•TPRC #59✓

49 4 0
                                    

Kalau perasaan udah terlanjur sayang, otak mah kalah dan hati yang akan berkuasa

❤️❤️❤️

Calvins hanya diam memandangi fotonya berdua dengan Chaterine, hal itu sudah dia lakukan kurang lebih limabelas menit lalu.

Rasa suka yang dia katakan pada hari itu, hari dimana Calvins merasakan perasaan yang menggebu-gebu, jantung yang berdegup kencang, nafas yang tak beraturan.

Itu adalah hari dimana dia pertama kalinya menggenggam tangan perempuan selain ibunya, menyatakan perasaannya yang paling dalam.

Rasa sayang itu masih tetap ada

Hingga saat ini

Dan selamanya.

Calvins menunduk, hatinya pedih, seperti disayat dengan pisau paling tajam, namun tidak meninggalkan jejak nyata.

Walaupun dia laki-laki, Calvins tidak mungkin bisa menyimpan perasaan sedihnya begitu saja, juga tidak ada tempatnya berbagi cerita, membuat Calvins benar-benar frustasi.

Calvins mengepalkan tangannya kuat, air mukanya memerah, tanda bahwa suasana hatinya benar-benar buruk.

Dia memang pengecut!

Tidak bertanggung jawab!

Calvins tersiksa dengan perasaannya sendiri, dengan luka dihatinya yang semakin menganga lebar.

Calvins menunduk, menyembunyikan satu tetesan air matanya yang mengalir begitu saja.

Ya Calvins menangisi keadaannya yang sekarang.

🪙🪙🪙


"Rin," Kenzi mengulurkan ponselnya pada Chaterine yang baru saja duduk.

"Apaan?" heran Chaterine, belum menyambut uluran ponsel Kenzi.

"Password wifi."

Chaterine cepat-cepat mengambil ponsel Kenzi, dan mengetikkan password-nya.

"Ya ampun Zi, jadi selama ini lo gak pernah pake wifi rumah gue kalo kesini?"

"Nggak tuh, gue pake terus. Hp gue baru ke restart semalam, jadinya semuanya ilang," Kenzi memasukkan satu cookies ke dalam mulutnya. "Termasuk data hasil pemungutan suara pemilihan calon ketua basket baru." Kenzi memutar bola matanya kesal.

"Nggak lo salin dulu ke laptop?" tanya Chaterine ikut memakan cookies yang dibawa Kenzi.

Kenzi mengangkat bahunya, "belum tuh. Gak sempet."

Chaterine berlalu masuk ke kamarnya. Lalu kembali bersama surat-surat yang diberikan orang tak dikenal itu lewat kado yang diterima Chaterine tempo hari.

Chaterine menggeletakkan surat begitu saja diatas meja tanpa minat. Dia lelah dengan permainan ini, hampir semalaman dia berusaha memecahkannya. Tapi tidak kunjung menemukan apa maksud dari satu kalimat itu.

Kenzi mengambil kertas berwarna hitam, hanya membolak-baliknya tanpa minat. Hembusan nafas kasar terdengar, Kenzi menaruh kembali kertas ke atas meja, lalu mengambil ponselnya yang bergetar disaku.

Sekali melihat nama yang terpampang dilayar, Kenzi memandangnya tanpa minat.

Chaterine yang melihat itu merasa sedikit kepo, dia mencondongkan tubuhnya kesamping ikut melihat ke ponsel Kenzi.

✎The Perfect Rich Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang