Jean bagaikan bagian dari taman kecil di halaman rumahnya. Ia melengkapi bunga-bunga yang telah mekar. Tapi bedanya, Jean lebih mirip bunga yang masih malu-malu menunjukkan keelokannya.
Kali ini, sinar matahari sore itu ikut menumbuhkan benih-benih afeksi, lantas membuatnya semakin derana. Ditambah lagi, teriknya seakan ikut mendoakan kebaikan Jean.
"IH! KANG YAN!" protes Jean saat Kang Yan menyemprotkan air ke tanaman bunga mataharinya yang belum tumbuh, tapi malah mengenai sebagian tubuhnya.
"MAAP, NON!!" teriak Kang Yan seraya tertawa jahil, "NGGAK SENGAJA!!"
Jean menggelengkan kepalanya saat Kang Yan buru-buru menggulung selang airnya, lalu melarikan diri.
"DOOORR!!!!"
Gadis itu terperanjat. Ia refleks memukuli orang yang sudah membuatnya kaget itu. "KANG YAN USIL BANGET DARI TA-"
"Emang muka gue yang ganteng ini mirip Kang Yan, ya?"
Yang ada di hadapan Jean sekarang bukanlah seorang bapak-bapak, tidak berkumis, apalagi cungkring seperti Kang Yan, melainkan oknum Angkasa Adelardo yang beberapa detik yang lalu menjadi sasaran kebrutalan Jean. Lelaki itu tengah meringis kesakitan sembari mengelus pundaknya.
"Lo punya skill teleportasi atau gimana sih, Sak? Kok tiba-tiba muncul?" tanya Jean, setelah menjauhkan tangan laknatnya.
"Heung ... gue kangen!" papar Saka, lalu menggembungkan pipinya seperti balita.
Padahal, belakangan ini Saka kerap bersikap manja kepadanya. Tapi, Jean yang tsundere akut ini mengaku tidak ambyar ketika Saka terang-terangan bertanya apakah Jean menyukai sisi Saka yang manja seperti ini. Meski demikian, pasti kalian sudah sangat mengenal Jean, kan?
Ya, Jean dengan segudang gengsinya. Titik.
"Jijik!" cerca Jean. "Lama-lama gue muntah pelangi."
Seperti yang sudah-sudah, Saka hanya pasrah menghadapi Jean yang jutek begini. Tiap hari, ia kenyang makan sabar.
Saka tak tahu saja, jika gadis di sampingnya ini hampir tewas karena sikap manjanya. Tapi, Saka tetap tidak peka, seperti biasanya.
"Eh, Je, gue ajak temen-temen juga loh!" kata Saka dengan senyum lebarnya.
Gue kayaknya harus cek gula darah, pikir Jean.
"Oh, iya gapapa," jawab Jean, sesaat setelah ia sadar dari lamunannya. "Juli sama Reyhan?"
Saka mengangguk cepat. "Iyap!"
"Oke deh."
Jean menangkap suara raungan motor dari balik gerbang. Ia menghela napas. Beberapa menit kemudian pasti kondisi rumahnya sudah berantakan. Yah, minimal ada bising yang dihasilkan mulut Juli yang tak sopan.
"Itu pasti mereka, Je," ujar Saka. "Biar gue aja yang bukain gerbang, ya?"
Sesudah Saka pergi, gadis itu menepuk dahinya. "Lah! Padahal gerbang nggak dikunci. Buktinya dia bisa bebas masuk ke rumah! Dasar, bego tiada obat."
Selang beberapa menit, Saka kembali muncul di hadapan Jean. Namun bedanya, sekarang ada Reyhan di sisi kirinya, seperti malaikat atid yang siap mencatat dosa-dosa Saka.
"Nah, ini! Udah ada Mamas Reyhan yang paling ganteng! Kalo kata emaknya mah ... gitu," cetus Saka.
Kali ini Jean tertawa. Melihat itu, diam-diam Saka bersyukur bisa menikmati tawa Jean lagi. Entah kenapa, hari ini Saka melihat Jean agak berbeda. Ia tidak tahu apa yang membuat Jean tampak demikian, tapi yang pasti Saka suka melihat gadis itu. Demi Tuhan, sebelumnya aura Jean tak pernah secerah ini. Tak mungkin, kan, kalau Jean pakai susuk?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Teen FictionAngkasa, aku akan memberitahukan kepadamu betapa sulitnya mencintai seseorang yang sama selama dua tahun terakhir. Betapa lelahnya aku bertahan dengan sebuah rasa tanpa pengakuan. Ibaratnya seperti hatiku yang berteriak memanggil namanya, mustahil i...