan diri. "Mereka nggak bakal jera, Han."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Teen FictionAngkasa, aku akan memberitahukan kepadamu betapa sulitnya mencintai seseorang yang sama selama dua tahun terakhir. Betapa lelahnya aku bertahan dengan sebuah rasa tanpa pengakuan. Ibaratnya seperti hatiku yang berteriak memanggil namanya, mustahil i...