Pedih

1.2K 105 2
                                    

Bu Anna permisi dari hadapan semua orang. Rombogan teman Tony masih berada di depan ruangan menunggu Tony dan Tri sadar.

"Huhh.. kasian bu Anna.. Inilah kehidupan. Kita harus benar-benar berpikir panjang jika mau berbuat seperti yang di lakukan ibunya Tony. Mana ada sih orang yang ingin hidup susah. Tapi, setidaknya walaupun susah kan masih bisa mencari rezeki." ucap Linda pelan pada semua orang.

Yogi memeluk erat pinggang istrinya. Tadi mereka sempat balik untuk memberikan ASI pada para si kembat dulu karena Tony dan Tri belum siuman. Anaknya Syarif dan Haris sih sudah bisa minum susu formula. Anak mereka pun sudah lumayan besar sekitar 3 tahun dan 2,5 tahun.

Dokter Puspa saja menarik napas panjang karena melihat bu Anna pergi meninggalkan klinik dengan hati sedih lantaran Tony tidak mau melihat wanita tersebut.

"Ayo.. kalau kalian mau menjenguk, silahkan masuk. Berhubung kalian semuanya teman Tony dan ibu mengenal kalian. Maka masuk semua tidak apa-apa. Lagian ruangan cukup besar menampung kalian." ucap bu Puspa.

Semuanya masuk secara perlahan. Dokter Puspa permisi untuk ke kantornya membuat laporan perihal tusukan di paha kanan Tony, sepertinya ada urat sarap yang terputus mengarah ke organ vital lelaki tersebut.

"Semoga ini tidak berpengaruh pada kualitas 'calon bayi' untuk Tri." gumam dokter Puspa sembari berjalan menuju kantornya.

Syarif mengetuk pintu dan langsung membuka pintu. Mereka semua melihat Tony yang sedang mengusap telapak tangan Tri sembari berkata.

"Maafkan aku Trang.. Aku tidak tahu harus bersikap apa pada ibuku itu. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, hanya kakak-kakak perempuanku saja yang yang sudah menjadi pengganti untuk ibuku itu."

Semua wanita yang masuk ke ruangan menjadi tertegun mendengar ucapan Tony tersebut. Mereka melihat mata Tri yang sudah basah air mata dan memandang Tony dengan rasa rasa yang terpancar dari kedua mata personal asistennya Syarif tersebut.

Syarif berdehem seolah ada gumpalan batu di tenggorokannya karena ia yang masih mempunyai ibu bersyukur mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Ia tidak menyangka Tony akan mengalami hal ini.

Tony menoleh dan menatap Syarif juga temannya yang lain. Ia berdiri dan mempersilahkan semuanya untuk mencari tempat duduk sendiri atau bisa berdiri dekat Tri.

Para wanita mendekati Tri dan memeluk wanita hebat tersebut yang bisa bertahan dari penculikan. Mereka juga dengar dari Giri kalau suruhan Joni itu ada yang kena pukul juga tendang Tri.

"Kamu hebat Tri.. ternyata kamu ada bela diri juga." ucap Linda yang menganggap Tri sudah seperti adiknya itu. Linda memeluk bahu Tri erat bergantian dengan Amel juga Janet.

"Ahh.. tidak teteh.. hanya bela diri biasa, tapi tidak bisa melawan juga ketika pistol sudah di depan mata." ucap Tri apa adanya.

Tony menggigil ketika mendengar kata pistol di depan mata tersebut.

"Joni memang keterlaluan, begitu juga Dina, Mereka akan mendapatkan ganjaran atas apa yang telah mereka perbuat." desis Syarif geram karena kedua orang tersebut adalah karyawan di perusahaannya.

Haris menepuk-nepuk punggung belakang Tony dengan pelan dan berirama. Yogi pun ikutan menepuk bahu Tony memberikan dukungan moril pada lelaki tersebut.

Mereka bercakap dengan pelan dan bergantian memberikan pendapat untuk Tri dalam hal acara keluarga yang akan di adakan hari Minggu ini.

Tony tidak mau mengundurkan waktu lagi. Ia malah ingin besok saja, ayahnya dan juga keluarganya dari Banten datang ke rumah Tri. Ia tidak mau malah ada kejadian lain lagi setelah ini.

Tri merah padam ketika rombongan wanita berkata tentang Tony yang kebelet nikah itu.

"Hmm.. pasti Tony sudah sangat tidak tahan." ucap Amel jahil.

"Iya,.. atau tidak.. sudah pengen mandi berdua dengan Tri.'" Linda ikutan nyeplos tapi langsung di bungkam mulutnya oleh telapak tangan Haris. "Hmmttff.. akang Harisss ini.. Ighh.." rutuk Janet manja pada suaminya.

Linda terkekeh melihat wajah Tri yang merah padam.

"Sudah-sudah.. kalian ini mengoda mereka saja. Tony bukan kebelet nikah, tapi sudah mau 'mematikan lampu' di dalam kamar berdua." ucap Syarif seraya terbahak-bahak senang melihat wajah Tony memerah seperti udang rebus. Haris dan Yogi ikutan tertawa. Maklum mereka sudah menikmati hasil 'mati lampu' sih.

"Kalian ini..?!!" rutuk Tony.

****

BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang