Chapter 22: Telepon Dari Papa

539 70 0
                                    

Aku mengengam ponsel yang sekarang berada di samping telingaku, ini merupakan jam istirahat ke dua. Dan tanpa di duga-duga. Papa menelepon.

Seperti biasa, ini sudah menduduki hamping tengah semester, dan Papa pasti akan bertanya berapa dan kapan membayar uang untuk memenuhi persayaratan, untuk mengikuti ulangan.

"Pa, uangnya sangat banyak. Di tambah lagi, ini sudah menduduki kelas tiga." Sungguh, aku tidak sanggup mendengar suara lelah mereka, aku juga tidak tega membebankan mereka dengan uang nominal tidak sedikit, untuk melunasi supaya aku ikut ujian tahun ini.

"Sudah, kau tidak perlu berfikir untuk itu. Kau hanya perlu belajar dan jangan sampai tidak lulus nanti nak, Papa dan Mama sudah berkerja keras. Oleh itu, jangan kecewakan kami."

"Masalah biaya, biar kami yang mengatur, kau hanya perlu tau selesai, dan mengikuti ulangan."

"Tapi Pa, dari mana Papa akan mendapatkan uang sebanyak itu?" tanyaku, sudah terlalu binggung. Padahal, aku sama sekali tidak membantu.

"Tidak perlu kau pikirkan, kau tau. Papa sudah banyak berhutang, mungkin Papa akan menjadi buronan sebentar lagi. Haha."

Suara tawa itu sangat menggema, membuatku hanya terkikik pelan dengan guyonan yang selalu Papa berikan, Ah. Sialnya. Aku menangis, mereka mendapatkan uang dengan cara bersih bukan? Aku hanya takut, Papa akan mengambil cara kotor karena sudah tidak tau mendapatkan uang banyak dari siapa.

Dan tidak salah, dulu aku pernah melihat banyak angka di catatan, dan Papa bilang itu nomor Togel dan berkata sejak nenek masih hidup, jangan pernah ceritakan kepada siapapun dan termasuk keluarga nenek.

Aku saat itu tidak mengerti, namun aku lambat laun akhirnya mengerti, itu ilegal dan kotor tetapi Papa masih melakukanya, dan berkata mereka cuma iseng dan ternyata menang, dan ketagihan.

Aku takut, apa yang Papa katakan tentang buronan itu hal nyata yang mungkin terjadi.

"Yerin-ie, kau masih di sana?"

"Nak?"

"Halo?"

"Sudah, kenapa kelasmu sangat berisik? Apa gurumu sudah masuk?"

"Papa harus berkerja lagi, papa matikan. Baik-baik di sana, dan jangan lupa belajar yang giat."

"Sampai jumpa."

Pip

Baiklah, tidak ada sapaan balik dan ucapan 'kami menyayangimu.' sangat kekanakan, namun aku ingin sekali di ucapkan seperti itu, sebelum sambungan terputus.

Aku kembali menjadi serakah.

[ ]

Save Me [ Taerin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang