Happy Reading...
Hari ini Indah memilih untuk berangkat ke sekolah sendiri. Karena ia sedang tidak mood berbicara dengan orang yang selalu mengantar jemputnya. Itu semua karena kejadian semalam. Mereka terus-menerus men-spam chat. Jika tak dibalas akan terus-menerus mengganggu. Saat data selulernya ia matikan, tetap saja mereka memakai jalur menelepon.
Sesampainya di sekolah, Indah langsung duduk di kursinya. Si adik-kakak ternyata belum ada di sekolah. Sepertinya mereka memang akan telat masuk, atau bahkan memang tak akan pergi ke sekolah.
Tunggu-memangnya mereka ada urusan apa tidak sekolah? Sudahlah biarkan saja. Apa hubungannya dengan Indah. Memangnya kalau mereka akan pergi harus pamit terlebih dahulu? Tentu saja tidak.
Bel masuk sudah berbunyi sedari tadi, tapi yang ditunggu tak kunjung terlihat batang hidungnya. Kemana mereka?
Ya, Indah lah yang sedang menunggu adik dan kakak yang sama-sama ia sayangi.
Mungkin, mereka memang sedang izin sekolah. Ada kepentingan pribadi yang harus diselesaikan. Tapi apa? Indah tak berhak atas itu. Tapi kenapa dilubuk hatinya terdalam Indah sangat penasaran dengan apa yang membuat adik-kakak itu tak masuk sekolah.
Lamunannya harus terpaksa terhenti, karena seruan dari guru yang telah berada di depan. Entah sejak kapan dia ada di sana. Indah tak ingin mengetahuinya.
🌧🌧🌧
Pelajaran pertama sampai keempat tak Indah simak dengan benar, pikirannya masih melayang-layang di atas langit-langit kelasnya. Entah mencari apa. Yang pasti Indah sekarang sangat penasaran atas keabsenan adik-kakak itu yang sampai tak masuk sekolah. Padahal tadi malam mereka sangat sibuk men-spam chat-nya sampai Indah kewalahan membalasnya.
Tiba-tiba lamunannya itu harus terpaksa terhenti lagi. Gebrakan meja membuatnya terlonjak dan hampir saja terjatuh. Indah melirik sekitar, ternyata keadaan kelas sudah sepi. Pasti anak-anak yang lain sudah sibuk dengan makanan kantin.
Indah melirik dua orang yang ada di hadapannya takut-takut. Wajah mereka memang sangat tidak bersahabat. Tatapannya sinis, dan terlihat sangar. Siapa lagi kalau bukan Amel dan Dinda.
Masih ingatkah kalian dengan mereka? Orang yang selalu membully Indah. Yang selalu memerintah Indah, dan yang selalu memojokkan Indah.
Siapa sangka, ternyata mereka masih berani mengganggu Indah. Padahal semenjak Mahesa dan Deva berada di dekatnya, mereka sangat segan dengan Indah. Jangankan memerintah, mendekatinya saja sudah tak mau. Mungkin mereka takut.
Tapi sekarang apa, mereka ingin membully Indah kembali? Di saat Mahesa dan Deva tidak ada di dekatnya?
Shit.
Indah tak ingin mengatakan itu, tapi ia sudah muak dengan semuanya. Indah tak ingin seperti ini. Ia hanya ingin berteman dengan semua orang tanpa memandang status.
Tapi Amel dan Dinda selalu saja membuat kekesalan Indah memuncak. Dirinya diam bukan berarti lemah. Ia hanya tak ingin menambah masalah.
"Kenapa lo? Takut?"
Sudah cukup! Indah muak dengan semuanya. Indah ingin melawan semua hal yang menentang dirinya. Terlalu menyakitkan menerima semuanya.
"Yah,,, dia kan gak ada pelindungnya sekarang."
"Bener tuh, Din. Makanya sekarang si Indah takut."
Indah yang sedari tadi tertunduk mencoba untuk mendongak, mulai menatap mereka berdua dengan tenang. Mencoba untuk tidak emosi. Karena emosi tak ada gunanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Hujan
Teen Fiction°• s e l e s a i •° **** Indah Ayumi, menginginkan pelangi di hidupnya datang, untuk pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Saat itu juga, Mahesa Anggara datang untuk menawarkan pelangi kebahagiaan yang sempat hilang. Tapi, Indah sendiri masih...