Happy Reading...
Pagi yang cerah dan cuaca yang mendukung untuk beraktivitas pagi hari. Membuat Indah yang awalnya tak akan pergi sekolah menjadi bersemangat untuk pergi ke sekolah. Karena pada kenyataannya, ia akan di-bully lagi oleh teman-temannya di sekolah. Buktinya, tidak ada yang mau berteman dengannya.
Gerbang sekolah sebentar lagi akan ditutup, untung saja Indah telah masuk, jika tidak, pasti ia akan terlambat. Dan terpaksa harus menerima hukuman yang berlaku di sekolahnya.
Bel masuk pun telah berbunyi, untung saja Amel dan temannya datang saat guru datang. Tapi ada yang mengejutkan hari ini. Sekolah Indah sekaligus kelasnya kedatangan siswa baru. Setelah masuk kelas, Ibu Nova memperkenalkan siswa baru itu kepada siswa-siswi yang ada di kelas X-IPA 2.
"Anak-anak, kita kedatangan siswa baru hari ini, dia pindahan dari Inggris," gumam Bu Nova sambil menunjukkan siswa baru yang ada di sampingnya.
"Woww!!!" sorak meriah dari siswa-siswi kelas X-IPA 2.
"Hai semuanya, nama saya Mahesa Anggara, saya ganteng karena saya cowok," gumam Mahesa memperkenalkan dirinya, sambil tersenyum manis.
"Baiklah, Mahesa. Kamu silahkan duduk," ujar Bu Nova lagi.
Sungguh mengejutkan, Mahesa lebih memilih duduk bersama Indah daripada teman cowok yang lain yang memintanya untuk duduk bersama. "Boleh gue duduk di sini?" tanya Mahesa kepada Indah.
"Boleh. Tapi...–"
Mahesa memotong ucapan Indah, "Boleh aja ya? Gue pengen duduk deket lo," tawarnya dengan senyuman lebar. Indah hanya membalasnya dengan senyum canggung, sepertinya ia tak bisa menolak keinginan Mahesa.
Mahesa pun duduk di samping Indah. "Boleh kenalan?" tanya Mahesa lagi, kali ini sambil menjulurkan tangan kanannya ke arah Indah meminta persetujuan atas permintaannya.
Indah mendongak, lalu membalas permintaannya. "Indah. Indah Ayumi," jawab Indah senyum lebar.
Perkenalkan singkat tersebut membuat mereka berdua tidak fokus untuk mendengarkan pelajaran yang guru sampaikan di depan kelas. Mereka sibuk membicarakan hal yang tidak penting. Tapi membuat mereka saling tertawa. Tawa yang telah lama hilang dari diri Indah.
Bagi Indah, ini adalah hari terbaiknya. Karena masih ada orang yang bersikap baik terhadapnya. Menurutnya, dia adalah pelangi yang datang setelah hujan.
Secepat itukah, memberinya gelar?
Meskipun pernah ada pelangi yang datang lalu pergi dengan seenaknya. Meninggalkan luka yang masih membekas hingga saat ini. Indah tak tahu jika suatu saat nanti dia datang kembali ke hidupnya. Apakah ia bisa memaafkan kesalahannya atau tidak. Karena luka yang dia goreskan dulu terlalu dalam.
Lamunannya buyar saat Mahesa memanggilnya, dan ternyata di kelasnya kini hanya ada mereka berdua. Siswa yang lain sudah sibuk berkutat dengan makanannya di kantin. Karena bel istirahat telah berbunyi sejak dari tadi, tapi Indah tak mendengarnya sama sekali. Padahal bel di sekolahnya berbunyi sangat nyaring. Sangat mustahil orang tak mendengarnya. Orang yang tuli pun mungkin bisa mendengar bel itu.
"Indah, lo baik-baik aja, kan?" tanya Mahesa bingung.
"Eh, Iya... baik-baik aja kok," jawab Indah cepat. Ketika ia sadar dari lamunannya.
"Ya udah yuk, ke kantin," ajak Mahesa. Indah terkejut, karena Mahesa memegang tangannya. Sampai ia bengong, dan membuat Mahesa kembali kebingungan.
"Kenapa? Kok bengong lagi, sih?" tanya Mahesa heran.
"Hah! Yuk ke kantin?" jawab Indah.
"Lo kok aneh, sih?" tanya Mahesa lagi.
"Aneh gimana?" Indah balik bertanya, dengan alis saling bertaut.
"Ya, gitu deh. Ke kantin aja, yuk?" ajak Mahesa lagi. Karena tak mau obrolan tak pentingnya merembet kemana-mana.
"Iya," jawab Indah singkat.
Mereka pun pergi ke kantin saling beriringan.
Sesampainya di kantin, Indah merasakan banyak pasang mata menatap mereka. Bukanlah hal aneh jika ada yang menatap Mahesa, karena dia memiliki paras yang tampan dan juga manis. Sementara Indah, itu adalah suatu kemustahilan. Jika ia ditatap oleh banyak pasang mata. Mungkin karena Indah telah dikenal seantero sekolah sebagai anak yang sering di-bully.
Saat Mahesa dan Indah telah duduk di kursi kantin. Mahesa mulai menyadari keanehan orang-orang yang menatap dirinya. Ditambah dengan bisikan-bisikan membicarakannya.
"Heh, ngerasa aneh gak, sih?" tanya Mahesa kebingungan.
"Aneh kenapa?" tanya Indah.
"Mereka kayak ngeliatin kita terus!" jawab Mahesa sambil mendekatkan wajahnya pada Indah.
"Mereka itu ngeliatin kamu, bukan aku. Wajar aja, kamu 'kan ganteng," ujar Indah tertawa kecil.
Melihat Indah tertawa, malah membuat Mahesa larut dalam tawa yang Indah buat. "Masa sih? Lo modusin gue, ya?"
"Apaan sih, nggak lah," elak Indah yang sudah dipastikan wajahnya telah berubah sedikit bersemu merah di bagian pipinya.
"Ngaku aja deh."
"Ih, nggak Mahesa."
"Iya, iya. Percaya."
Mahesa menampilkan wajah serius. Membuat Indah menjadi agak takut dengan perubahan wajahnya. "Eh, ngomong-ngomong, kok lo cantik, ya?" tanyanya.
"Ih, kirain apaan." Indah lega ternyata Mahesa tak mengatakan hal yang aneh-aneh. Hanya mengatakan hal yang menurutnya itu hal yang konyol.
"Haha. Biasa aja dong mukanya gak usah panik gitu."
"Aku biasa aja kok," elak Indah.
"Iya, iya." Mahesa berhenti tertawa, "By the way, kok di dalem kantin ini ceweknya pada ngeliatin gue semua, sih? Gue jadi risih tau."
"Haha. 'Kan aku udah bilang kalo kamu itu ganteng. Terima resiko aja."
"Ciee... Manggilnya aku-kamu. Muji-muji lagi," ledek Mahesa.
"Mulai... deh,"
Dan, Indah melupakan sejenak rasa sakit yang ia rasakan. Sepertinya, Indah tak pernah sebahagia ini sebelumnya bersama seorang teman. Karena yang sebelumnya juga tetap saja meninggalkannya sendirian. Bagai hilang ditelan bumi. Menembus awan hingga langit ke tujuh. Sampai tak kembali lagi ke awan yang sering menurunkan hujan.
🌧🌧🌧
Quotes: Pelangi memang indah. Tapi sayang, datangnya cuma sesaat. Gak tau kalau kamu.
🌧🌧🌧
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Hujan
Teen Fiction°• s e l e s a i •° **** Indah Ayumi, menginginkan pelangi di hidupnya datang, untuk pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Saat itu juga, Mahesa Anggara datang untuk menawarkan pelangi kebahagiaan yang sempat hilang. Tapi, Indah sendiri masih...