Berdebat

5.2K 190 8
                                    

"Bu.. saya kan sudah bilang mau bayi.. kenapa ibu melarang sih? Ibu adalah dokter kandungan terkenal dan terpintar di kota ini. Masa kasih saya bayi satu saja tidak bisa sih.. Come on.. Ini zaman canggih bu.. Aaya mah bisa cuti setelah mau melahirkan. Pak Syarif itu baik sekali pada saya."

Ucapan ini berasal dari seorang wanita cantik dan muda. Wanita ini merengek pada ibunya, sang dokter kandungan. Dengan tinggi sekitar 160 cm dan berat badan 52 kg, wanita ini tergolong pas.

Dokter Puspa menarik napas panjang mendengarkan permintaan anak perempuannya ini untuk kesekian kalinya.

Tri Anggraini, usia 27 tahun biasa di panggil Trang oleh ibunya ini meminta sesuatu yang akan sulit dikabulkan oleh sang ibu. Bagaimana tidak, wanita yang masih berstatus single dan perawan ini minta seorang bayi. Bukan bayi sembarangan, tapi calon bayi yang masih berupa 'berudu' yang akan di masukkan ke dalam rahim Tri. "Berudu" ini akan membuahi salah satu rahimnya Tri membuat ibunya kewalahan memikirkan apa kata dunia jika seorang wanita belum menikah sudah mempunyai anak duluan. Dan ada lagi norma di dalam masyarakat juga aturan agama yang harus di taati.

"Nak.. apakah kamu sudah yakin? Ibu takut nak kamu akan dikucilkan dari masyarakat. Kamu bisa mengadopsi anak saja, tapi itu juga sulit karena kamu single." papar bu Puspa.

Tri terlihat merenung, wanita ini seakan mau menjadi wanita yang melanggar aturan dengan hamil duluan tanpa mempunyai seorang suami.

"Nak.. apa sih alasan kamu untuk punya baby?"

"Ibuuu.. saya ingin sekali punya baby.. tuh.. Linda saja punya 4 anak.. Apa saya juga bisa langsung kembar saja ya bu.. boleh ya? Boleh..?" Tri menjadi tidak terkendali ketika mencoba menjelaskan keinginannya itu.

"TRANGG..?!"

Suara bu Puspa terdengar agak emosi membuat Tri terdiam dan mendekati ibunya.

"Bu..? Saya bisa memahami kegusaran ibu ini. Tapi, saya sudah dewasa. Ibu akan membuat saya mengandung jika ibu masih ingin saya di sini."

Bu Puspa tersentak karena anaknya mengancam ingin pergi dari rumahnya ini.

"Trang.. jangan seperti ini pada ibu.. Ibu tidak ada teman sayangku.." pinta sang ibu.

Tri tersenyum masam karena permintaan ibunya ini. Ia dulu memang sangat lama tinggal di Bandung untuk menuntut ilmu juga menemani tantenya, adik dari ibunya yang belum mempunyai anak kala itu. So, ia sekitar 10 tahun di Bandung dari masa sekolah SMU sampai tamat kuliah.

"Nah.. pikirkan dong permintaan saya.. ibu sayang saya kan?"

Dokter Puspa mengangguk pelan.

"Ibu kan bisa mencari tahu calon bayi mana yang cocok untuk rahimku ini. Perihal orang lain mau mencela, itu mau urusan mereka bu. Mereka berhak untuk berbicara tapi tidak berhak untuk menjudge seseorang. Dan perihal seorang suami, Saya akan mencari pasangan yang tepat, sehingga lelaki itu bisa menerima saya yang akan 'eksentrik' ini." papar Tri sekali lagi.

Ibunya Tri menarik napas panjang. Ia tidak kuasa menolak lagi permintaan anaknya ini. Ia akan mencari pendonor 'berudu' untuk anaknya ini. Tapi, dokter Puspa akan memastikan mencarikan secepatnya calon suami saja untuk anaknya ini. Biar rencana aneh anaknya gagal dan bisa mempunyai anak sesuai dengan jalurnya saja.

"Baiklah Trang.. akan ibu usahakan pencari pendonor supaya kamu bisa segera di inseminasi." ucap ibunya Tri pelan dan kalah.

Tri berteriak 'YES'.

"Yeeeeeeaaahhh!! Saya akan punya baby.. saya akan menjadi ibu.. duh.. sudah tidak sabaran.. " ucap Tri antusias dan setengah berteriak.

Bu Puspa tersenyum masam mendengar anaknya berteriak seperti itu. Mereka sedang sarapan.

"Shhy.. nak.. jangan teriak-teriak dong. Nanti orang pada datang karena mendengarkan kehebohan ini." ucap ibunya Tri.

Tri menyeringai lebar dan bergegas menghabiskan serapan. Wanita ini langsung mencium pipi ibunya dan sungkem permisi untuk kerja.

"Bu.. saya kerja dulu ya.. sudah hampir telat nih. Bisa-bisa pak Arif menjitak saya nanti.. Huhh.. takut..!" ucap Tri sambil tertawa membayangkan bosnya yang tampan itu menjitak kepalanya. Si bos sih tidak pernah marah padanya. Ia juga sangat jarang terlambat bekerja.

Dokter Puspa mau tak mau ikutan tersenyum membayangkan Syarif memarahi Tri karena terlambat. Lelaki hebat yang mempunyai dua anak kembar tersebut sudah sangat bijaksana dalam segala hal.

"Hati-hati Trang mengendarai motornya. Kamu sih tidak mau kredit mobil saja." teriak dokter Puspa memperingati anaknya itu ketika sedang memakai helm.

"Ibu.. ibu.. motor mah lebih cepat saja. Kredit mobilnya nanti saja, saya kan mau nyari donor calon bayi dulu." balas Tri sambil keluar rumah.

Dokter Puspa geleng-geleng kepalanya bingung.

"Siapa yang mau menjadi donor bayi bagi Tri. Saya harus mencari lelaki sehat, kuat, pintar untuk calon donor ini. Hmm.. apa dokter Benny mau membantuku?"

Puspa berpikir dengan menerawang menatap pintu depan rumahnya yang baru saja di lalui anaknya itu.

"Tapi.. dokter ini pasti curiga kalau 'berudu'nya di donor untuk Tri. Siapa ya..?" pikir dokter Puspa lagi.

Wanita ini berpikir sambil membuka handphonenya untuk mencari temannya dari rumah sakit yang kira-kira bisa membantu mencarikan pendonor.

"Trang... kamu mengundang masalah untuk hidup kamu sendiri nak. Coba ayah kamu masih hidup. Maka lelaki itu akan dengan tegas menolak rencana ini dan mencarikan suami untuk kamu nak." bisik Puspa dengan hati sedih karena suaminya sudah meninggal ketika Tri kelas 2 SMP. Ayahnya Tri meninggal karena serangan angin mendadak, dan mendapatkan penanganan agak lambat.

Dokter Puspa menarik napas panjang dan beranjak dari kursi ruang makan untuk mencuci piring bekas mereka sarapan tadi.

Rumah dokter Puspa memang tidak terlalu besar. Ruang tamu di biarkan hanya ada pembatas sofa panjang dan langsung bisa melihat ruang makan sehingga terkesan akrab. Ruangan masak dan tempat cuci piring baru ada pembatas dinding beton sehingga agak lebih tertutup. Kamar tidurnya dan kamar tidur Tri berada di atas. Hanya ada taman belakang kecil untuk duduk menenangkan diri jika sore hari.

"Semoga hari ini berjalan lancar." gumam dokter Puspa sambil berkemas di dapur.

****

Lanjutkan ya Guys.. Ini kisah cinta Tony dan Tri.. Semoga cerita ini menghibur kalian semua.

NB: Jangan lupa untuk di vote...

Regards,

CNN

****

BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang