Hotel Prodeo

1.3K 96 2
                                    

Joni mengamuk pertama kali datang karena ia di satukan dengan para lelaki yang menurutnya sangat seram. Dirinya kan sangat 'cantik' lalu kenapa di samakan dengan mereka pikir Joni menggigil setiap malam lantaran harus tidur dengan selimut tidak terlalu tebal tersebut. Ia belum di bawakan perlengkapan dari rumahnya karena sang ibu menjenguk anak lelaki sialannya itu.

Joni baru tahu kalau lelaki yang ia 'taksir' tersebut adalah kakak tirinya. Pantas saja jantungnya berdesir-desir ketika melihat lelaki tersebut.

"Ibu memang sangat jahat. Kenapa ini harus terjadi kepadaku sih. Kenapa aku harus naksir pada kakakku sendiri. Tapi, apa salahku kan. Mungkin aku menginap brother complex atau penyuka kakak sendiri. Itu sih tidak masalah." gumam Joni pada dirinya sendiri di atas kasur keras di dalam sel.

Lelaki ini bersama 3 orang lain di dalam sel tahanan. Waktu pertama kali ia masuk, ia ingin terkencing-kencing di celana karena wajah sanggar mereka tersebut. Mereka menanyakan kenapa dirinya masuk ke dalam situ. Apakah memperkosa? Merampok? Membunuh? atau apa. Joni jawab sih menculik. Sontak mereka semua tertawa terbahak-bahak karena kelakuan Joni itu sangat pengecut ujar salah satu tahanan alias tidak keren. Tapi, ia tidak di perlakukan seperti kata orang kalau baru masuk penjara akan di kerjain. Apa mereka belum tahu saja kalau ia punya kelainan dalam hal orientasi. Ia jadi menggigil karena takut di suruh melayani salah satu dari mereka.

Joni menggigil karena teringat film action barat yang pernah ia tonton kalau ada di penjara, sesama tahanan memakai tahanan pria lainnya demi memuaskan hasrat mereka. Joni menarik selimut untuk menutupi matanya dan waspada pada setiap gerakan para rekan tahanan lainnya. Tubuhnya boleh di katakan paling mulus di antara mereka. Wajar saja ia suka luluran ketika mandi dan mencukur bulu kaki pikirnya resah. La mereka ini kan ada yang bertato, ada yang bercodet dsb.

"Aku akan minta pisahkan dari mereka, aku ingin ayah membayar ruang lain. Jika tidak aku akan mengakhiri hidupku." lanjut Joni pada dirinya. Sebenarnya lelaki ini takut kalau mau mengakhiri hidupnya.

Di malam yang dingin, Joni memadangi plafon atas kepalanya dan merenungi hidupnya yang seolah tidak benar ini.

"Apa aku ini memang salah? Aku sih iri pada Tri.. tapi aku tidak bermaksud untuk menyakiti wanita itu. Itu hanya dorongan semata untuk melihat apakah lelaki yang aku suka itu mau menolong Tri. Dan ternyata kakak tiriku ini sungguh-sungguh mencintai Tri. Tri sungguh sangat beruntung, sedangkan aku tidak. Kedua orang tuaku seolah tidak perduli. Mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri. Ayah sibuk dengan usaha katering dan ibu sibuk membaca majalah juga bergosip dengan para tetangga saja." Joni berkata lirih pada dirinya sendiri.

"Oyyy.. Diam.. sudah malam.. atau gue tampol tuh mulut pakai sandal ini. MAU?!" teriak seseorang dari keremangan malam di dalam sel.

Joni terkesiap dan cepat-cepat meringkuk untuk tidur

***

Proses hukuman untuk Joni dan Dina berlangsung cepat. Tony tidak mau menunda lagi karena mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka tersebut.

Tony sih shock karena tahu Joni ini adik tirinya, tapi ia tidak akan kendor karena Joni sudah menyakiti calon tunangannya.

Tri juga terkejut akan hal itu. Ayahnya Joni dan Ibunya Tony datang ke rumahnya untuk menjenguk dirinya sehari setelah ia di rawat di klinik tempat ibunya berkerja. Mereka berdua meminta maaf atas kesalahan anak lelaki mereka tersebut. Tri merasa tidak enak hati karena ini juga keluarganya nanti. Tapi, Tony tidak memberikan senyum sedikit pun pada dua orang tersebut. Lelaki itu duduk tegang di sampingnya Tri untuk mendengarkan ibunya dan ayah tirinya mengoceh.

Setelah keduanya pulang, Tony mengangkat Tri untuk berbaring di kamar tidur wanita tersebut. Ibunya Tri diam saja melihat calon menantunya sudah sangat protektif pada anak perempuannya itu. Toh, mereka akan segera menikah, dan Tony sangat teguh memegang norma dalam pergaulan. Jadi, dokter Puspa tidak khawatir.

"Trang.. besok aku akan datang ke sini jam 8 pagi. Kamu bersiap-siap ya.. jangan kemana-mana. Jika butuh bantuan kamu tinggal telepon kakak angkat kamu saja, atau satu pengawal yang aku tinggalkan di rumah ini. Aku tidak mau kamu di culik lagi." ujar Tony memperingati Tri sembari mengusap pipi Tri yang masih ada memar sedikit akibat terhempas di lantai.

"Iya.. " balas Tri agak lelah.

Tony menarik napas panjang dan bangkit untuk permisi pergi dari rumah ini.

" Trang.. aku sudah tidak sabar membawa kamu pergi dari rumah ini dan menjadikan kamu sebagai nyonya di rumahku sendiri." ucap Tony dengan memasukkan kedua tangannya dalam saku celana dasarnya. Paha Tony sudah tidak terasa nyeri lagi. Hanya harus ganti perban saja setiap malam.

Pipi Tri merah padam mendengar ucapan dari Tony.

"Apa.. apa akang siap menikah di akhir bulan. Itu.. paha.. hmm.. " Tri serba salah untuk berkata. Telinganya terasa panas.

"Trang.. yang sakit itu pahaku.. bukan tubuhku yang keren ini..?" balas Tony sembari terkekeh.

Tri menarik bantal dan melemparkan ke arah Tony. Tony menangkap bantal tersebut dan meletakkan kembali di dekat Tri.

"Tenanglah Trang.. kamu tidak usah khawatir. Tubuhku sangat kuat kok, dan kamu juga jangan takut.. Aku tidak akan menerkam kamu langsung. Kan sudah pernah aku bilang sebelumnya. Kalau kamu tindih aku duluan, baru aku bergerak. Jadi jagalah tubuh kamu ketika tidur denganku nanti tidak menindih ya.. " lanjut Tony sembari terkekeh.

"Ighhh..akang GR sekali ya.. masa saya yang menindih akang sih..?" rutuk Tri manja.

"Loh.. zaman sekarang kan para wanita sudah modern. Mereka terkadang tidak mau di bawah.. " jawab Tony menaikkan alisnya bercanda.

" Akang....?!!" teriak Tri.

"Iya.. iya.. maaf.. aku pulang dulu ya Trang.. jaga hati dan tubuh kamu baik-baik. See you tomorrow." ucap Tony sangat lembut dan mengecup dahi Tri tiba-tiba.

Tri melonggo dan Tony kembali terkekeh.

"Tutup mulut kamu itu Trang.. kalau tidak aku tutup nanti dengan kecupan.. Mau?" ancam Tony pada Tri.

Tri langsung menarik bantal dan menutup mukanya yang terasa panas.

"Pergiww.. cepat lah kaangg.. " suara Tri teredam bantal karena mengusir Tony.

Tony berjalan menuju pintu kamar dan keluar lalu menutup pintu dengan pelan. Tri menarik napas panjang karena lelaki macho yang akan menjadi calon suaminya ini sudah pergi.

"Dasar akang Tony.. saya tidak menyangka lelaki ini sangat romantis dan rapuh." gumam Tri seraya memejamkan matanya untuk tidur.

****


BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang