Chapter 26: Bimbingan Konseling

505 72 0
                                    

Aku memilih untuk memasuki ruangan perpustakaan, selagi menunggu bel masuk istirahat, kupingku sangat panas untuk mendengar, dan sangat sakit saat melihat mereka memandangku jijik.

Aku tidak membawa telepon gengam, karena ponselku itu sering sekali Error karena itu aku tidak pernah membawanya tiga hari belakangan ini.

Aku lihat seorang masuk ke dalam perpustakaan, itu ibu penjaga perpustakaan.

Kim Taeyeon.

Aku mulai menghapus jejak air mataku yang mengalir, dan menutupi seluruh wajah dengan buku yang sengaja ku taruh ke depan wajahku.

Terdengar langkah kaki mendekatiku, "Kau Yerin bukan?"

"Ehm." aku hanya mengganguk, dan membenarkan letak bacaanku.

"Nak, jangan dengarkan apa yang mereka katakan padamu. Mereka hanya orang bodoh, yang berbicara tanpa tau bukti yang jelas."

Tiba-tiba saja aku menurunkan buku yang semula menutupi wajahku, Taeyeon berpihak padaku bukan.

"Katakan apa yang sebenarnya terjadi, ibu akan mendengarkan semua keluh kesahmu. Kau tidak lupa, kalau ibu juga guru bimbingan konseling." kata Taeyeon, membuatku hanya mengganguk dan menghirup cairan yang rasanya ingin keluar di hidungku.

"Ibu tau kau tidak bersalah, hanya saja kau terjebak di sini. Kenapa kau tidak melakukan pembelaan diri?"

Aku hanya tersenyum pahit. "Percuma, seseorang yang telah membenci akan tetap membenci, walaupun telah aku ceritakan kebenaran, mereka tetap akan membenciku bu."

Taeyeon mengganguk mengerti, kemudian duduk di hadapanku. "Baiklah, kau ingin bercerita dari mana. Tenang saja, ibu tidak akan menyebarkanya. Ini rahasia kita berdua." Taeyeon mengulurkan jari kelingkingnya, membuatku ragu, kemudian menyambutnya juga.

Dan saat itu aku menceritakan semuanya, tentang bagaimana kehidupanku, keluarga, dan teman yang sekarang menuduhku yang tidak-tidak.

"Bu, aku tidak tau. Bagaimana bisa bungkus rokok itu berada di tasku, kalau perlu untuk membuktikan, mari melakukan tes urin aku sama sekali tidak mengonsumsinya. Aku bersumpah." kataku, membuat Taeyeon hanya menggeleng pelan. "Tidak perlu, itu terlalu berlebihan. Kau hanya perlu mencari orang yang menjebakmu, dan bicarakan padanya apa yang sebenarnya ia mau, dan apa penyebab ia menjebakmu."

"Tapi... Itu pasti akan sulit." kataku ragu, membuat Taeyeon hanya mendesah lelah. "Tidak ada yang sulit, jika kau tidak mencoba terlebih dahulu."

Tepat setelah itu bel masuk berbunyi, aku merasakan sedikit lega karena melepaskan satu beban di pundakku, walaupun masih terbayang jelas bagaimana tatapan dan sindiran keji itu di berikan kepadaku.

Aku akan mencoba mencari pelakunya.

[ ]

Save Me [ Taerin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang