"Maaf, Je!"
"Maksud lo apa?!"
Jean memperhatikan roknya sekali lagi. Wajahnya memerah, menahan malu, karena beberapa orang kedapatan sedang meliriknya.
"Gue nggak sengaja," bohong Saka.
"Ap-"
Ucapan gadis itu terpotong ketika Saka tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke telinga Jean. "Maaf, Je, lo bocor banyak banget, makanya gue terpaksa ngelakuin ini," bisik Saka. Lelaki itu juga berniat segera membawa Jean pulang agar dapat langsung membersihkan diri.
Setelah menyadari niat Saka tersebut, Jean tersenyum, antara senang dan malu. Ia pun ikut membantu Saka berpura-pura membersihkan sisa air soda di kursi.
Di sisi lain, Farah sedang memperhatikan kejadian itu dari jauh sambil berteriak-teriak gemas. Ia membayangkan jika dirinya yang berada di posisi Jean, dengan lelaki yang akan menjadi suaminya sepuluh tahun yang akan datang, seperti yang dikatakan Saka.
Tanpa sadar, tangannya menarik-narik ujung kaos bapaknya. "Kenapa tho, nduk?" tanya Pak Giman.
"Eh?" Farah menghentikan aksinya, lalu meringis. "Itu, Pak, nanti suami Farah bakal kayak Kakak ganteng itu!"
Pak Giman mengikuti arah pandang Farah, kemudian mengacak rambut anak gadisnya. "Makanya, udah Bapak bilangin jangan kebanyakan nonton Meteor Garden. Ngeyel!"
"Ihh ... Bapak!!" Farah merajuk, mengembungkan kedua pipinya.
Detik berikutnya, gadis itu menunjukkan senyuman yang berseri-seri, karena Saka melambaikan tangan ke arahnya. Farah menghampiri Jean dan Saka sambil membawa nampan merah mudanya.
"Ada apa, Kak?" tanya Farah.
"Tolong baksonya dibungkus ya, mau dibawa pulang," jawab Saka.
"Siap!"
Dengan sigap, Farah meletakkan dua mangkuk bakso di nampannya dan melesat pergi dari sana. Setelah itu, ia kembali dengan membawa plastik berisi bungkusan bakso, dan tak lupa, kembali membawa nampannya juga.
Saka mengernyit heran. "Kenapa nampannya dibawa-bawa terus?"
"Takut ilang, Kak," balasnya polos.
"Oke deh." Lelaki itu terkekeh setelah mendengarnya. "Btw, makasih ya."
"Iya, sama-sama!"
Saka tak membiarkan kedua tangannya menganggur. Tangan kirinya memegang plastik berisi bakso, sementara tangan yang lain membungkus tangan Jean yang mendadak dingin. Lalu, mereka pun beranjak dari sana.
"Kakaknya ganteng, tapi suka modus!" cicit Farah, setelah keduanya pergi.
•ANGKASA•
Saka menepikan mobilnya di depan sebuah minimarket, membuat Jean menoleh, berusaha mencari maksud melalui mata lelaki itu.
Saka yang merasa diperhatikan pun balas menatap Jean, lantas tersenyum. "Gue mau beli cemilan sama sesuatu. Lo jangan ikut."
"Sesuatunya apa?"
"Lotion buat ketiak," gurau Saka, kemudian membuka pintu mobilnya dan masuk ke minimarket.
Jean hanya menatap kepergian Saka dengan tatapan ngeri. Ternyata cowok juga doyan pake begituan, pikirnya.
Beralih ke posisi Saka sekarang. Keranjang berwarna merah sudah berada dalam genggamannya. Ia berkeliling dan menyisir rak camilan menggunakan penglihatannya seraya bersiul-siul. Tak lupa ia juga memasukan beberapa barang yang ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Teen FictionAngkasa, aku akan memberitahukan kepadamu betapa sulitnya mencintai seseorang yang sama selama dua tahun terakhir. Betapa lelahnya aku bertahan dengan sebuah rasa tanpa pengakuan. Ibaratnya seperti hatiku yang berteriak memanggil namanya, mustahil i...