45 - Senyum Terbit di Bibirnya

953 114 14
                                    

Yang Jean lakukan ketika bangun tidur kali ini adalah memandangi fotonya dengan Saka yang tercetak di bingkai foto. Dengan ukuran 6R, foto tersebut sudah berhasil memporak-porandakan hatinya. Apalagi foto itu merupakan foto selfie yang diambil Saka kemarin pagi menggunakan handphone miliknya.

Jean tersenyum-senyum saja ketika mengingatnya. Tingkah lelaki itu memang begitu konyol dan tak terduga.

"Non Jean! Udah ditungguin Saka di bawah!"

Teriakan Kang Yan membuat Jean mengerutkan keningnya. Hah? Saka? Kang Yan pasti ngaco.

Tanpa menunggu lama lagi, Jean langsung menuju ruang tamu, lalu mendapati Saka sedang meringis lebar tanpa dosa.

"Kok pagi banget sih? Gue belum mandi!"

"Maka dari itu, biar lo cepet mandi."

Jean merotasikan bola matanya malas, "Tanpa lo suruh, gue juga bakalan mandi."

Mendengar ucapan Jean yang tanpa beban itu, Saka lantas melirik jam tangannya. "Ini udah jam enam lebih lima belas menit. Mandi sono, hush!"

"Oh, jam segitu."

Saka berdiri dari duduknya dan menyeret Jean ke kamar mandi. "Pas dibrojolin, cuma minus akhlak ya anda."

"Kayak situ punya akhlak aja," tukas Jean sengit.

"Mandi yang bener," tutur Saka, tanpa mengindahkan ucapan Jean, "kalo nggak, nanti gue mandiin lo, emang mau?"

"NGGAK!" seru Jean yang sudah kabur ke kamar mandi.

•ANGKASA•

Pada akhirnya, Jean mulai menunjukkan sedikit perubahannya. Ia sudah tak terlalu kaku, apalagi membisu saat Saka mengajaknya adu mulut. Terkadang Jean memberikan perhatian kecil kepada Saka. Saka butuh pensil, Jean pinjami. Saka butuh buku tulis kosong karena tidak membawa buku pelajaran, Jean beri. Tapi, kalau Saka butuh pundak untuk bersandar saat pelajaran Pak Wasit, Jean tak sudi. Maaf saja, Jean masih cukup waras untuk melakukannya.

Di sisi lain, Saka sangat bersyukur atas perubahan Jean. Ia berpikir, bahwa Jean sedikit menunjukkan perubahan dirinya sejak Saka memboyongnya ke rumah Yangkung dan Yangti. Sepertinya, Saka harus sering-sering membawa Jean ke sana.

Saka sendiri telah mengawasi Jean yang sedang memakan bakso di kantin bersama Dara sejak beberapa menit yang lalu. Entah kenapa hari ini Jean mau berdekatan dengan gadis itu. Padahal setahu Saka, Jean sering bersikap ketus padanya.

Dan lihatlah kondisi Dara sekarang. Gadis itu memakai perban di telapak kaki kanannya, mengharuskannya memakai sandal jepit.

Kasihan juga. Tapi, Saka kan, tidak bisa apa-apa.

From : Levin
Tolong jagain Jean selagi dia masih ada di penglihatan lo

Saka tersenyum ketika membacanya. Eits! Bukan berarti dia homo, lalu merasa senang ketika mendapat pesan dari sesama jenis. Akan tetapi, setiap Levin mengingatkannya begitu, ia semakin merasa bahwa lelaki itu sudah memercayakan Jean padanya. Huh, Saka terhura. Tapi, mendadak ia berpikir, apa sebenarnya Levin bodoh karena memercayakan Jean pada lelaki seperti dirinya?

Padahal Levin memang se-percaya itu pada Saka. Dari Jean masih menyusu sampai jadi sebesar sekarang, Levin tak pernah melihat ada lelaki yang bisa memperlakukan Jean seperti yang Saka lakukan. Dibandingkan yang lain, Saka sepertinya patut mendapat penghargaan lelaki penyabar of the year. Kepribadian Saka yang mudah dibaca, juga membuat Levin bisa menyimpulkan bagaimana lelaki itu. Semua tentang Saka adalah murni, apa adanya, alias tidak dibuat-buat. Maka dari itu, Levin memercayakan Jean padanya.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang