Tony pulang dengan rasa penat yang luar biasa. Maklum ia sudah agak lama tidak mengawal seperti ini, sejak terakhir mengawal Amel, istrinya Syarif. Setelah itu ia mengambil alih perusahaan yang di berikan oleh Rendy atas kesepakatan bersama.
Tri melihat mobil suaminya masuk ke pekarangan depan. Ia langsung berdiri dari sofa ruang tamu dan berjalan mendekati pintu depan.
Tony turun dari mobil dan melihat wajah istrinya yang penasaran terhadap dirinya. Apa aku terlihat lusuh batin Tony sambil melihat pakaian kerjanya yang masih rapi. Ia sih memakai kemeja panjang biru dan celana dasar abu-abu tua di lengkapi dasi hitam cukup mempesona jika wajahnya tidak murah seperti ini lantaran kesal habis dengan Ranti yang selalu memancing dirinya untuk sebal. Bagaimana tidak, wanita ini akan berusaha mendekati dirinya jika ada pekerja yang ingin bertanya pada Ranti perihal pengiriman barang. Wanita ini seolah ketakutan pada para pekerja yang memang tubuh mereka ukuran pria dewasa matang dan pekerja lapangan. Tony menggerutu dalam hati, jika tidak mau ada segerombolan para lelaki yang mau meneteskan air liur atau menerkam Ranti lalu melemparkan wanita itu di antara gelondongan kayu dan menikmati apa yang di perlihatkan wanita ini dari baju transparannya ya jangan memakai baju yang mengundang dong. Itu mah mau cari mangsa sendiri yang berimbas pada dirinya yang harus menampilkan wajah dingin sedingin kutub utara agar para pekerja menjaga sikap mereka.
"Kang? Kok manyun? Apa ada ular mematung tangan akang?" tanya Tri to the point membuat Tony tersentak karena ia ingat lidah Ranti yang seperti ular tadi. Tri berusaha menahan senyuman ketika wajah Tony pucat seakan ingin muntah mendengar kata ular.
"Ehh.. tidak. Ayo kita masuk Trang.. aku gerah..." ucap Tony sambil mengangkat istrinya untuk masuk ke rumah mereka.
"Hmm... bau akang harum.." ucap Tri mengendus leher suaminya yang bau hutan pinus lantaran colonge lelaki ini memang beraroma seperti pinus.
Tony merinding karena lidah manis istrinya menjilati lehernya.
"Trang..jangan sayang.. nanti saja.. aku berkeringat.. ayolah... nanti ada si mbok.. " ucap Tony sambil menjauhkan lehernya dari incaran Tri.
Tri terkikik karena suami seakan takut dengan lidahnya. Pasti ini gara-gara wanita ular itu.
"Iya.. iya.. nanti kalau sudah mandi, boleh ya..?" bisik Tri di telinga Tony sambil menggigit daun telinga suaminya itu membuat TonTon tersentak di tempatnya mengenai perut gendut Tri.
"Hehe.. iya sayang.. apapun yang kamu inginkan.. asal tidak menggangu kesehatan bayi kita ini ya sayang.." balas Tony sambil masuk ke kamar tidur mereka dan menurunkan Tri di sofa depan TV.
Tri duduk dengan tenang ketika suaminya membungkuk melepaskan kaos kaki kerjanya. Ia lalu membantu sang suami untuk melepaskan kemeja kerja dan dasi.
"Trang..?"
"Hmm..?"
"Tunggu di sini saja ya sayang.. kamu kan sudah mandi.. nanti masuk angin.." ucap Tony lembut.
"Baiklah... jangan lama-lama.."
***
Hari ke empat Tony mengawal Ranti membutuhkan extra kesabaran lantara wanita ini semakin menjadi-jadi, ia ingin membatalkan kontrak itu tidak mungkin karena ia harus berbisnis secara logika.
Tony mengawasi Ranti yang kali ini mengenakan rok panjang lembut tapi belahannya sampai ke atas paha memperlihatkan kulit putih mulus terawat dan aduhai. Tony mengertakkan rahangnya setiap kali wanita ini dudu menyilangkan kakkinya dan ia harus memasang ekspresi datar atau memperhatikan sesuatu selain wanita penggoda ini. Tony sih manusia biasa, ia tidak bisa menampik kalau wanita seperti Ranti sangat bisa menggoda imam. Hanya saja, ia tipe lelaki setia yang tidak akan menyeleweng lantaran melihat paha mulus tersingkap. Wanita ini sangat salah perkiraan mau bermain api dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}
RomanceTri Anggraini, wanita karir yang bekerja sebagai staff Accounting. Dia merasa bosan dengan keadaannya hidupnya. Ia ingin mempunyai anak karena ibunya seorang dokter spesialis kandungan. Ia merasa sedikit iri dengan kehidupan orang lain. Tony Ishak S...