10. Pelangi yang Berbeda

118 10 0
                                    

Happy Reading...

Indah menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Menutupi tubuhnya dengan selimut. Bersiap untuk tidur. Sambil mencerna perkataan Deva tadi siang. Menjelaskan tentang dia yang menghilang tiba-tiba.

Cukup lama Indah termenung, memikirkan hal itu. Apakah ia harus mempercayainya atau tidak?

"Lo harus berdamai dengan masa lalu."

Kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di kepalanya. Walaupun Indah mendengarkan penjelasan Deva. Tetap saja, Indah masih merasa sakit hati. Pergi tiba-tiba, kemudian datang kembali. Seperti fajar dan senja.

Lamunannya buyar, ketika terdengar dentingan dari ponsel milik Indah. Menandakan ada pesan masuk. Buru-buru, Indah langsung beranjak mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Nama seseorang tertera di layar ponsel.

Mahesa_Anggara

Good Night;)

Wajah Indah bersemu merah, setelah membaca pesan singkat dari Mahesa. Dengan cepat Indah pun membalas.

Indah_Ayumi

Good Night too:)

Entah sejak kapan, Indah selalu tersenyum bahkan tertawa jika berhubungan dengan Mahesa. Ia sendiri pun bingung, kenapa dirinya selalu ingin berada di dekatnya. Seakan kebahagiaan kini berpihak padanya. Indah sendiri nyaman bila bersamanya. Contohnya sekarang, dengan dia mengirim pesan singkat saja. Telah membuat Indah tersenyum tersipu malu.

Apakah Mahesa sebagai pengganti pelangi yang berbeda?

Lamunan Indah terhenti, ketika ponselnya berdering. Menampilkan nama Mahesa di layar. Ia terkejut, lalu mendudukkan dirinya. Agar lebih nyaman berbicara dengannya.

"Halo?" Terdengar suara di ujung sana.

"Halo."

Menghembuskan nafas sejenak, "Besok... gue jemput lo."

Indah terkekeh geli mendengar ucapan Mahesa. "Biasanya juga gitu."

"Hehe, habisnya gue bingung mau ngobrol apa sama lo," gumam Mahesa.

Lama saling terdiam akhirnya Mahesa bertanya lagi, "In, gue bahagia,"

"Hah?" Indah terkejut.

"Iya, gue bahagia." Mahesa tersenyum lebar. Walaupun pasti Indah tak bisa melihatnya.

"Karena apa?"

"Karena lo." Mahesa yakin bahwa perkataannya, telah membuat pipi Indah merona. Terbukti bahwa dia tak merespons apapun.

"Ciee..., blushing," ledek Mahesa.

"Apaan sih. Nggak," jawab Indah cepat.

"Iya, iya. Ya udah tidur gih udah malem," menghela nafas. "Good night."

"Tadi 'kan udah?"

Mengerti apa maksud dari Indah, Mahesa menambahkan.
"Nggak apa-apa lah. Dua kali lebih epic."

"Iya."

"Bales dong,"

"Good night, too." Setelahnya telepon pun terputus. Namun, senyum Indah belum juga pudar. Sampai tidur pun ia masih setia dengan senyumnya.

🌧🌧🌧

Kelas sudah kosong, hanya tinggal ia sendiri. Sepertinya ia tengah menunggu seseorang. Mahesa tadi telah pulang terlebih dahulu. Karena tadi Indah bilang kepadanya, bahwa ia ada urusan sebentar. Ya, Indah lah yang tengah duduk di kelas sendirian. Menunggu agar orang yang ditunggunya cepat datang.

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang