Semua harapan, semua kepercayaan, semua rasa. Semuanya telah hancur tak bersisa.🪙🪙🪙
Calvins melihat sekeliling ruang keluarga rumahnya.
Ada paman, bibi, sepupu, serta kerabat dekatnya berkumpul.
Apakah sekarang sedang kumpul keluarga?
Calvins mengangkat bahu, dia menghampiri empat orang perempuan yang sedang bercengkrama disofa depan televisi.
Dua bibinya, kakak sepupunya, serta mamanya.
"Udah lama banget ya gak lihat kamu Vin, udah besar aja," kakak sepupu perempuannya yang berusia sekitar 25 tahun memukul pelan bahu Calvins. Cowok itu hanya hanya tersenyum simpul, beralih menyalami mereka satu persatu.
Kakak sepupunya langsung berdiri disamping Calvins, menggerakkan tangannya di atas kepala bergaya sedang mengukur tinggi badan.
Tingginya hanya setelinga Calvins, padahal saat terakhir mereka bertemu waktu Calvins masih kelas tiga SMP tinggi cowok itu hanya sebahunya.
Memang ya pertumbuhan laki-laki itu cepat.
"Gila! gue cuma setelinga lo, padahal waktu itu masih tinggian gue."
Calvins tersenyum mengejek, "makanya rajin olahraga, kerjaan kakak 'kan cuma gambar, makan, tidur."
Kakak sepupunya merengut, "dih biar gitu-gitu gambaran gue menghasilkan duit ya!"
"Ck! Iya-iya terserah deh." Calvins berlalu menuju ruang tamu hendak keluar ke garasi.
Dia menghentikan langkahnya saat pamannya menegur. "Mau kemana lo Vin belum ganti baju, masih pake seragam."
Calvins menyisir rambut menggunakan sela-sela jarinya, "mau ketemu cewek gue lah." Dia melirik papanya sebentar lewat ekor mata. Ingin melihat reaksi Nicholas.
Pamannya yang baru berusia 20 tahun itu tertawa. "Bisa ae lo pacaran, ngalahin gue yang udah 20 tahun menjomblo."
"Bangga banget jomblo seumur hidup, udah ah, gue mau pergi dulu," dia berlalu dari ruang tamu, menuju garasi untuk mengambil motornya.
Dalam hati Calvins menertawakan dirinya sendiri, padahal dia sendiri jomblo dari lahir. Bisa-bisanya mengejek orang yang senasib dengan dirinya.
Calvins sebenarnya pergi tidak ada tujuan tertentu.
Ingin ke rumah ceweknya? memangnya dia punya pacar.
Tidak-tidak, tadi yang dikatakan Calvins hanya bercanda saja, dia sedang malas dirumah.
Walaupun sedang ada acara kumpul keluarga
"Lewat depan rumah Chaterine ah, sekali-kali lewat depan rumah mantan gebetan," gumam Calvins pelan tersenyum geli.
"Gue mikir apaan sih barusan," Calvins menggelengkan kepalanya. Pikiran barusan benar-benar bukan seperti dirinya
Tapi hati tidak bisa dibohongi, tanpa sadar Calvins sudah berada dijalan menuju komplek perumahan yang ditinggali Chaterine.
Calvins mengurangi laju motornya saat hampir mendekati rumah Chaterine. Dia samar-samar melihat mobil yang terparkir di depan rumah Chaterine, tapi Calvins sendiri tak yakin bahwa mobil itu memang terparkir di depan rumah Chaterine. Pasalnya mobil ayah Chaterine adalah BMW i8 putih, sedangkan yang dilihatnya sekarang adalah mobil berwarna hitam.
Mungkin mobil temen bokapnya Chaterine. Gumam Calvins dalam hati.
Semakin dekat, Calvins dapat mengenali mobil didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✎The Perfect Rich Couple [END]
Teen Fiction❝Tentang rasa yang dibentuk dengan cinta❞ Calvins Harry. Cowok yang paling bodoamat kalo masalah cewe, jomblo dari orok dan gak pernah punya gebetan. Apalagi pacar. Gans? Sudah pasti MOST wanted kok Tajir? Pake banget malah Pinter? Iyalah genius mal...