26. Cemburu?

43 4 0
                                    

Happy Reading...

Semenjak Revan mengaku sebagai kembaran Indah. Hidup Indah merasa menjadi lebih berwarna. Pasalnya, ia sangat bahagia mendapat seseorang yang pasti akan terus bersamanya dalam suka maupun duka.

Indah sekarang, masih terbaring di rumah sakit. Dirinya masih harus menjalani serangkaian kemoterapi untuk menyembuhkan penyakitnya. Walaupun awalnya Indah merenggut tak setuju akan hal itu. Tapi, dengan rayuan dari Revan, akhirnya Indah luluh juga.

Dan sekarang, Revan pun sedang menemani Indah di kamar rawat Indah. Hanya berdua. Karena kakak-beradik itu, sedang sekolah. Ya, siapa lagi kalau bukan Mahesa dan Deva.

"Nih, makan dulu," ujar Revan seraya menyodorkan potongan jeruk menuju mulut Indah.

"Gak mau."

"Kenapa? Kamu kan lagi sakit."

"Aku bosen di sini terus," ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya, cemberut.

"Ya terus, gue harus gimana?"

"Ajak aku pergi dari rumah sakit ini, aku pengen ke danau," rajuknya.

"Kalo kata dokter gak boleh, gimana?"

"Harus boleh," kekehnya.

"Kok jadi manja gini, sih."

Indah tak merespons lagi, ia hanya cemberut seraya memalingkan pandangannya dari Revan.

Menghembuskan nafasnya kasar, hanya itu yang bisa Revan lakukan. Demi kembarannya ini, ia rela melakukan apapun. Lalu, Revan pun keluar menuju dokter yang merawat Indah. Ingin meminta izin agar Indah bisa keluar untuk sementara waktu.

Beberapa menit kemudian Revan masuk kembali ke kamar rawat Indah, menampilkan muka datarnya.

"Gimana?" ujar Indah yang sedang melahap jeruk dengan semangatnya. Padahal tadi menolak diberikan jeruk itu. Dasar Indah yang mulai manja.

"Gimana apanya?"

"Aku diizinin gak, keluar dari sini," ucap Indah menahan kekesalan yang sudah menumpuk.

"Hm, gimana, ya? Diizinin sih, tapi harus ke sini lagi. Dan jangan sampe kecapean."

"Oh...gitu, ya?"

Hanya bergumam tak jelas.

"Ya udah, kita ke danau, yuk?"

"Ke danau? Ngapain? Emang mau ke danau mana? Danau kan banyak? Gak takut tenggelem? Bahaya tau ke danau?" cerocos Revan yang hanya dibalas Indah dengan memutarkan bola matanya jengah.

"Ntar aku tunjukin tempatnya. Ayo!"

🌧🌧🌧

Pulang sekolah, Deva memutuskan untuk pergi ke danau, tempat yang biasa ia kunjungi di kala hati sedang tak karuan. Merenungi hal yang masih sulit untuk dimengerti akal sehatnya.

Entahlah, apa yang ia pikirkan. Yang pasti, jika terus dipikirkan. Malah akan membuat dirinya semakin pusing.

Deva tak sendirian di sini, ada Sherlyn yang menemani. Dia lah yang menyuruhnya ke sini. Dan entah kenapa Deva hanya bisa mengiyakan permintaannya. Mungkin dia sedang ada masalah sampai harus ditemani.

"Dev."

"..."

"Deva."

"..."

"DEVA!"

Deva terlonjak, "Apaan sih lo, ngagetin aja. Biasa aja kali manggilnya. Gak usah pake acara teriak-teriak," protes Deva.

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang