Byuuurr!
Jean membelalakkan mata ketika seluruh badannya basah kuyup oleh air dingin di bathtub miliknya. Menggigil. Tubuh Jean belum siap merasakan dinginnya air. Ia mengusap wajah dengan cepat, lalu menoleh ke arah oknum yang dengan sengaja menceburkannya ke air.
"Saka?! Kok lo ada di sini?!!" teriak Jean, membuat Saka menutup telinganya dengan telapak tangan.
"Sabar, sabar, Tuan Putri." Saka mencoba menjinakkan gadis yang masih betah duduk di bathtub tersebut. "Tadi gue ditelepon sama Abang lo. Katanya kalau lo susah dibangunin, ceburin aja ke bathtub. Gitu."
"Nggak penting! Gue tanyanya kenapa lo bisa ada di sini? Seenaknya masuk ke rumah orang!" amuk Jean.
"Gue nggak seenaknya. Tadi sebelum masuk, gue bilang assalamualaikum dulu. Terus, dibolehin Kang Yanto buat masuk soalnya gue juga udah diizinin sama Abang lo. Malah dia sendiri yang nyuruh gue buat ke rumah lo pagi pagi."
Levin kampret, umpat Jean dalam hati. Di seberang sana, telinga Levin tiba-tiba berdengung.
"Terserah lo deh." Jean pasrah. Ia bangkit dari bathtub dengan badan menggigil. Pun berat rasanya. Air yang membasahi pakaiannya menambah beban Jean saja. Gadis itu keluar dari kamar mandi. Ia tak menghiraukan Saka yang kini tengah menutup matanya dengan polos, sejak Jean berdiri dan menampakkan tubuh basahnya.
Untung nggak lihat, batin Saka.
•ANGKASA•
Jean menghabiskan paginya kali ini dengan sarapan bersama Saka. Munafik jika Jean tak senang atas kehadiran Saka. Akan tetapi, ia juga harus menahan diri agar tak melulu menyimpan harapannya terlalu dalam.
"Je, enak nggak masakan gue?"
Jean tersedak. Dengan cepat, ia mengambil air minum di dekatnya, meneguknya, lalu menatap Saka lamat-lamat. "Ini semua masakan lo?"
Sekali lagi, Jean memandang makanan yang sebagian besar sudah masuk ke perutnya itu. Walaupun hanya nasi goreng dan telur dadar, Jean seperti kembali menemukan dirinya. Dulu, mamanya sering sekali membuatkannya sarapan seperti ini.
Nasi goreng dan telur dadar, terima kasih kalian telah pulang ke meja makan lagi.
"Kok senyum-senyum doang, Je? Masakan gue sebegitu enaknya, ya?" Saka membuyarkan lamunannya. Memang Saka ini, Si Pangeran Perusak Suasana. Beruntung ia tampan, kalau tidak, Jean pasti sudah mengubahnya menjadi daun bawang.
"Biasa aja."
"Ah, masa sih?" goda Saka.
"Iya, beneran!" tegas Jean. "Tapi lumayan," gumamnya dengan suara yang lebih rendah. Takut jika Saka mendengarnya, lelaki itu akan berbangga diri. Tapi Jean sendiri tak bisa mengelak, jika dilubuk hati terdalamnya, ia memuji kelezatan masakan Saka.
Jika Saka adalah Si Pangeran Perusak Suasana, maka Jean adalah Tuan Putri dengan gengsi selangit.
"Widih, beneran enak ternyata!" seru Saka, kemudian tersedak nasi goreng yang belum sempat tertelan. Jean mendecih saja. Baru dipuji sedikit, Saka sudah terbang setinggi-tingginya. Apalagi kalau dipuji tampan? Pasti Saka sudah dikutuk Dewa Neptunus menjadi spatula karena terlalu mengagungkan kelebihannya sendiri.
Setelah meneguk air putih banyak-banyak, Saka kembali menatap Jean."O, iya, Je, kalau Juli sama Reyhan main ke sini ... boleh nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Teen FictionAngkasa, aku akan memberitahukan kepadamu betapa sulitnya mencintai seseorang yang sama selama dua tahun terakhir. Betapa lelahnya aku bertahan dengan sebuah rasa tanpa pengakuan. Ibaratnya seperti hatiku yang berteriak memanggil namanya, mustahil i...