Ada beberapa luka yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata
Oleh sebab itu air mata jatuh mewakilinya🌾🌾🌾
Sesuai apa yang dikatakan oleh Rollan lusa kemarin, kini keduanya—Rollan dan Kenzi tengah dalam perjalanan menuju rumah lama Chaterine.
Rollan bilang dia akan mengecek ke rumah Chaterine yang dulu. Karena siapa tau mereka akan mendapatkan petunjuk disana, dengan menemukan sesuatu yang akan mengangkat kembali ingatan Chaterine tentang dirinya.
"Lo yakin kita bakalan ke sana?" tanya Kenzi merasa ragu dengan niat Rollan.
"Yakin, lo tenang aja. Kalo lo gak mau masuk gue sendiri aja yang masuk."
"Ihh gue bukannya takut sama tu rumah kosong, tapi apa lo yakin itu rumah gak pernah di tempati orang lain? Apa lo yakin ada barang-barang yang bisa lo jadikan bukti berada disana?"
"Intinya coba aja dulu, jangan pesimis duluan."
Beberapa menit kemudian Rollan menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah pagar rumah yang terlihat lusuh.
Keduanya segera keluar dari mobil dan Rollan nampak mendekati salah satu warga yang tinggal disekitar sana.
"Permisi pak," ucap Rollan sopan. Kenzi terlihat hanya memperhatikan dari belakang apa yang akan dilakukan cowok di depannya ini.
"Iya ada apa?" tanya bapak-bapak itu.
"Emm mau nanya nih, yang punya rumah itu siapa ya?" tanya Rollan sambil menunjuk ke arah rumah yang terlihat kusam itu.
"Ohh itu.... yang punya ada kok tinggal di kota, mau di jual tapi gak laku-laku. Itu rumah di luarnya aja begitu tapi didalamnya bersih. Soalnya saya yang rawat," jelas bapak itu.
Rollan tersenyum tipis ketika menyadari peluangnya semakin besar, dia pun mulai bertanya-tanya lagi.
"Sebelumnya rumah itu pernah ditempati orang gak pak?"
Bapak-bapak itu menatap Rollan curiga tapi dia tetap menjawab pertanyaannya, "gak pernah mas, semenjak pemilik rumah itu pindah sekitar sepuluh tahun lalu. Rumah itu dijual dan langsung dibeli sama pengusaha. Tapi si pembeli gak pernah nempatin rumah itu dan berniat menjualnya lagi. Sampe sekarang gak laku-laku dan dia menugaskan saya untuk merawat rumah itu sampe sekarang."
"Siapa pak nama pemilik rumah ini yang sekarang?"
"Namanya pak Winarta."
Rollan menegang ditempat. Winarta? bukan kah itu adalah nama papanya? tapi Rollan belum menanyakan nama panjang orang itu.
"Nama panjangnya kira-kira siapa ya?"
Bapak itu menatap Rollan dengan mata menyipit dan semakin curiga, "emang ada apa ya kok mas nanya-nanya gitu?"
"Saya cuma mau nanya-nanya pak, dan sebenarnya saya tertarik dengan rumah itu makanya saya bertanya siapa pemiliknya kali aja saya kenal soalnya kenalan saya banyak," jawab Rollan yang sudah menemukan alasan tepat agar bapak-bapak didepannya ini tidak curiga.
Tapi Rollan menyadari jawabannya barusan terbilang konyol. Mana mungkin anak seusianya akan membeli rumah sedangkan uang saku saja masih minta orang tua. Tetapi Rollan segera mengingat prinsipnya, jangan pesimis duluan, jangan mengambil sebuah kesimpulan kalau kita belum coba melakukannya.
Bapak-bapak itu menatap remeh Rollan, "emangnya anak sesuai kamu udah bisa beli rumah?" benar dugaan Rollan semuanya tak akan semulus yang dia pikirkan dan nampaknya bapak-bapak di depannya kini mulai curiga kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✎The Perfect Rich Couple [END]
Teen Fiction❝Tentang rasa yang dibentuk dengan cinta❞ Calvins Harry. Cowok yang paling bodoamat kalo masalah cewe, jomblo dari orok dan gak pernah punya gebetan. Apalagi pacar. Gans? Sudah pasti MOST wanted kok Tajir? Pake banget malah Pinter? Iyalah genius mal...