Ketika semua orang sudah mengucapkan selamat atas ikatan pertunangan ini, Tony dan Tri berada di luar rumah dengan duduk di bawah tenda untuk melihat teman-teman hebat mereka ini permisi pulang.
"Aduh.. maaf yang Ton... Tri.. kami ini para wanita sudah sibuk dengan anak-anak. Dan anak-anak kami ini banyak, terlalu aktif, mau larian ke sana kemari belum lagi mau ini mau itu.. rempong.." ujar Kusuma dengan wajah sumringah dan bahagia. Ibu dengan empat orang anak ini sudah menjadi wanita yang sangat hebat. Wanita sederhana yang masih terlihat sangat sederhana walaupun sang suami luar biasa kaya raya. Wanita cantik dari dalam hati. Itulah Kusuma, sang suami memeluk pinggang istrinya yang mungil ini dengan rasa bangga.
"Iya teteh.. saya mah mengerti.." ucap Tri paham.
Sari dan Dian juga terlihat sangat bahagia. Kehidupan rumah tangga mereka sudah membentuk karakter masing-masing dari wanita tersebut untuk dapat mengerti arti cinta.
"Iya.. ayo.. kami permisi dulu ya.. "ucap Sari dan Dian berbarengan.
Berhubung Amel, Janet tinggal di Bogor mereka tidak terlalu khawatir dengan si kecil. Linda saja yang sudah duluan permisi karena ke empat anak kembarnya butuh asupan ASI yang cukup walaupun sudah ada ASI yang di pisahkan di botol.
Para lelaki saling berjabat tangan dan berpelukan layaknya saudara. Rendy langsung mengolok mantan PA-nya ketika memeluk Syarif yang sudah ia anggap adik sendiri itu.
"Aduh Rif.. perut kamu kok terlihat agak buncit? Sudah tidak rajin lagi sit-up dan push-up ya?" Rendy terkekeh ketika meniju perut Syarif yang keras itu.
"Ele..ele si bos mah.. saya mah sibuk atuh. Setiap minggu boro-boro sit-up. Amel saja sudah mau minta push-up duluan." rutuk Syarif keki pada si mantan bos. Amel menjerit ketika namanya di kait-kaitkan dengan perut Syarif yang agak buncit. Semua orang terkekeh. Rendy sih masih terlihat sangat luar biasa gagap. Ayah empat anak tersebut memang sering latihan hari minggu tapi beban untuk angkat beban dan sit-up adalah istri tercinta. Olahraga double kata Rendy pada Syarif. Kali ini Kusuma yang berseru keki karena menjadi bahan olokan.
"Bos mah enak, teteh Kusuma kurus-kurus gimana gitu.. tidak susah angkatnya.." balas Syarif mesem. Amel mencubiti lengan Syarif karena di anggap tidak kurus alias berisi dari Kusuma. "Tidak kitten.. aku sangat pas.. teteh Kusuma mah seperti burung puyuh." ujar Syarif sembari terkekeh karena berhasil menjahili Kusuma.
"ARIIIFF..!! Enak saja burung puyuh. Burung dara. Kan ada singkatannya tuh.. " seru Kusuma sembari melotot pada Syarif.
Sari, Dian, Amel dan Janet terkikik karena paham betul singkatan dari kata dara.
"Sudah-sudah.. kalian ini kalau sudah ketemu. Rempongnya luar biasa. Ayo pulang. Dari tadi kok malah jadi ngerumpi lagi." tukas Bram yang terlihat paling dewasa di antara semua teman-temannya.
Tony dan Tri hanya saling berpandangan saja mendengar banyolan dari Syarif dan Kusuma tersebut.
"Come guys.. kita pulang.. Ren.. kamu kan yang paling jauh. Duluan gih.. toh dua minggu lagi kita berjumpa di rumahnya Tony untuk acara pernikahan mereka." ujar Andi yang sedari tadi mengamati saja.
Haris dan Janet tersenyum melihat tingkah laku teman-temannya ini. Semua orang di sini mempunyai cerita masing-masing.
"Iya baiklah Ndi.. kamu ini rewel juga ternyata." ucap Rendy seraya mengandeng tangan mungil istrinya untuk di arahkan ke mobil hitam besar milik lelaki itu.
"See you soon guys.. " seru Kusuma penuh semangat sembari melambaikan tangan rampingnya itu.
Rombongan Rendy, Andi dan Bram sudah jalan meninggalkan rumahnya Tri. Syarif dan Haris menyusul 15 menit kemudian untuk pulang juga. Setelah semuanya pergi. Tony dan Tri masuk ke rumah untuk mengobrol kembali dengan masing-masing pihak keluarga.
***
Tony meminta bantuan kakak perempuannya untuk mengurus segala kebutuhan untuk Tri pada saat acara pernikahan, calon istrinya itu tidak mempunyai sepupu wanita yang bisa di ajak untuk membantu. Kebanyakan lelaki dan masih sekolah. Kalaupun meminta bantuan dari Linda, sang kakak angkat itu tidak mungkin karena Linda sibuknya luar biasa.
Kakak perempuannya Tony sih tidak keberatan, anaknya sudah besar semua, ia bisa mengatur rumah Tony untuk bersiap menyambut istri Tony nanti. Tony sudah memberikan dana untuk acara tersebut. Tri sih tidak mau berlebihan, wanita ini mengatakan pada pihak keluarga Tony untuk resepsi yang sederhana. Karena dana yang ada nanti mungkin bisa di pakai untuk yang lain. Karena Tony mempunyai rumah sendiri dan cukup besar, rumah itu sengaja di pilih untuk menjamu para tamu. Semua keluarga dan teman-teman bisa datang ke acara dari pagi sampai sore hari. Sistem acara mereka siapa tamu undangan yang datang langsung menikmati hidangan yang ada karena mereka pikir mungkin ada keluarga yang datang siang bahkan sore.
"Ton.. apa kamu tidak mengundang ibu..?" tanya mbak Ayu selagi mereka makan malam di rumahnya Tony. Mbak Ayu dan ayah mereka sengaja masih di rumahnya Tony untuk menemani lelaki ini.
Tony terdiam, wajahnya mengeras karena pertanyaan tersebut. Ayahnya Tony menatap wajah anak lelaki yang seolah tidak mau memaafkan mantan istrinya tersebut.
"Nak.. berdamailah dengan hati kamu. Ayah tahu kamu sangat sakit hati, begitu juga ayah nak. Tapi, inilah takdir ayah, takdir kita. Semuanya dulu sudah ayah kerahkan untuk bisa menjadi suami yang baik dan juga mencukupi. Tapi, apa daya nak, ayah hanya seorang karyawan swasta biasa." ucap ayahnya Tony lembut.
Sekarang lelaki tua ini sudah pensiun tidak lagi berkerja, di waktu senggang ini, ayahnya Tony lebih banyak di kebun belakang rumahnya Ayu untuk menanami tumbuhan obat juga yang lainnya.
Tony tetap membisu tidak merespon ayahnya, lelaki ini memegang gelas dengan sangat erat seakan ingin memecahkan gelas yang terbuat dari beling tersebut.
"Ton.. kami sih tidak memaksa, hanya saja mengingatkan sekali lagi. Seberapa buruk perbuatan wanita tersebut pada kita, wanita ini tetaplah ibu kita. Mbak saja sebagai wanita sangat bersedih karena tidak ada ibu kita ketika harus melihat Rini, kakak kamu menikah tanpa adanya ibu. Dan kamu sangat beruntung Ton karena ibu kita sudah mau datang menghampiri kamu dan meminta maaf pada kita. Memaafkan itu lebih mulia daripada meminta maaf dik. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada ini. Ibu kita juga sudah berumur, kapan lagi dik kita harus berbakti kepada mereka, walaupun ibu kita tidak ada untuk kamu selama 25 tahun." ungkap mbak Ayu dengan mata berkaca-kaca.
Wajah Tony mengkerut seolah menahan rasa sedih dan sakit. Lelaki ini menarik napas berulang kali demi menghilangkan rasa sakit yang ada.
"Akan aku pikirkan lagi mbak. Ayah juga jangan khawatir. Aku memang keras kepala, tapi aku bisa membedakan mana yang baik dan juga yang buruk. Aku tahu tidak baik durhaka kepada seorang ibu ataupun ayah. Tapi, aku hanya manusia biasa." balas Tony dengan rahang kaku karena menahan emosi.
"Baiklah nak.. ayah sangat bangga pada kamu." jawab si ayah.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY... FOR YOU? {Geng Rempong : 7}
RomanceTri Anggraini, wanita karir yang bekerja sebagai staff Accounting. Dia merasa bosan dengan keadaannya hidupnya. Ia ingin mempunyai anak karena ibunya seorang dokter spesialis kandungan. Ia merasa sedikit iri dengan kehidupan orang lain. Tony Ishak S...