Happy Reading...
Hari Senin, adalah hari yang paling bisa membuat para murid malas untuk pergi ke sekolah. Karena apa? Karena harus mengikuti upacara bendera dengan tertib. Dan hari ini juga, di SMA negeri 2 Bandung. Para murid sedang mengikuti upacara bendera. Ada yang sudah mengeluh kepanasan. Saling mengobrol dengan berbisik. Saling melempar kerikil ke teman. Dan masih banyak lagi keanehan para murid ketika sedang mengikuti upacara. Yang pasti, mereka jarang memperhatikan pembina upacara yang sedang memberikan amanat. Hanya segelintir orang saja yang turut mendengarkan, paling cuma anak OSIS atau memang anak yang taat aturan.
Pernah ada kejadian. Anak dari kelas X-IPA 1. Yang tiba-tiba ditegur oleh pembina upacara. Kalau Indah tidak salah ingat, namanya yaitu, Mayra dan Keivan. Dengar dari berita orang lain, katanya mereka itu sedang pacaran. Jadi, ditegur oleh guru pembina upacara.
Ya, Indah ingat kejadian itu. Ia jadi tersenyum mengingat-ingatnya. Betapa romantisnya mereka. Andai, ia bisa seperti mereka. Yang bisa bahagia tanpa beban apapun. Merasa ringan menjalani hidup. Tidak perlu bingung harus menentukan kebahagiaan yang seperti apa.
Tapi, satu hal yang Indah lupakan. Setiap orang pasti mempunyai masalah, bukan?
"Indah!"
Indah tersentak, "Hah? Kenapa?"
"Lo ngelamun, ya? Ini upacara udah selesai, lo nggak mau ke kelas?" ujar Amel
"Eh, udah, ya? Maaf, aku gak nyadar."
"Iya udah. Gak usah minta maaf... Oh, iya, kita ke kantin dulu, yuk?" ajak Amel.
"Amel yang traktir katanya," timpal Dinda yang langsung diberi tatapan tajam dari Amel. Sementara Indah, hanya terkekeh melihatnya.
"Gimana, mau gak?"
"Boleh deh, asal ditraktir kamu," balas Indah. Amel pun, langsung melotot seperti akan marah. "Eh, nggak kok, aku bercanda."
Amel pun terkekeh kecil, "Beneran juga nggak apa-apa, kok."
"Hei, kalian. Jadi ke kantin, gak? Ntar keburu guru masuk kelas, nih," celetuk Dinda kesal, karena dari tadi dikacangin.
"Iya, iya," sahut Indah dan Amel serentak, sontak membuat mereka saling menoleh lalu tertawa kecil.
Mereka bertiga pun, pergi menuju kantin secara beriringan. Perasaan hati Indah senang. Tidak pernah menyangka bahwa Amel dan Dinda akan menjadi temannya. Omong-omong soal Mahesa dan Deva, yang tidak berada di dekat Indah. Karena biasanya mereka akan selalu mengintili Indah kemanapun ia pergi. Mahesa, dia sedang sibuk mengurus masalah keanggotaan OSIS-nya, jadi, tidak bisa di dekat Indah saat upacara. Sementara Deva, dia sedang berada di ruangan UKS. Katanya tadi, dia mengeluh sakit kepala. Tahukah kalian apa yang biasa Deva lakukan di sana? Deva di sana, biasanya sedang enak-enakan menikmati makanan yang diberikan oleh penjaga UKS. Menurutnya, tak baik membiarkan makanan yang ada di depan mata. Pasti, sekarang pun sedang melakukannya.
Lamunan Indah tentang mereka berdua buyar, karena Dinda memanggil namanya.
"Iya, kenapa?"
"Lo mau pesen apa?"
"Mie ayam aja,"
"Oh, oke. Ditunggu, ya?" ujar Dinda sopan. "Eh, gue kok jadi kayak barista sih ngomongnya?" lanjutnya setelah sadar, bahwa ucapannya aneh.
"Lo cocok kok jadi barista, iya 'kan?" timpal Amel dengan nada seperti mengejek, seraya menoleh ke arah Indah, meminta persetujuan atas pendapatnya. Tapi Dinda malah merenggut sebal.
"Iya, cocok."
Di saat Indah dan Amel tengah menunggu pesanannya. Tiba-tiba, suara yang begitu familiar bagi Indah, memanggil namanya. Refleks, mereka berdua pun menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Hujan
Jugendliteratur°• s e l e s a i •° **** Indah Ayumi, menginginkan pelangi di hidupnya datang, untuk pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Saat itu juga, Mahesa Anggara datang untuk menawarkan pelangi kebahagiaan yang sempat hilang. Tapi, Indah sendiri masih...