"Ini adalah janji untuk janji untuk janji, aku jatuh cinta hanya denganmu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah beberapa jam berlalu akhirnya pesawat yang Nadya, Hana dan Dahlan tumpangi sudah mendarat di bandara internasional di Amerika.
"Akhirnya kita sampai" ucap Dahlan.
"Ya akhirnya" ucap Hana.
Nadya memandang sekeliling dan merasa kagum dengan bandara ini.
Tiba tiba Nadya melihat sosok itu di antara anak anak.
'kak Rey' batin Nadya.
Nadya yang ingin memanggil nama Reyhan di potong oleh ucapan Dahlan.
"Kak..." Ucap Nadya.
"Ahh aku lapar ayo makan" ucap Dahlan.
Nadya yang terkejut mengalihkan pandangannya dari sosok itu sebentar ketika Nadya berbalik untuk melihat sosok itu lagi, sosok itu hilang.
'kemana tadi di situ' batin Nadya.
Nadya mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tidak menemukan sosok itu lagi.
Tiba tiba Nadya merasa pundaknya di tepuk dan Nadya pun menengokan.
"Ada apa Nadya??" Tanya Hana.
"Hana itu tadi kak..." Jawab Nadya .
Lagi lagi ucapan Nadya terpotong oleh ucapan Dahlan.
"Hey ayo cepat aku sudah lapar nih" ucap Dahlan.
"Iya iya, ayo Nadya dia akan semakin cerewet jika lapar" ucap Hana.
Nadya masih diam dan mencoba mencari sosok itu lagi.
"Nadya ayo" ucap Hana.
Dan pada akhirnya Hana menariknya keluar dari bandara.
Di lain tempat terlihat sosok yang begitu di rindukan Nadya sedang bercanda ria dengan anak anak.
Catatan: yang di garis miring anggap aja bahasa Inggris, atau mau di Inggris ini aja??"Apa kalian senang anak anak" ucapnya.
"Yaaaa" ucap anak anak itu.
"Pak apa kita akan tour ke tempat lain lagi??" ucap salah satu anak itu.
"Tentu kita bisa mengunjungi tempat2 keren lainnya" jawab sosok itu.
"Yeyyyy" ucap senang mereka semua.
"Aku merindukanmu semoga kau sudah bahagia" lirihnya.
Di sebuah apartemen Nadya dan Hana satu apartemen sekarang mereka sedang mengemas barang barang mereka.
"Wahhh apartemen nya lumayan luas ya" ucap Hana.
Tapi Nadya masih memikirkan kejadian di bandara tadi hingga tidak mendengar perkataan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
Genç KurguCinta yang ku pendam, akhirnya bisa terucapkan. Tetapi, aku sadar cinta yang aku rasakan bukan cinta yang sesungguhnya, cinta yang ku ungkapkan sangat tabu, saat itu aku mempercayainya tetapi dia meninggalkanku seolah aku ini sebuah tisu. Seharusnya...