Ini sudah mendepati hari liburan, aku sampai tadi pagi di Desa, Nenek menyambutku hangat walaupun aku lihat tubuhnya mulai membungkuk sekarang.
Malam datang dengan sangat cepat, aku menyempatkan diri di antara selimut dan bantal guling yang tepat berada di belakangku, Papa dan Yerim sedang berada di luar untuk mencari makanan di Warung yang masih buka.
Sedangkan aku berada di sini, tidur dalam satu selimut yang hangat bersama Mama yang berada di hadapanku, kami saling berhadapan.
"Kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Mama, membuatku hanya mengulas senyum tipis. Beruntung hari ini merupakan hari tepat datangnya tamu bulanan, membuatku tak akan mencari alasan lain untuk mengelak apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku baru sampai pagi tadi Ma, aku kelelahan. Dan hari ini merupakan hari pertama priode bulananku. Wajar saja jika aku nampak pucat, lemas dan lesu." kataku tersenyum, membuat Mama menarik ujung hidungku pelan.
"Bagaimana ulanganmu? Apa soalnya susah?" perkataan Mama membuatku memutar bola mata malas. "Ayolah Ma, aku datang kesini untuk liburan bukan untuk membahas soal ulangan."
Mama terkekeh, dan memeluku gemas. "Aduh, anakku satu ini senang sekali marah-marah."
Aku terkekeh pelan, kemudian memeluk balik Mama yang aku rasakan sekarang tubuhnya kian mengecil, kurus dan tulang-tulangnya sempat menonjol.
"Ma, ingat tidak waktu aku jatuh dari tangga saat bermain bersama Jaemin?" tanyaku, mendongak ke arah Mama yang sekarang memainkan suraiku. "Tentu, kau dulu sangat nakal."
"Kau pernah jatuh dari pohon saat memanjat, tertimpa pagar kayu saat kau sengaja bermain kuda-kudaan bersama adikmu, di gigit anjing paman saat kau sengaja meletakan jari telunjukmu di depan mulut anjing. Hmm apa lagi, kau banyak sekali berbuat hal ceroboh yang membuat dirimu sendiri terluka." Mama menelusupkan jarinya di belahan suraiku, menyentuh kulit kepalaku membuatku nyaman.
"Kau itu sangat nakal dan pemberontak, berbeda dengan adikmu yang pendiam dan penurut." kata Mama, membuatku berdecak pelan. "Apa Mama mau punya anak yang hanya diam di suruh memilih, dan mengganguk patuh saat di suruh apapun, termasuk hal yang bodoh."
Mama menyentil kepalaku pelan. "Ya, tidak. Setidaknya kalian saling melengkapi. Ada si pemberontak dan si penurut, ada si pendiam dan cerewet. Dan ada yang suka marah-marah, dan suka merajuk."
"Aku tidak seperti itu." belaku pada diriku, membuat Mama tertawa. Dan menunjuk wajahku "Itu kau lihat wajahmu saat merengut, sangat jelek."
"Sudah aku lelah, aku mau tidur." kataku, kemudian memeluk dirinya membuat Mama melepaskan pelukanku. "Adikmu akan marah nanti, jika kau mengambil posisinya."
Aku hanya mengernyit tidak mengerti. "Apa?"
"Dia akan marah jika tau, kau mengambil tempat dimana dia biasa tidur. Dan kau memeluk Mama, dia orangnya sangat pencemburu."
Aku menjauh, dan berdecak pelan. "Dasar manja."
Mama hanya terkekeh, kemudian mengacak suraiku pelan, kemudian aku mencoba untuk tertidur saat merasakan kehadiran Papa dan Yerim sudah memasuki rumah.
Samar-samar aku mendengar suara Papa yang memanggil namaku untuk makan, makanan yang baru saja di belikan, tetapi Mama menyuruh diam. Karena aku sudah terlelap----walau sebenarnya tidak.
Dan aku juga mendengar jika Mama berkata keadaanku semakin kurus, pucat dan lemas. Hal itu juga di karenakan, aku tidak kembali lagi setelah pulang dari Dokter yang mengatakan harus membawa orang tua untuk melakukan Ct Scan esoknya. Aku pulang seperti biasa, melakukan kebohongan demi kebahagiaan. Walaupun aku tidak tau pasti, ini merupakan kebahagiaan atau berakhir menjadi kesedihan. Berkata jika aku kelelahan, butuh istirahat tidak untuk penyakit yang berada di kepalaku sebelumnya.
Semoga aku memiliki umur panjang.
[ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [ Taerin ] ✓
Короткий рассказaku tidak mengisahkan banyaknya kisah cinta yang bertebaran di kalangan remaja saat ini, tidak. Ini tentang masalah bagaimana menerima diri sendiri, dan menyakini jika kita harus mencintai diri sendiri ketimbang orang lain. Bukan terkesan tidak perd...