•TRPC #38✓

88 11 0
                                    

Happy Reading all


Aku tidak cukup kuat untuk menahan pesonamu

****

"ke-kepala gue pu-pusing banget," keluh Chaterine terbata.

Kenzi menunduk menatap sahabatnya penuh khawatir, setelah itu matanya beralih ke sekumpulan siswa yang sedang menatap dirinya dan Chaterine tanpa berniat menolong sama sekali.

"Woy yang laen jangan diem aja dong! yang cowok bantuin bawa ke UKS!" teriak Kenzi setengah emosi.

Tak ada respon. Anak-anak kelasnya seperti tak berniat sama sekali membantu Chaterine yang hampir pingsan itu dengan membawanya ke UKS. Kenzi menggeram tertahan lalu tatapannya beralih menyorot tajam ke guru olahraganya yang tampak sangat khawatir itu.

"Pak bantuin dong jangan diam aja!"

"Iya-iya nak ini juga bapak mau bantu."

Pak Kasli segera menghampiri muridnya yang terduduk lemas, tetapi gerakannya terhenti ketika melihat siswa lain sudah mendahuluinya untuk menolong Chaterine.

Seorang cowok datang menghampiri Kenzi serta Chaterine yang duduk lemas, dia bukan anak kelas XI IPA 1 melainkan seorang siswa dari kelas XII IPA 1 yang kebetulan jadwal olahraganya sama dengan kelas Chaterine.

"Biar gue yang bawa," kata siswa tersebut.

"Agam?" beo Kenzi bingung.

Agam tak menghiraukan kebingungan Kenzi, dengan segera dia menaruh tangannya di bawah lutut serta belakang tengkuk Chaterine dan membawanya ke UKS.

Karena jarak UKS dengan lapangan cukup jauh. Alhasil, Agam membawa Chaterine dalam gendongannya setengah berlari.

Ni cewek ternyata berat juga ya. Kata Agam dalam hati ketika dia sudah berhasil membaringkan Chaterine di atas ranjang UKS.

Dokter pun segera datang dan memeriksa keadaan Chaterine yang wajahnya sangat pucat sekali serta keringat yang mengucur deras di dahinya.

Agam menyeka keringat yang menetes dari pelipisnya dan menghela nafas pelan.

"Gimana keadaannya dok?" tanya Agam dengan raut wajah khawatir yang tidak bisa disembunyikan.

"Dia kepanasan sama maagnya kambuh," sahut dokter perempuan itu memeriksa keadaan Chaterine. Dia kembali menatap gadis dihadapannya. "Kamu istirahat dulu ya, jangan lupa minum obat yang udah dokter siapin." Chaterine membalas dengan menganggukkan kepalanya pelan. "Yaudah saya kembali dulu." Lanjut dokter itu kemudian pergi meninggalkan ruang UKS.

Agam melirik Chaterine yang terbaring memegangi kepalanya kemudian menarik kursinya mendekat, bertepatan saat itu juga bel tanda jam istirahat berbunyi.

Chaterine tidak pingsan. Hanya dia merasa pusing, matanya berkunang-kunang, juga perutnya seperti di aduk-aduk. Dia memegangi perutnya yang terasa nyeri, Chaterine ingat tadi pagi dia lupa sarapan ditambah dengan mata pelajaran olahraga pagi hari membuat maagnya kambuh seketika.

"Rin—" perkataan Agam terhenti saat melihat pintu dibuka dengan terburu-buru dan menampilkan sesosok cowok dengan raut khawatir yang tercetak jelas diwajah tampannya.

"Rin lo kenapa?" Calvins berjalan menghampiri cewek yang tengah berusaha duduk dengan kepala tersandar didinding UKS.

Chaterine tersenyum menenangkan, "gak papa, cuma kepanasan doang."

Calvins terlihat menghela nafas pelan, "makanya sarapan. Lo tadi pagi gak sarapan kan?"

Agam merasa kehadirannya tidak diperlukan berdehem pelan, "ehmm gue gak bermaksud mengganggu, gue balik dulu ya." Dia menepuk pundak Calvins," semoga berhasil ya bro." Ujarnya tersenyum jahil, tatapannya beralih lagi ke Chaterine yang memandangnya dengan mata menyipit. "Cepat sembuh Rin, ntar dia galau lagi." Agam tertawa keras melihat tatapan menusuk dari Calvins kemudian segera berlari pergi menghindari amukan sahabatnya itu.

✎The Perfect Rich Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang