Chapter 32: Pernyataan Tidak Terduga

539 70 2
                                    

Setelah kejadian pingsan kemarin, tiba-tiba saja malamnya aku sudah sampai di rumah, Eun Ha berkata jika mobil sekolahlah yang mengantarku ke rumah.

Kedua Bibiku sempat terkejut menemukan keadaanku yang di katakan tidak baik-baik saja, dan menyuruhku absen untuk hari ini. Karena Hyera berkata akan membawaku ke dokter untuk berobat.

Aku tau mereka sebenarnya sayang kepadaku, tetapi sikap merekalah yang salah tentang bagaimana cara memberikan perhatian yang aku inginkan.

Tepat pukul sepuluh pagi, aku sudah mengenakan baju seadanya. Aku tidak demam, hanya saja kepalaku sakit, dan hidungku kembali mengeluarkan darah pagi tadi.

Aku mengatakan aku bisa sendiri ke dokter, karena jarak dari rumah tidak terlalu jauh, dan aku masih bisa berjalan dengan baik. Hyera juga berkata jika ia mempunyai perkerjaan, yang harus di selesaikan dari fajar tadi dan belum kembali hingga saat ini. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk pergi sendiri.

Tepat di depanku, Dokter sedang berhadapan denganku. Mengamati catatan keluhan penyakit yang aku katakan sebelumnya.

"Apa kau berangkat ke sini sendiri?" tanya Dokter itu membuatku hanya mengerutkan dahi binggung, dan mengganguk pasti.

"Harusnya kau di dampingi wali, dengan keadaan kau sedang sakit seperti ini." kata Dokter itu, melempar senyum tipis kepadaku. Aku hanya membalas singkat, dan menunggu apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Ini bukan penyakit biasa, apa kepalamu pernah terbentur sebelumnya?" tanya Dokter, membuatku mendadak cemas. Setahuku, aku pernah terjatuh dari tangga saat kecil.

"Aku pernah terjatuh dari tangga saat kecil, sudah dari 13 tahun  yang lalu."

Dokter itu mengganguk, dan mencatat sesuatu di catatan yang sebelumnya ia gores. "Apa saat itu kepalamu pecah? Atau berdarah?"

"Hanya berdarah sedikit, dan sampai sekarang benjolan itu tidak mau hilang dari kepalaku." aku menyimbak poniku, memperlihatkan benjolan sedikit besar yang bersembunyi di balik poniku.

Dokter itu menyentuh dahiku pelan, dan sedikit mengetuknya. "Ini darah beku."

Perkataan Dokter itu membuatku menjadi panas dingin, jangan katakan ini akan berdampak pada kehidupanku selanjutnya.

"Seharusnya saat itu, kau langsung di bawa ke rumah sakit. Bukan di obati tradisional di rumah. Ini fatal." kata sang Dokter, membuatku meremat ruas jari-jariku yang mulai mendingin. "Saat itu nenek menyumbat pendarahanya dengan kapur, juga sirih."

Dokter menggeleng, "itu tidak benar, sebaiknya kau besok kembali lagi ke sini. Kita akan melakukan ct scan pada bagian kepalamu, bagian mana saja yang telah menjadi darah beku."

"Ada baiknya kau mengajak orang tuamu, temui saya lagi besok. Takutnya, ini sudah merambat ke otak dan membuat sel-sel lain tergangu. Dan mengancam kehidupanmu." tutup sang Dokter dengan senyuman menenangkan, namun tidak sama sekali dengan keadaanku sekarang yang sudah binggung harus bagaimana.

Aku takut mati, dan aku tidak sanggup mengucapkan yang sebenarnya apa yang terjadi pada diriku kepada Mama dan Papa aku takut mereka sedih.

Ekonomi juga sulit, walaupun melakukan dengan cara oprasi dan Ct Scan itu memerlukan uang, dan aku tidak sanggup jika Papa akan menghutang kemana-mana hanya untuk biaya pengobatanku yang mungkin hasilnya tidak seperti yang di harapkan, aku tidak mau membebani mereka.

Sudah cukup, mereka memakan semua sumpah serapah anggota keluarga yang lainya, karena telah melahirkan anak yang buruk akhlak sepertiku ini. Dan membiayai sekolah, aku juga tidak terlalu pintar, dan tidak bisa membanggakan mereka dengan juara kelas yang selalu orang tua dambakan.

Aku itu buruk, dan tidak sempurna. Dan aku sangat membenci diriku sendiri.

[ ]

Save Me [ Taerin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang