Buat apa jatuh cinta jika pada akhirnya dikecewakan, ditinggalkan, dan kenyataan paling pahitnya hanya diberi harapan.🌼🌼🌼
Chaterine melotot tak percaya dengan ucapan Kenzi barusan. Apa? Dia harus bertanya sendiri pada Calvins kapan cowok itu akan menyatakan perasaannya.
"Gila aja, gue gak mau lah. Emang lo pikir gue cewek apaan," ucap Chaterine sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
"Elah lebay banget anjir, sekarang tuh gak jaman lagi cewek nunggu cowok nembak duluan. Sekarang itu jaman emansipasi wanita, dimana kita bisa mengutarakan perasaan kita duluan," tutur Kenzi panjang lebar seraya melipat tangannya didepan dada.
Chaterine memutar bola matanya malas, "eh gak gak gak. Sampai kapanpun gue gak bakalan nanya begitu."
Kenzi mulai kesal sendiri karena sarannya sama sekali tidak diterima dengan baik, "ih pokoknya lo harus nanya. Kalo gak gue yang tanyakan!"
Chaterine mengerutkan dahinya bingung. Kan dirinya yang berhubungan kok jadi dia yang repot.
"Kok lo yang repot sih, udah ah! Awas lo ngomong macem-macem sama Calvins."
Kenzi menghela nafas berat seraya berucap, "iya-iya gue gak akan ngomong apa-apa."
Chaterine tersenyum miring, "nah gitu dong dari tadi."
Kenzi mengubah posisi duduknya hingga sepenuhnya menghadap Chaterine, "gue bukannya sok repot atau cerewet sama lo Rin. Gue sahabat lo, gue cuma pengen yang terbaik buat lo, gue gak mau sampe lo sakit hati cuma gara-gara tuh cowok!"
Chaterine tersenyum memenangkan sembari meraih tangan Kenzi dan menggenggamnya, "iya gue tau Zi, lo itu sahabat gue, lo cuma gak mau gue kenapa-napa. Tapi tenang aja gue yakin Calvins bukan cowok begitu kok."
"Iya tapi Rin—"
"Suttt sudah-sudah, mendingan kita tidur udah malam besok sekolah. Gak usah bahas ginian lagi, gak penting."
Kenzi menyerah, dia mengangguk menurut dan beranjak kesamping kiri Chaterine untuk tidur.
Kenzi menarik selimutnya sampai sebatas dada kemudian melirik ke arah Chaterine yang sedang melepas ikatan rambutnya.
Chaterine hendak berbaring namun tiba-tiba dia teringat suatu hal, "Zi—lo udah izin sama mama lo mau nginep disini kan?" tanya Chaterine khawatir jika Kenzi belum izin dan hal itu akan membuat mamanya Kenzi cemas dan bingung.
"Udah tenang aja gue udah izin, baju udah gue bawa, semuanya udah. Gak usah khawatir gue cuma nginep semalam."
Chaterine terkekeh pelan, "iya-iya bagus deh."
Catherine ikut berbaring disamping Kenzi, badannya dia condongkan kesamping kanan untuk mematikan lampu tidur. Namun aktivitasnya terhenti ketika mendengar seruan Kenzi yang memanggilnya barusan.
"Rin..."
Chaterine tak jadi mematikan lampu tidur, dia membalikkan badannya hingga sepenuhnya menghadap Kenzi, "iya?"
"Hmmm—" Kenzi bingung sekaligus dilema, haruskah dia memberitahunya sekarang atau nanti pada Chaterine.
"Iya kenapa Zi?" tanya Chaterine lembut.
Mendengar suara Chaterine yang begitu lembut, Kenzi urung untuk mengutarakan maksudnya, "emm gak papa deh gak jadi. Lain kali aja."
Chaterine mematikan lampu tidur, kemudian berbaring terlentang dan memejamkan matanya berusaha untuk tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
✎The Perfect Rich Couple [END]
Novela Juvenil❝Tentang rasa yang dibentuk dengan cinta❞ Calvins Harry. Cowok yang paling bodoamat kalo masalah cewe, jomblo dari orok dan gak pernah punya gebetan. Apalagi pacar. Gans? Sudah pasti MOST wanted kok Tajir? Pake banget malah Pinter? Iyalah genius mal...