penyelesian yang berujung perpisahan

2.2K 71 0
                                    

****
07:00wib

Saat di sekolah, ka Ditya yang masih memikirkan apa yang di katakan hana kemarin malam akhirnya sudah membuat keputusannya.

Saat pulang sekolah ka Ditya memutuskan untuk menemui ku, dan dia rasa dia harus bicara pada ku.

Saat bunyi bel pulang sekolah berbunyi, di depan gerbang ka Ditya menunggu ku, "nadya." panggilnya , "iya ka, ada apa??" jawabku, "bisakah kita bicara sebentar?" tanyanya, "tentu saja." jawabku.

Akhirnya kami memutuskan untuk bicara di taman agar lebih nyaman, saat itu ka Ditya menanyakan hal yang paling ingin aku lupakan, "nadya, apakah kau di bully?" tanya ka ditya sambil menundukkan kepalanya, "ehhh, tidak kok ka." jawabku dengan nada bergetar, "jangan berbohong padaku nad." katanya sambil menatap mataku, "a-aku tidak maksudku itu hanya bully an biasa ka." kataku dengan terbata bata, "jangan berbohong, aku sudah tau semuanya, kemarin putri dan teman teman nya membully mu di toilet kan?" kata ka Ditya setengah meninggikan nada suaranya.

"Ah itu maksud ku, iya mereka membully ku, tapi jangan khawatir aku tak apa apa." jawabku sambil tersenyum, "tidak apa apa katamu, aku melihat mejamu yang di Corat coret, tas mu yang suka diisi dengan sampah dan tempat dudukmu yang sering di tempeli permen karet, dan kau bilang itu tak apa apa." katanya sambil membentak ku.

Aku hanya terdiam dan menundukkan kepala, "aku tau sifat putri dia tak akan melepaskan orang yang berani mengganggunya, kalu bukan karna aku pasti kau tak akan di bully, kalau bukan karna aku kau pasti tak akan di sakiti, penyebab putri membully mu adalah aku." katanya sambil menutupi mukanya frustasi.

"Tidak ka, bukan karna kk aku tak keberatan mereka membully ku tapi jangan salahkan diri kk atas ke jadian ini ka." kata ku menenangkan ka Ditya, "tidak nad, ini semua salah ku ini semua karna kita dekat, mulai saat ini detik ini aku minta jangan pernah menyapaku lagi, dan ngechat aku lagi, sebaiknya kita tak saling kenal agar kau tak di bully lagi." kata ka ditya.

"Tidak ka tidak aku-."ucapku terpotong dengan ucapan ka Ditya, "sudah itu keputusanku aku harap dengan adanya perpisahan ini kau akan baik baik saja." katanya, "selamat tinggal nadya, aku harap setelah ini kau tak akan di bully lagi." katanya seraya meninggal kan ku di taman itu sendiri

Saat itu aku menangis, penyesalan ku 'kenapa aku diam saja' batin ku, langit mulai gelap menandakan akan turun hujan, dan saat itu aku masih berada di taman, 'ya allah kuatkan lah aku' batin ku seraya berdoa.

Tak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya..

Aku tak bisa membendung air mataku akhirnya aku menangis, tak ada yang tau kalau aku menangis, karena air mataku bercampur dengan air hujan yang turun dengan deras hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak bisa membendung air mataku akhirnya aku menangis, tak ada yang tau kalau aku menangis, karena air mataku bercampur dengan air hujan yang turun dengan deras hari itu. Saat itu seakan alam menjadi saksi perpisahan kami dan langit seperti menggambarkan hatiku yang di selimuti dengan kesedihan.

Kata ' aku cinta kamu' akhirnya tak pernah bisa aku katakan. 'Kenapa ini semua terjadi' batin ku sambil menangis.

*****
17:00 wib

Akhirnya sore itu aku pulang dengan keadaan basah kuyup, aku mengetuk pintu. aku tau sore itu ayah pulang cepat jadi aku sengaja tak bawa konci rumah.

Tok. Tok. Tok

"Assalamualaikum, ayah." kataku mengucapkan salam, " walaikumsalam." jawab ayah sambil membuka kan pintu, " ya ampun nadya apa yang terjadi? Kenapa kmu sampai bisa basah kuyup begini?." tanya ayah, aku yang masih di selimuti dengan kesedihan tak menyadari bahwa ayh bertanya, aku tak menjawab pertanyaan ayah dan masuk ke kamarku.

" ada apa dengan nadya?"  batin ayah heran. Aku yang sudah selesai mandi dan berpakaian akhirnya duduk di atas kasur mencoba untuk menerima semua kejadian itu, tapi lagi lagi air mataku tak kuat aku bendung dan pada akhirnya aku pun menangis, 'kenapa, kenapa aku diam saja saat itu' batin ku sambil menangis.

Semalam itu nadya tak turun ke bawah, ayah nya nadya pun bingung kenapa alasanya nadya diam saja ayahnya nadya sudah bertanya tapi tak ada jawaban, karna ada urusan mendadak di kantor ayah nadya akhirnya  tepaksa meninggalkan putrinya yang mengurng diri di kamarnya itu sendirian.

"nadya, ayah harus ke kantor mungkin akan pulang besok pagi, klo kau mau makan ayah sudah siapkan makan di meja makan ya nak." kata ayah nadya, tapi tak ada respon dari ku, aku hanya diam, dan akhirnya ayah pun pergi. 'Mungkin aku harus beri nadya waktu untuk bisa menenangkan diri dulu' batin ayah.

Di sisi lain ada ka Ditya yang merasakan hal yang sama dan mengurung diri juga di kamar, 'ini keputusan ku, mungkin inilah yang terbaik' batinnya sambil menitikan air mata.

*****
07:00 wib

Keesokan harinya di sekolah, kami tak saling bicara lagi bahkan tak saling menyapa, ini semua menyiksa kami.

sejak saat perpisahan itu aku sudah tak pernah di bully lagi, dan itu membuat hatiku merasa lega dan sedih, lega mengetahui aku tak di bully lagi dan sedih karna harus menganggap ka Ditya sebagai orang asing, itu membuat hatiku sakit.

Di sisi lain ka Ditya senang aku tak di bully lagi, dia fikir itulah jalan terbaik untuk kami.

Bersambung.....

Halo semuanya terimakasih sudah mau membaca ceritaku sampai sejauh ini semoga kalian terhibur, seperti biasa klo ada yang salah jangan lupa komen aja ya;) ;)

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang