1. Hujan Itu |AWAL|

656 40 11
                                    

Happy Reading...

Mentari pagi menyambut setiap manusia yang bernyawa, termasuk gadis yang bernama Indah Ayumi. Pagi kali ini udara segar, dan semilir angin menerpa rambut gadis ini saat ia akan berangkat ke sekolah. Indah dengan semangatnya berangkat dengan menaiki bus yang biasa ia naiki.

Sesampainya di sekolah, tepatnya di kelas, Indah langsung mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya. Seperti biasa, Indah memang selalu mendapatkan perlakuan seperti itu setiap di sekolah. Tapi anehnya, ia tak pernah sekalipun merasa dendam kepada orang yang telah menyakitinya.

"Eh, anak culun ini udah dateng rupanya," gumam Amel sinis. Melayangkan gugatan tatapan tajam.

Amel adalah orang yang selalu mengganggu Indah. Orang yang katanya disegani oleh para siswa-siswi lain. Bertingkah berlagak sok ratu.

"Iya bener, anak kampung ini udah dateng, kirain gak bakalan sekolah lagi, "timpal Dinda sinis.

Dinda ini adalah teman Amel yang selalu mengganggu Indah juga. Dengan tingkah yang sama.

Indah hanya bisa terdiam, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam karena takut. Bahkan, teman-temannya tak berani mendekatinya karena takut.

"Enaknya kita apain ya, anak ini?" gumam Amel.

"Kita kerjain aja dia, atau kita suruh dia buat kerjain tugas kita, ya gak?" balas Dinda sinis.

Tiba-tiba bel masuk berbunyi nyaring, menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai. Akhirnya Indah dapat terhindar dari bully-nya Amel dan Dinda. Walaupun itu hanya berlaku sampai jam istirahat. Tapi setidaknya, ia bisa bernafas lega sebentar.

Pelajaran pertama dan kedua, sampai jam ketiga dan keempat, sepertinya Indah nikmati dengan sangat baik. Saat guru tengah menjelaskan materi di depan. Seketika bel istirahat berbunyi, guru pun mengakhiri pelajaran, lalu keluar setelah mengucapkan salam. Tak lupa, siswa-siswi juga langsung berlarian menuju kantin. Untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Saat Indah juga akan pergi menuju kantin, ada tangan yang menahannya dengan kasar dan memaksa untuk tidak keluar kelas. Ternyata orang itu adalah Amel dengan Dinda yang tersenyum miring. Mereka menyuruh Indah untuk mengerjakan tugas mereka. Dengan paksaan mereka, akhirnya Indah menuruti perkataan mereka. Karena memang, Indah tidak pernah membantah.

"Cepet! Kerjain tugas gue dan Dinda!" bentak Amel kasar sambil melempar buku miliknya dan milik Dinda.

"I...ya, aku kerjain," jawab Indah gemetar karena ketakutan.

Dengan perasaan tak bersalah, Amel dan Dinda pergi keluar kelas meninggalkan Indah sendirian. Indah yang sedang mengerjakan tugas mereka, hanya bisa menitikkan air mata. Menangis dalam diam. Ia tak bisa melawannya, atau bahkan menatap mata mereka yang tajam.

Lima belas menit kemudian, semua siswa-siswi masuk kembali ke dalam kelas. Berhubung bel telah berbunyi dan guru pun telah masuk kelas. Indah yang menyadari hal itu, langsung menyeka air matanya dengan tangan mungilnya. Di saat yang bersamaan, Amel dan Dinda menghampiri Indah. Mereka mengambil buku milik mereka secara kasar. Mungkin tak ingin ketahuan oleh guru.

🌧🌧🌧

Bel pulang telah berbunyi, siswa-siswi dengan kecepatan kilat menerobos gerbang sekolah yang telah terbuka. Termasuk Indah, yang ingin segera pulang ke rumah. Tetapi lagi-lagi ada tangan yang memegangnya secara kasar dan paksa. Dan tidak salah lagi, itu adalah tangan milik Amel. Amel menyuruh Indah untuk mengerjakan piketnya dan Dinda. Dengan segala ketidakberdayaannya, Indah selalu menuruti kemauan mereka.

Indah hanya bisa menangis lagi kali ini, dengan perasaan perih dan sakit yang telah menumpuk di hatinya. Ingin rasanya dia menumpahkan segala rasa sakit di hatinya, tapi ia tak bisa. Karena ia terlalu lemah untuk meronta.

"Kenapa aku selalu seperti ini, apa gak ada kebahagiaan di hidup aku?" tanya Indah pada dirinya sendiri dengan tangisan yang terus tak tertahankan. Selalu seperti ini.

Sesampainya di rumah, Indah langsung menuju ke kamarnya, mengunci pintunya dan langsung barbarengan sambil menutup matanya dengan wajah sembab akibat telah menangis.

Semoga saja, besok harinya berubah.

🌧🌧🌧

Quotes: Nyatanya hujan tak selalu membawa kebahagiaan. Mungkin saja hujan datang untuk menutupi kesedihan dari seseorang.

🌧🌧🌧

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang