Epilog

3.3K 130 9
                                    

Tri sedang mengendong Jabir di ruangan reseptionis kantor suaminya untuk menjemput lelaki tersebut pulang ke rumah.

Usianya Jabir sudah sekitar 4 bulan, bocah lelaki tampan ini sangat mengemaskan dan membuat minat para wanita di kantornya Tony gemas mau mengendong ataupun menyapa bahkan mencubit pipi gembul si baby.

"Aduh.. teteh.. ini Jabir mah kasep pisan.. jadi pengen punya baby deh.. " ucap Sisil, wanita di depan reseptionis kantornya Tony dengan terpesona.

Tri tersenyum lebar mendengar ucapan Sisil tersebut.

"Hmm.. kalau pengen mah.. nikah dong Sil.. biar cepat punya baby.."  saran Tri pada wanita itu. Ia dulu sih ingin punya bayi tanpa suami, tapi setelah mendengar kesediaan Tony memberikan berudu-berudu setelah proses pernikahan maka ia akhirnya mau juga. Demi menjaga martabat keluarga dan juga dirinya sebagai seorang wanita baik-baik.

Melihat ke belakang, Tri agak merinding karena hidupnya penuh lika-liku seperti sebuah lagu saja dan sinetron di TV. 

Ia tanpa sadar melamun dan suaminya sudah turun dari ruangannya di atas dan sekarang berdiri di depan wajahnya. Sisil merona melihat wajah jantan sang big bos yang memandangi istrinya itu penuh cinta. Sisil merasa iri karena dirinya belum pernah di cintai lagi seperti itu.

"Trang..?" Tony mengangkat anak lelakinya dari gendongan Tri yang duduk di sofa sedang menerawang menatap ke depan.

"Hmm.. ehh.. " Tri menjawab dan matanya fokus ke arah sang suami tercinta.

"Ada apa sayang..? Kamu sakit? Atau membutuhkan sesuatu?"

Tony mengusap-usap rahang Tri menggunakan jempolnya tambah membuat Sisil meleleh melihat tindakan big bos tersebut. Andai ada lelaki yang mau menerima dirinya apa adanya ini batin Sisil sendu. Maklum, wanita ini seorang janda belum sempat punya anak yang di tinggal sang suami karena kecelakaan lalu lintas. Tri sih belum tahu saja, makanya sang istri bos berbicara seperti itu tadi perihal nikah.

"Hmm.. tidak apa-apa kok kang.. ayo... sudah sore kan. Ini Sisil juga mau pulang."

Tony mengangguk dan memeluk pinggang Tri dengan lembut sambil mengendong juga anak mereka di dadanya.

"Sil.. kami pulang duluan ya.." ujar Tony santai pada karyawannya itu.

Sisil hanya bisa mengangguk pelan pada bos di depannya itu.

Tri tersenyum manis pada Sisil lalu mendongak dan memandang mata suaminya yang menatap dirinya dengan tatapan mengerti.

Tony, Tri dan Jabir keluar dari kantor tersebut untuk pulang ke rumah mereka sendiri.

Sisil hanya menatap nanar ke arah keluarga kecil nan bahagia tersebut. Matanya tiba-tiba sudah berkaca-kaca lantaran teringat suaminya yang sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu. Ia mengusap matanya dengan lembut, dadanya terasa agak nyeri karena sang suami belum sempat meninggalkan kenangan berupa anak kepadanya.

Mereka baru menikah sekitar 3 bulan ketika sang suami pergi ke kantor menggunakan sepeda motor. Motor suaminya di tabrak oleh mobil truk dari arah depan. Truk tersebut oleng karena sopirnya abis minum keras. Sang suami meninggal di tempat karena kepalanya terhempas ke aspal dan terseret oleh motornya sendiri.

"Semoga kamu tenang di sana ya kang.. Saya selalu berdoa akang mendapatkan tempat terbaik di sana. Semoga saya juga bisa tetap kuat di sini. Walaupun kadang terbesit rasa iri melihat orang lain sudah berbahagia bersama orang yang mereka cintai seperti teteh Tri ini. Dia wanita beruntung. Semoga teteh Tri dan pak Tony bahagia selalu."

Sisil mendesah pelan, lalu berdiri dari kursinya untuk membuat laporan tutup kantor dan ia akan pulang ke rumah ibunya lantaran ia tidak tinggal di rumah mertuanya lagi. Ia seolah terlepas dari keluarga suaminya itu. Tapi, keluarga suaminya masih suka menjenguk dirinya jika ada waktu begitu juga sebaliknya.

Yah.. begitulah kehidupan. Semuanya sudah sesuai dengan porsi masing-masing.

Ketika kita di lahirkan ke muka bumi ini, maka kita sudah tanda tangan kontrak untuk berapa lama hidup di dunia beserta setuju dengan semua hal yang sudah di tetapkan di dalam 'surat kontrak" tersebut. Semuanya sih bisa saja berubah, asal kita sendiri yang mau berusaha untuk mengubahnya asalkan sang Pencipta setuju untuk perubahan tersebut. Seperti yang sering kita dengar, Jadilah, maka terjadilah.

Sore menjelang, semua orang yang sibuk bekerja ataupun pulang dari kerja. Ada manusia yang berbahagia, sedih, marah, gelisah ataupun merasakan hal yang lainnya. Begitu juga Tony yang sedang menyetir mobilnya secara perlahan.

Tri duduk di sampingnya, baby sitter menjaga anaknya di kursi tengah penumpang. Mereka akan pulang ke rumah, rumah dimana tempat keduanya istirahat, beraktivitas ataupun yang lain.

Tony menoleh pada Tri ketika berada di lampu merah, matanya bersinar senang karena sang istri menjemput dirinya, tepatnya mampir setelah dari rumahnya pak Budiman tadi.

"Aku mencintaimu Trang.. " ucap Tony tanpa suara tapi dengan gerakan bibirnya.

Tri juga memandang suaminya dengan tatapan penuh cinta dan membalas hal yang sama melalui gerakan bibir.

Lampu merah berganti hijau, mobil Tony bergerak lagi menuju jalan lurus ke arah rumahnya. Tempat untuk Tony memberikan banyak anak pada istrinya.  Baby for Trang? batin Tony suka sambil tersenyum sendiri karena memikirkan membuat bayi yang banyak untuk istrinya ini nanti.

**THE END**

BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang