Syarif dan Tony sedang berbicara ketika ketukan di pintu terdengar.
"Masuk saja Tri.. kan tidak di kunci.. " ucap Syarif.
Tri dengan agak gemetaran masuk dan mendekati mejanya Syarif.
"Hmm.. pak..?"
"Iya..?"
"Ini saya letakkan di meja kecil sana saja ya.. takut tumpah.. itu berkas dimeja bapak banyak sekali."
Tri nyerocos dengan gugup dan tidak berani menatap wajah Tony yang ternyata mengernyit menatap wanita ini.
"Tidak usah.. sini aku bereskan dulu. Ton.. bantu Tri mengambil baki minuman itu.." ucap Syarif pada Tony yang diam setelah Tri masuk ruangannya.
Tony berdiri menjulang di samping Tri yang segera bergeser takut tersenggol atau malah terpental.
"Hei.. aku ini mau membantu, kenapa kamu mengkerut seperti itu?" bisik Tony di dekat Tri membuat wanita itu menggigil bukan karena suhu ruangan AC ini yang dingin, tapi suara dingin Tony itu terdengar sangat dekat di telinganya.
Tri mendonggakkan kepalanya dan melotot karena wajah Tony terlalu dekat membungkuk ke arahnya. Tangan Tri hampir melepaskan baki minuman karena terkejut, tapi kedua tangannya Tony sigap untuk memegang pergelangan tangan Tri yang gemetaran.
Syarif yang sedang membereskan berkas diatas mejanya jadi menikmati tontonan di depannya ini dengan penasaran dan menahan tawa. Syarif merasa Tri akan mati kutu ketika berhadapan dengan Tony, wanita cerewet yang bisa menyaingi Kusuma ini tidak bisa bergerak karena tatapan maut dari Tony. Yah.. tatapan lelaki jantan gitu loh batin Syarif geli.
Tony mengambil baki tersebut dan meletakkan di atas meja Syarif tanpa melepaskan pandangan dari Tri.
"Saya.. saya..?"
"Apa kamu ini tidak tamat sekolah dasar sehingga dari tadi gugup terus?" suara Tony terdengar dingin membuat Tri marah seketika.
"Enak saja bilang saya tidak tamat sekolah dasar. Kalau saya tidak tamat maka saya tidak akan di terima bekerja di sini oleh perusahaan pak Syarif. Dan saya tidak akan mendapatkan posisi di accounting jika hanya tamat sekolah dasar. Kalau bapak ingin bicara sebaiknya di pikirkan terlebih dahulu."
Tri ngos-ngosan karena berkata tanpa jeda membuat Syarif melonggo dan Tony menahan senyuman.
"Awas ya.. jangan sampai bapak tertawa, kalau tertawa.. saya pukul wajah bapak yang dingin ini...!"
Tri malah mengancam Tony dengan tinju kecilnya yang teracung gemas.
Sontak saja Tony tertawa terbahak-bahak membuat Tri marah dan melayangkan tinjunya mengarah ke dada Tony.
Dengan tangkas tangan Tony menangkap tangan kecil Tri yang melayang.
"Wo.. wo.. wo.. kenapa dengan kalian berdua ini?"
Syarif berdiri dan mencoba melerai Tri sebelum ada 'pertumpahan darah' di kantornya ini.
Tony dengan tenang menarik Tri sehingga wanita itu berjinjit mengarah ke tubuh depannya. Napas wanita ini tersentak dan mundur menjauhi tubuh keren milik Tony.
Syarif mengernyit karena Tony terlihat sangat tenang menghadapi Tri yang memanas karena di tertawakan oleh lelaki di depannya ini.
"Ton.. sebaiknya kamu lepaskan Tri.. hmm.. bukannya aku ingin ikut campur, hanya saja Tri sepertinya mau meledak." ucap Syarif pelan mencoba menenangkan Tri yang wajahnya sudah sangat memerah.
Tony menatap tajam Tri yang wajahnya sangat marah.
"Apakah kalau aku lepaskan kamu tidak akan memukul wajah dinginku ini?" tanya Tony dengan suara agak lebih lembut membuat Tri mengeram sebal.
"Hmm.. sepertinya kamu masih mau memukulku.. coba pikirkan sekali lagi. Jika kamu memukul aku, maka tangan kecil kamu ini pasti terkilir dan besok menjadi bengkak bahkan mungkin patah. Aku tidak mau menjadi penyebab kamu tidak masuk kerja atau bu Puspa mencariku karena kamu yang duluan mau memukul wajahku ini." papar Tony dengan suara lembut tapi tegas membuat Tri melonggo karena baru kali ini mendengar lelaki ini berbicara banyak dan bernada lembut seperti ini.
Wajah Tri perlahan berubah dari marah menjadi tenang. Wanita ini menarik napas panjang dan perlahan.
"Lepaskan tangan saya pak, saya tidak akan memukul wajah dingin milik bapak itu. Dan jika sampai saya memukul wajah bapak ini maka saya pastikan wajah bapak di jahit nantinya." ucap Tri dengan nada pelan tapi mengancam.
Mata Tony menyipit memandang tangan kecil milik Tri ini. Syarif menahan tawanya karena Tri sangat berani menantang Tony itu.
Tony akhirnya melepaskan pergelangan tangan Tri dengan pelan. Wanita di depannya ini mundur lagi dan menjauhi Tony dengan merapikan letak setelan kerjanya.
"Maaf pak Syarif, saya tidak bermaksud untuk tidak sopan. Hanya saja pak Tony memancing emosi saya dengan tertawa seperti tadi." ucap Tri keki dan tanpa sadar mulut wanita ini mengerucut membuat napas Tony tersentak.
Syarif mengamati Tony yang sepertinya terpengaruh oleh Tri, personal asistennya ini.
"Hmm.. baiklah.. pergilah. Nanti jika kami butuh sesuatu akan aku panggil. Terima kasih ya Tri.. "
Tri mengangguk kaku, lalu berjalan menuju pintu keluar dari kantor Syarif dengan terburu-buru seolah ketakutan.
Tony menatap lama ke arah Tri sehingga lelaki ini di tegur oleh Syarif.
"Ton.. Halo.. aduh.. aku ngobrol dengan patung nih kalau seperti ini.. " rutuk Syarif keki karena Tony tidak mendengarkan ucapannya.
"Hah..?"
"Hah.. Heh.. Hah.. Heh.. Kamu tidak mendengarkan ucapanku ya..?" ulang Syarif sambil melotot ke arah Tony.
Tony ajaibnya nyengir lebar membuat Syarif ingin menimpuk wajah lelaki di seberangnya ini dengan sesuatu.
"Sorry bro.. Tri judes itu sih bikin aku hilang konsentrasi.. " balas Tony sebal.
"Cie.. cie.. PA ku bikin hati kamu melumer ya..?" ucap Syarif jahil.
Wajah Tony seketika memerah. Syarif tertawa senang karena bisa menjahili Tony, ia sudah lama tidak jahil sama kakak iparnya ataupun sepupu kakak iparnya. Haris dan Yogi. Mereka jarang ketemu sih, nah sekarang ada Tony, teman baru dan rekan kerjanya juga.
**To Be Continue**
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}
RomanceTri Anggraini, wanita karir yang bekerja sebagai staff Accounting. Dia merasa bosan dengan keadaannya hidupnya. Ia ingin mempunyai anak karena ibunya seorang dokter spesialis kandungan. Ia merasa sedikit iri dengan kehidupan orang lain. Tony Ishak S...