Apa yang kalian pikirkan tentang penyemangat untuk datang ke sekolah setiap pagi, mungkin seorang lelaki yang menawan dan memikat hatimu bukan? Itu menurut pendapat para kaum hawa, sedangkan para kaum adam. Entahlah, aku tidak terlalu mengerti apa isi yang ada di dalam otak para lelaki.
Sebelumnya, saat aku menginjak tahun ke dua sekolah menengah pertama, aku menemukan sosok lelaki yang menarik bahkan membutakanku, aku sangat bersemangat bersekolah dan mencetak peringkat sepuluh besar setiap tahunya. Aku tidak terlalu pintar asal kalian tahu, peringkatku selalu mengalami penaikan dan penurunan, namun tidak pernah sekalipun masuk dalam daftar tiga besar, masuk tiga besarpun jika aku tidak salah ingat, saat aku menduduki kelas satu sekolah dasar mungkin.
Dia murid pindahan, dan kebetulan satu kelas denganku. Um, mengingat masa SMP memang sanggat mengelikan, di mana saat saat itu aku sangat menyukainya bahkan sampai sekarang tepat aku menduduki tahun terakhir SMA, sangat lama. Namun, aku tidak bisa melupakan rupa, suara dan tingkah laku lelaki itu.
Aku juga berfikir, mungkin ini yang menyebabkan aku tidak ingin mengenal lelaki lain selain dirinya.
Kami juga sudah berpisah sekolah, semenjak lulus SMP namun kenapa, aku masih saja tidak bisa melupakan sosok dirinya. Bahkan, sudah berberapa tahun semenjak itu Ataukah, ini yang di namakan cinta pertama? Yang sulit untuk di buang dan di lupakan.
Dia juga sudah memiliki kekasih, kata sahabatku yang menepati satu sekolah dengannya.
"Yerin! Kau melamun lagi." teriak Eun Bi, tepat di hadapan Yerin.
"Apa?" sahutku, yang masih tidak sepenuhnya sadar. Kenapa wanita itu menunjukan raut kesal, dan muka yang di tekuk.
"Kau mendengarkan perkataan guru tadi tidak? Apa kau tau siapa kelompokmu?" tanya Eun Bi setengah kesal, membuat Yerin hanya mengganguk pelan. "Aku selalu satu kelompok denganmu Eun Bi-ah, jadi kenapa kau menanyakan hal itu padaku, jika kau saja sudah tau jawabanya."
Eun Bi membuka mulutnya tidak percaya, kemudian mengumpat pelan. "Astaga! Ternyata kau benar-benar tidak memperhatikan."
Yerin menggeleng pelan. "Terus? Sekarang aku satu kelompok dengan siapa?"
"Kim Taehyung." kata Eun Bi pelan, kemudian menunjuk ke arah Taehyung yang sedang bercanda bersama teman sebangkunya Jimin.
"Kenapa hanya berdua?" tanya Yerin binggung, ingin saja rasanya Eun Bi membenturkan kepalanya ke dinding jika saja ia masih ingat ini tempat umum.
"Kau tanyakan saja padanya, masing-masing kelompok berbeda tugas." Eun Bi bangkit dari duduknya, kemudian melirik ke arah Yerin kembali. "Kau mau ikut ke kantin?"
Yerin mendengar itu hanya menggeleng pelan. "Tidak, aku malas."
Eun Bi sedikit terdiam sesaat, ia sangat tau jika Yerin kembali berbohong seperti sebelumnya, mengatakan jika ia sudah kenyang, dan tidak memiliki nafsu makan. Tetapi tetap saja, Eun Bi bisa melihat raut wajah wanita itu menahan sakit di perut, karena mungkin gejala Maag-nya kembali kambuh.
"Aku teraktir hari ini." kata Eun Bi tersenyum, "Ayo, aku sangat malas ke kantin sendiri."
Yerin awalnya menggeleng pelan. "Aku tidak lapar Bi-ah, aku hanya malas untuk bergerak."
"Ayolah, setidaknya temani aku." kata Eun Bi memelas, mencoba mendesak Yerin yang sekarang nampak bimbang.
Yerin menggigit bibir bawahnya pelan, menatap pasrah ke arah Eun Bi. Kemudian menghela nafas pelan, dan bangkit dari duduk.
"Aku di beri uang tambahan oleh Ibu, aku ingin meneraktirmu." kata Eun Bi senang, kemudian merangkul pelan lengan Yerin untuk keluar dari kelas menuju kantin.
"Oh, benarkah?" tanya Yerin antusias, membuat Eun Bi hanya mengganguk senang. "Tentu, orang tuaku memang mengerti diriku."
Kemudian tidak ada perkataan yang mengawali perjalanan mereka, saat Yerin memilih diam sesekali tersenyum kepada semua orang yang menyapanya saat tidak sengaja bertemu, atau berjalan berlawanan arah denganya.
Akankah, orang tuaku mengerti diriku?
[ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [ Taerin ] ✓
Short Storyaku tidak mengisahkan banyaknya kisah cinta yang bertebaran di kalangan remaja saat ini, tidak. Ini tentang masalah bagaimana menerima diri sendiri, dan menyakini jika kita harus mencintai diri sendiri ketimbang orang lain. Bukan terkesan tidak perd...