Samar-samar, aku mendengarkan suara seseorang tertawa. Bahkan sesekali berteriak kencang, membuatku terbangun dari tidur yang entah sejak kapan.
Saat aku membuka mata, aku tidak menemukan sosok yang mengantarku sebelumnya ke sini.
Hwang Eun Bi, kemana sebenarnya Gadis itu.
"Kecilkan suaramu, ini ruang kesehatan." kata gadis yang bersurai panjang di ikat menjadi satu, menyadarari keberadaanku yang mulai membuka mata. Sebelumnya aku tidak mengira jika itu Eun Woo--- Ketua kelas Yerin---, yang sedang membelakangiku.
Pria itu berbalik melihat apa yang menjadi teguran untuknya dari sang Adik kelas, kemudian tersenyum ke arah Yerin.
"Maafkan aku, apa suaraku sangat besar sehingga mengusikmu." tanya Eun Woo dengan senyum yang masih saja melekat pada bibirnya, membuat Yerin hanya menggeleng pelan. "Tidak terlalu, apa kau melihat Eun Bi?"
Eun Woo menunjuk ke arah luar, "dia di panggil untuk masuk ke kelas, saat seorang guru memergokinya sedang asik bermain ponsel di sini." kemudian kembali tersenyum kepada Yerin. "Kau lemah sekali, tidak pernah aku tidak menemukanmu terbaring di sini."
"Sialan, perlu ku katakan aku baru lima kali menepati kasur sialan ini." kata Yerin merenggut kesal, membuat Eun Woo hanya terkikik pelan. "Kau tetap saja sama, meski sedang sakit seperti ini."
"Terus apa? Aku harus menangis di hadapanmu, dan meminta kau berada di sini untuk merawatku." decak Yerin kesal, membuat Eun Woo berpikir sejenak. "Boleh di coba, mengingat kita pulang satu arah bukan. Aku bisa menunggumu."
Mataku membulat, hei. Aku hanya bercanda, kenapa Pria ini serius sekali.
"Kekasihmu sedang di depanmu, kalau kau tidak lupa." kataku malas, membuat Eun Woo melirikan pada sosok gadis yang berada di hadapanya, yang tadi menegurnya saat tertawa kencang.
Kim Yewon--- Adik kelas tingkat pertama--, menatap sengit ke arah Eun Woo bergantian kemudian ke arah Yerin.
Membuat Eun Woo kewalahan sendiri, saat melihat Yewon yang berjalan meninggalkanya dengan raut wajah marah, kesal dan setengah menahan tangis.
Yerin hanya tersenyum jenaka, membuat Eun Woo berdecak keras, memanggil nama Yewon dan berlari keluar dari ruang kesehatan.
Aku menatap ke arah ponsel miliku, yang hanya berwalpeperkan wajah selfieku berberapa bulan lalu, saat sedang berpergian bersama Eun Ha ----sahabat sekolah dasar, yang berada di dekat rumah---. Mulai mengetikan sesuatu di sana, dan mengirimnya kepada Eun Bi yang mungkin bisa aku andalkan untuk aku yang sedang tidak bisa bergerak sedikitpun.
Me : [ Eun Bi-ah, bisa kau kesini sekarang, aku menbutuhkan bantuanmu.]
Tepat setelah itu, aku mencoba untuk bediri, namun rasa pening yang menusuk kepala membuatku mengurungkan niat untuk beridiri, dan kebali ke posisi awal dengan tangan yang memijat pelipis pelan.
Apa lagi setelah ini
Tak lama aku mendengar suara langkah kaki yang tergesah-gesah, dan membuka pintu kencang, aku sedikit mengulas senyum saat Eun Bi menampakan wajah khawatir yang sangat ketara saat ini.
"Apa? Yang kau butuhkan?" tanya Eun Bi, menbuat Yerin mengulas senyum tipis. "Bisa ambilkan tas miliku, aku sangat pusing tidak bisa berjalan menaiki tangga."
Eun Bi menggeram tertahan. "Kenapa kau sakit menyebalkan sekali, kau tau bertapa khawatirnya aku membaca pesan darimu, kupikir kau kenapa-napa. Tetapi, kau bilang dengan santainya memintaku untuk mengantarkan tasmu. Sialan, kau tau menuruni tangga dari lantai tiga ke satu itu sangat melelahkan, terlebih lagi aku ke sini dengan perasaan tidak karuan. Dan, sekarang kau menyuruhku kembali ke lantai tiga, hanya untuk mengambilkan tasmu. Kenapa tidak bilang dari tadi, aku tidak perlu berkerja dua kali seperti ini." setelah berkata panjang dan cepat, Eun Bi menghela nafas pelan dadanya naik turun, ia merasa di permainkan.
"Maafkan aku, jika kau tidak mau tidak apa. Aku akan mengambilnya sendiri." kataku yang sedikit prihatin kepada Eun Bi yang terlihat sangat kesal, salahku juga kenapa tidak menyaring kata-kata pesanku terlebih dahulu. Meski aku tidak yakin akankah aku bisa untuk mengambilnya, sedangkan berdiri untuk duduk saja aku sangat tidak bedaya.
Ah benar-benar, kenapa rasanya aku seperti mayat hidup saat ini. Menyusahkan orang saja.
Aku mencoba untuk berdiri, namun segera di tahan oleh Eun Bi. "Biar aku mengatakan pada grup kelas."
"Tidak perlu, itu akan menyusahkan mereka saja." kataku pelan, membuat Eun Bi melirik tajam ke arahku dan melanjutkan ketikanya pada papan pengetik pesan, kemudian mengirimnya.
"Untuk apa guna teman Yerin-ah, jika tidak bisa di gunakan untuk meminta pertolongan, saat kau sudah tidak ada tenaga sama sekali untuk bangkit berusaha sendiri, ingat kau tidak sendiri, banyak di sini orang yang menghawatirkanmu."
Perkataan Eun Bi membuat Yerin hanya mengganguk pelan, terlalu malas menanggapi, menurutnya tidak ada teman yang bisa di butuhkan saat senang maupun susah, itu hanya sekedar omong kosong.
Tepat setelah itu, Yerin dan Eun Bi mengedarkan pandanganya ke arah pintu yang terbuka, dan di iringi oleh seseorang Pria dengan gengaman di samping lengan kanannya terdapat satu barang yang sangat familiar di mata Yerin.
Itu tas miliknya, dan di bawakan oleh orang yang tidak terduga.
Taehyung dengan repotnya membawakan tas miliknya, di susul Eun Bi yang menyambut tas Yerin dan meletakanya di samping ranjang.
"Aku di suruh guru untuk mengantarkan tasmu, saat ingin permisi ke toilet. Kebetulan saja." kata Taehyung, kemudian tersenyum sedikit kaku ke arah Yerin, membuat Eun Bi hanya mendesah lelah. "Pergi saja sana, kau mau ke toilet bukan?"
Taehyung mengganguk, kemudian tanpa berkata apapun Pria itu meninggalkan ruangan, sesekali melirik ke arah Yerin dan mengedipkan satu matanya.
Gila, apa yang sedang si sinting itu lakukan.
[ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [ Taerin ] ✓
Krótkie Opowiadaniaaku tidak mengisahkan banyaknya kisah cinta yang bertebaran di kalangan remaja saat ini, tidak. Ini tentang masalah bagaimana menerima diri sendiri, dan menyakini jika kita harus mencintai diri sendiri ketimbang orang lain. Bukan terkesan tidak perd...