Chapter 8: Tuduhan

799 104 1
                                    

Aku tidak akan pernah tau, jika dunia sangat sekejam dan setidak adil seperti saat ini.

Tepat semenjak aku pulang sekolah tadi, tidak sengaja Bibiku----Hyura----, menemukan satu bungkus rokok dengan isi sisa tiga batang. Di dalam tas-ku.

Sebelumnya aku tidak menyimpan benda itu, walaupun pernah terlintas di pikiran ingin mencobanya, membuat paru-paru miliku rusak perlahan dengan nikotin yang terkandung di dalam rokok yang masih berada di gengaman Hyura.

Aku merasakan sangat sial hari ini, kenapa harus hari ini Hyura memeriksa tasnya saat ia sedang membersihkan diri, dan menemukan benda terlarang itu yang tidak tau bagaimana bisa berada di dalam tasnya.

"Mau jadi jalang rupanya?" kata Hyura pelan, namun sangat berdengung dan membuat detakan jantung tidak normal, cemas, takut bergabung menguasai diri Yerin sekarang.

Yerin hanya diam, dia tidak salah di sini. Tetapi bukti di tangan Hyura terlalu kuat untuk di bantah, sehingga aku hanya diam tidak menyahut apapun, mencoba tidak perduli, walaupun aku terlalu di himpit dan di sudutkan di sini.

"Dengarkan aku sialan! Rupanya kau benar-benar ingin menjadi Jalang, sejak kapan kau mengonsumsi ini?" kata Hyura marah, kemudian melemparkan kota rokok itu tepat di atas kepala Yerin, membuat Yerin menatap tidak suka.

"Apa? Kau ingin membantah?"

Aku hanya menghela nafas pelan, meski emosiku sudah berada di atas ambang-ambang yang kapan saja siap meledak.

"Walaupun aku berkata jujur. Kalian tetap tidak percaya, jadi lebih baik aku diam. Itu yang Bibi minta kan?" jawabku, membuat mataku terasa panas. Dan pandanganku semakin buram akibat air mata yang mendesak untuk di keluarkan, saat tepat tamparan keras itu melayang di sisi kanan wajahku. Sangat perih, panas dan sakit.

Namun siapa yang tau, tidak ada yang lebih sakit selain di hatiku. Rasanya, duniaku semakin lengkap sekarang. Hancur, berantakan dan mengerikan.

"Dasar anak tidak tau di untung, astaga! Kenapa bisa orang tuamu melahirkan anak sialan, dan tidak tau malu berbicara dengan sopan terhadap orang yang lebih tua darimu." kata Hyera, membuat kakak pertamanya yang sendari tadi diam saja kembali mengeluarkan unek-uneknya. "Binatang! Kurang ajar, apa lagi yang pas untuk sebutan Jalang sepertimu?" Hyeri--- kakak perempuan Papa Yerin, dan Hyera--- memukul pundak Yerin kuat, membuat Yerin menunduk takut tidak bisa melawan apapun lagi.

"ITU BUKAN SALAHKU! KENAPA KALIAN TIDAK PERCAYA! itu kebenaranya, tetapi aku di jebak di sini." air mataku benar-benar sudah gatal ingin keluar, mengucur deras di sertai isakan kecil yang aku keluarkan. Rasanya sangat sakit, tetapi tidak ada satu orangpun yang percaya.

Plak

Seperti dugaanku, tidak ada yang bisa mempercayaiku di dunia ini, termasuk aku dan diriku sendiri. Sebenarnya siapa diriku ini, yang selalu mendapat kesialan berulang kali, tanpa adanya jalan keluar yang membantuku sedikitpun.

Pikiranku memutar-mutar, bagaimana cara untuk menghindari kedua Bibiku ini, dan berlari dari kenyataan pahit yangku terima.

Tanpa sadar, aku berteriak kencang. Sesekali menutupi telingaku, ah bahkan lebih pantas aku di sebut sebagai orang gila yang keluar dari kandang untuk saat ini, berlari tak tentu arah, ingin meminta pertolonganpun susah.

Tidak ada yang mengerti, dan bagaimana menjadi diriku yang menyedihkan ini, aku saja tidak mau. Bagaimana orang lain, mungkin mereka benar-benar sudi untuk menyentuh si gadis sial yang membawa mimpi buruk ini.

Sampai aku tidak mendengar suara apapun, bahkan teriakan dan umpatan yang di berikanpun sudah tidak terdengar. Lututku terasa lemas, dan sulit untuk di gerakan lagi. Aku menepi, dan memilih berdiri di samping tembok sempit tidak berpenghuni, sangat sempit dengan barang-barang bekas tidak terpakai.

Aku melepaskan semuanya, tangisan dan kesakitan yang bertambah parah, semenjak kepergian Nenek.

Aku membutuhkan sosokmu sekarang.

[ ]

Save Me [ Taerin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang