Chapter 10: Uang, Tuhan, dan Kesempurnaan

744 104 2
                                    

Ini merupakan hari ke-empat, setelah insiden kejadian saat aku menjadi orang tidak waras, yang melukai dirinya sendiri.

Bukan hanya itu, ujung kepalan tanganku memar, dan berberapa sobek dengan darah yang telah mengering. Juga, di bagian perutku sudah ada berberapa sayatan abstrak yang aku tidak tau itu berbentuk apa, sudah sangat banyak.

Dan selama empat hari itulah, keseharianku hanya tidur, dan membersihkan diri. Kemudian berulang seperti itu lagi, sangat monoton bukan?

Makan? Tidak. Aku selama ini juga tidak bertegur sapa dengan kedua Bibiku, rasanya sangat malu. Aku meminta makan, sedangkan kini tidak bisa di bohongi selama tiga hari aku menahan lapar ingin makan.

Sekolah? Itu tidaklah penting sekarang, aku sudah tidak perduli. Aku sudah muak, mungkin Papa belum tau masalah ini, jika saja beliau sampai tau aku tidak tau bagaimana kecewannya mereka.

Aku tidak perduli, karena aku sudah muak.

Aku lelah selalu di salahkan, aku lelah selalu di sudutkan. Dan di benci semua orang.

Aku sempat membuka ponsel, dan menerima berberapa pesan dari teman sekelas. Hanya berberapa, tiga atau empat orang. Tidak lebih, aku tidak terlalu mempunyai banyak teman.

"Kau sakit apa?"

"Aku mau menjenguk, boleh tidak?"

"Yerin-ah, kenapa kau tidak sekolah. Absenmu sudah melewati batas hari, hari ini kau alfa karena tidak memiliki keterangan sakit dari pihak dokter."

"Hey sinting! Sekolah bodoh, kau mau jadi apa nanti?"

"Aku kesepian, tidak ada yang mendengarkan ceritaku lagi."

"Ibu guru menanyakan penyakitmu, kau sakit atau nyakit?"

"Yerinnn! Cepat sekolah, semua orang mengahawatirkanmu."

Hatiku terasa sedikit tersentuh, apakah aku sebaiknya sekolah besok? Tetapi, semua uang jajan untuk sekolah berasal dari Hyura dan Papa tidak memberikan uang jajan terkecuali uang bayaran bulanan sekolah, dan semua perlengkapan sekoalah lainnya.

Aku hanya takut, mereka akan meneriakanku Jalang kembali, dan memakiku yang tidak tau malu, yang hanya bisa meminta tanpa memberi.

Sebenarnya kunci utama manusia sekarang adalah, uang. Uang. Uang dan uang.

Ya. Orang yang memiliki banyak uang, bisa saja di sembah sebagai tuhan, karena mempunyai kesempuranaan yang lebih dari rakyat biasa yang mencari uang sangat sulit, di bandinglan orang berduit yang hanya menghamburkan uang untuk keperluan tidak penting.

[ ]

Save Me [ Taerin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang