Klinik

1.7K 126 5
                                    

Tri sedang berada di klinik tempat ibunya bekerja untuk periksa kesiapan jika sudah harus menerima 'berudu' dari seorang lelaki dengan kondisi yang layak.

"Bu.. apakah belum ada kabar tentang donor calon baby?"

"Apa saya harus bayar saja ya bu? Ya.. tapi tidak melakukannya secara langsung. Alias SECRET." ucap Tri dengan mata berbinar senang.

"Bayar? Kamu mampu berapa nak? Ini berhubungan dengan seorang anak. Orang rela bayar mahal demi memiliki anak untuk meramaikan rumah tangga ataupun memberi kebahagiaan bagi pasangannya. Sedangkan kamu nak, masih bekerja dan gaji kamu yang lumayan itu apa rela untuk semua ini?"

Bu Puspa bertanya dengan serius pada anaknya ini.

"Ya.. mau gimana lagi bu, saya kan tidak mungkin menikah tanpa ada calon suami." balas Tri dengan mulut cemberut.

Ibunya Tri menghela napas panjang dan memahami kemelut anaknya ini.

"Trang.. sebaiknya kamu mencari seorang suami saja, jika tidak kamu terpaksa harus membeli calon baby tersebut dari seorang pria yang tidak akan kamu kenal. Anak ini akan mengalami hal yang mungkin sulit nak karena di akte kelahiran tidak terdapat nama ayah, dan apa yang akan kamu katakan nanti jika anak ini bertanya siapa ayahnya. Lalu, anak ini mungkin akan merasa tersisih dari pergaulan temannya karena kamu sebagai seorang ibu tidak menikah demi mengandung dirinya."

Bu Puspa berusaha membuat anak perempuannya ini mengerti untuk ke depannya. Anak tersebut pasti mempunyai kehidupan yang agak sulit jika tidak bisa di sikapi dengan bijak.

"Well, saya akan memikirkan hal itu nanti bu. Yang penting sekarang, saya menunggu sang pendonor baby ini." balas Tri cepat dan masih keras kepala.

Ibunya Tri hanya bisa terdiam dan membereskan peralatan yang baru saja di pakai untuk memeriksa rahim anaknya itu.

"Baiklah, sekarang kamu pulang duluan nak. Ibu masih ada urusan di sini. Ingat! Jangan ke luar rumah lagi. Ini sudah jam 5.25 sore." lanjut bu Puspa.

"Baiklah bu.. saya permisi duluan."

Tri memeluk ibunya dengan erat dan mencium wanita yang sangat ia cintai ini.

"Hati-hati Trang.. jangan ngebut di jalan ya. Surat kesehatan rahim kamu itu yang di tas simpan baik-baik. Jangan kececeran. Biar nanti tidak susah lagi. Ibu juga pegang satu."

Tri mengangguk dan menepuk-nepuk tas selempangnya yang berisi kertas pernyataan dari ibunya itu.

Dokter Puspa tersenyum kecil melihat cara jalan anaknya yang tidak ada gaya jalan seperti seorang perempuan.

***

Tri mengendarai motornya dengan pelan dan terkendali. Motornya ini tipe matic jadi tinggal gas dan rem saja. Cocok untuk dirinya yang tidak terlalu tinggi ini. Dan lebih gesit juga irit serta hemat waktu.

Sebuah mobil melaju dari persimpangan jalan dan hampir saja menyenggol motornya Tri karena mobil itu tidak membunyikan klakson ketika berbelok.

Tri mengeram mendadak, wanita ini kesal dan membunyikan klakson motor berulang-ulang sehingga mobil warna hitam itu berhenti.

Tri mematikan motornya lalu melepaskan helm langsung bergegas mendekati pintu mobil hitam tersebut dengan wajah merah membara karena marah.

"Halooo..?!"

Tri mengetuk kaca mobil itu dengan gemas dan seakan ingin menghancurkan kaca tersebut.

Kaca berwarna hitam itu tidak bisa memperlihatkan orang yang berada di dalamnya.

BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang