23. Terkapar Kembali

53 7 0
                                    

Happy Reading...

"Apa kamu punya hubungan darah sama aku?"

Revan tersentak, "Hah?! Kenapa ngomong gitu?"

"Aku cuma nanya."

"Oh, oke."

Hening.

Mereka tak mengobrolkan apa-apa lagi. Keduanya sibuk mengaduk-aduk minuman yang ada di hadapannya, entah kenapa.

"Van, pernah gak kamu ngebentak orang?"

Revan menoleh, "Pertanyaan lo aneh."

"Ih, aku serius. Pernah, gak?"

"Ya pernah lah. Apalagi kalau orang itu jahatin kita mulu," jawab Revan cepat.

"Oh..., gitu, ya?"

"Iya, gitu."

Hening kembali. Sepertinya di antara mereka memang sedang kehabisan topik pembicaraan.

Tiba-tiba, tubuh Indah terasa lemas. Kepalanya pun pusing. Ini terlalu dadakan. Revan yang menyadari perubahan ekspresi Indah langsung panik. Dan akhirnya, Indah terhuyung pingsan di pelukan Revan. Tak sadarkan diri.

"In, kamu kenapa? Maafin aku ya, gak jagain kamu sebelumnya?"

🌧🌧🌧

Sudah dua jam berlalu, tetapi Indah belum juga sadarkan diri. Dirinya masih di ruang IGD. Keadaannya tiba-tiba kritis. Dokter menyarankan untuk merawat Indah sampai keadaannya normal.

Revan yang mendengar itu merasa sedih, apalagi setelah mengetahui penyakit yang diderita olehnya. Terlalu menyakitkan untuk menerima itu.

Kenapa harus Indah yang menerimanya? Kenapa tidak dirinya saja. Sungguh, Revan tak sanggup melihatnya.

Ponsel milik Indah, dirinya yang pegang. Dan sedari tadi terus saja ada panggilan masuk dari dua orang cowok yang menurutnya menyebalkan. Mengganggu saja.

Dengan terpaksa akhirnya Revan mengangkat panggilan dari salah satunya. Karena jujur, sebenarnya Revan kasihan terhadap peneleponnya itu. Seperti ingin mendapatkan kabar dari Indah.

Saat akan mengangkat panggilan dari yang bernama Deva_Anggara, panggilan itu malah terputus.

Baiklah. Untung saja ponsel milik Indah tak menggunakan password. Revan hanya akan melihat kegiatan apa saja yang Indah lakukan di media sosial.

Begitu banyak pesan WhatsApp dari orang yang tadi menelepon.

Deva_Anggara

In, sorry tadi gak pamit dulu waktu gue gak sekolah.
Indah? Bales dong. Jangan marah.
Indah! Jangan marah beneran dong. Maafin.
Oke, gak ganggu lagi.
In, kok lo gak aktif-aktif, sih.

Spam chat dari Deva itu membuat Revan mengulum senyum. Ternyata masih ada orang yang menyayangi Indah dengan tulus. Dan sejurus kemudian, langsung ada pesan masuk setelah Revan membaca pesan itu.

Kok cuma diread sih. Gue bukan koran, ya?

Maaf, baru buka hp.

Revan cekikikan kecil sambil mengetikkan balasan untuk Deva.

Oke, oke. Gue maafin.

Revan keluar dari roomchat Deva, beralih ke roomchat bernama Mahesa, karena baru saja ada pesan masuk darinya.

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang