•TPRC #30✓

91 14 0
                                    

Seberapa besar otak ini untuk menolak semua kemungkinan yang ada, dan sebesar itu pula takdir berusaha mempertemukannya.

🍂🍂🍂

Kenzi membalikkan badannya dan menatap Chaterine yang tengah menatapnya bingung.

"G-gue, la-lagi-" belum sempat Kenzi menyelesaikan ucapannya Chaterine sudah menyelanya terlebih dahulu.

"Lo ngapain coba disitu? nyari apa sampe bungkuk-bungkuk begitu?"

Kenzi nyengir lebar dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"G-gue lagi nyari kuteks. Ah iya gue lagi nyari kuteks lo warna merah, ada gak?" Kenzi menghela nafas lega karena bisa mencari alasan yang tepat.

Chaterine mengerutkan dahi bingung, "nyari kuteks aja ngapain pagi buta begini? 'kan bisa nanti."

"Gue mau pake sekarang Chaterine, supaya cepat keringnya."

Chaterine menganggukkan kepala paham, "tuh ada didekat tempat pensil, pilih aja warna apa." Ucapnya sambil menunjuk tempat yang dimaksud dengan dagu.

"Niat banget dah pake kuteks sampe bangun sepagi ini," gumam Chaterine pelan sangat pelan tapi Kenzi tetap bisa mendengarnya.

Kenzi mengalihkan sorotan cahayanya tepat kewajah Chaterine, "ngomong apa lo barusan?"

"A-ah eng-enggak kok," sahut Chaterine gelagapan. "Ah udahlah gue mau mandi dulu," Chaterine berdiri dan mengambil handuknya kemudian berjalan keluar kamarnya menujukamar mandi.

Saat sudah di ambang pintu Chaterine membalikkan badannya lagi, "oh iya gorden sama jendela jangan lupa dibuka." Ujar Chaterine kali ini benar-benar keluar dari kamarnya.

Kenzi menghela nafas lega dan mengusap keningnya yang mengeluarkan keringat.

Kenzi menepuk dahinya, "bego banget sih gue, untung gak ketahuan. Coba aja tadi gue nyarinya pas Chaterine lagi mandi," omel Kenzi pada dirinya sendiri.

"Ah udahlah yang penting gue selamat."

***

Chaterine turun dari motor Kenzi dan melepas helmnya.

"Nih," Chaterine menyodorkan helm yang dia pakai tadi kepada Kenzi.

Kenzi menerima helm tersebut dan segera mengajak Chaterine untuk masuk ke kelas.

"Mana lihat kuteks yang lo pake," pinta Chaterine.

"Baru tangan kiri aja, tangan kanannya gak sempet," ucap Kenzi sambil menunjukkan jemarinya pada Chaterine.

Chaterine hanya manggut-manggut kemudian kembali meneruskan langkahnya menuju kelas diikuti oleh Kenzi yang berjalan disampingnya.

Mereka berdua masuk kedalam kelas yang suasananya sedikit sepi mengingat jam baru menunjukkan pukul 06.35 pagi.

Chaterine duduk dan mengambil buku agama dari dalam tasnya, karena pelajaran pertama pagi hari ini adalah agama.

Kenzi menoleh kearah Chaterine yang tengah sibuk membaca buku dihadapannya.

"Rajin amat neng, gak capek apa belajar terus?"

Chaterine menjawab Kenzi tanpa mengalihkan pandangannya, "ya enggak lah. Namanya juga belajar gak akan ada habisnya, capek itu wajar tapi gak sebanding sama hasil yang didapat."

✎The Perfect Rich Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang