Happy Reading...
Pagi hari menyapa Indah yang baru saja bangun. Dengan sinar matahari yang menembus jendela. Serta udara yang menyejukkan hati.
Indah kini telah berada di meja makan. Lengkap dengan seragam sekolahnya. Untuk ikut serta sarapan bersama keluarga Mahesa.
"Pagi, Sayang," sapa Via.
"Pagi juga, Bunda. Ayah. Dan Mahesa juga," balas Indah dengan senyuman manisnya.
Setelah itu, Indah langsung duduk di salah satu kursi yang kosong. Langsung memakan sarapan paginya dengan khidmat. Tanpa berniat untuk berbicara dengan anggota keluarga Mahesa.
"Ya Tuhan, aku gak pernah ngerasain yang namanya keluarga bahagia," batin Indah.
Tanpa sadar, Indah menitikkan air matanya, lagi. Dan itu membuat bingung orang-orang sekitarnya. Mahesa yang menyadari itu pun memecahkan kebingungan yang terjadi. Dengan bertanya kepada Indah langsung. Tak ingin menebak-nebak apa yang terjadi kepada Indah.
"In, lo kenapa?" tanya Mahesa bingung.
Tak ada jawaban.
"Indah, kamu kenapa? Kok nangis?" tanya Via. Yang sedari tadi tampak khawatir, dengan Indah yang tiba-tiba menangis.
"Indah?"
Indah seketika tersadar dari lamunannya. "Eh, gak apa-apa kok, Bunda."
"Bener?"
"Iya."
Sarapan pun kembali berjalan dengan baik. Setelah sarapan, Mahesa dan Indah langsung berangkat sekolah. Menimba ilmu agar mereka dapat mendapatkan kebahagian yang tahan lama.
🌧🌧🌧
Sesampainya di sekolah, mereka langsung menjadi sorotan siswa-siswi. Mereka bertanya-tanya kenapa Indah bisa bersama dengan siswa baru yang tampan itu. Karena itu adalah keanehan yang mengganjal di pikiran mereka. Karena pada dasarnya, Indah tak pernah ditemani siapapun, selain dulu ada seseorang yang pernah menemani Indah kemanapun ia pergi.
"Eh, itu kok si Indah bisa bareng sama anak baru itu, sih?" bisik salah satu siswi pada temannya. Tetapi masih bisa didengar oleh orang lain di sekitarnya.
Mahesa yang menyadari hal tersebut, merasa risih. Dan mempercepat langkahnya. Dengan menggenggam tangan Indah. Sementara Indah, ia merasa kaget saat Mahesa menggenggam tangannya yang begitu erat. Seakan tak ingin kehilangan.
Bukan hal yang aneh bila Indah selalu menjadi perbincangan siswa-siswi jika ada orang yang mendekatinya. Atau bahkan berteman dengannya. Karena sejauh ini, Indah selalu sendirian. Indah dijadikan target bullying oleh teman-temannya. Bahkan sampai satu sekolah.
Dulu, pernah ada seorang cowok yang dekat dengan Indah, namun cowok tersebut meninggalkannya. Karena hal yang tak bisa dipungkiri. Indah ditinggalkan begitu saja tanpa ada kepastian yang jelas. Padahal mereka saling mencintai. Tetapi mereka tak berani mengungkapkan.
Indah tersadar dari lamunannya karena Mahesa memanggil namanya. Ternyata mereka telah berada di kelasnya.
Banyak sorot mata tak suka bila Indah mempunyai teman. Indah sendiri aneh kenapa mereka seperti itu. Mungkin karena Indah cantik. Ya, Indah memang cantik hanya saja dia tak memperlihatkan kecantikannya.
Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Lagi-lagi Indah kembali tersadar dari lamunannya.
Pelajaran telah selesai. Pelajaran hari ini cukup membuat otak Indah lelah. Karena materi yang diberikan oleh guru semuanya tentang menghitung. Walaupun Indah mempunyai nilai tinggi di Fisika tetap saja otaknya akan ngebul jika terlalu lama dipakai.
Indah dan Mahesa kini tengah berjalan di koridor sekolah menuju parkiran sekolah. Tiba-tiba saja Indah merasakan pusing yang luar biasa.
Tidak mungkin! Mahesa tak boleh tahu tentang keadaannya. Dan Indah tidak boleh pingsan di hadapan Mahesa. Jika tidak, maka semuanya akan terbongkar. Semua yang telah ia tutupi mati-matian harus terbongkar begitu saja.
Karena Indah sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit akan pusingnya yang ia rasakan, akhirnya ia pingsan di pelukan Mahesa. Terkulai lemah di pelukan Mahesa.
🌧🌧🌧
Indah tersadar dari pingsannya. Tetapi sakit di kepalanya tak juga menghilang seperti kesadarannya. Rasanya sangat sakit. Harus merasakan ini semua.
Indah baru menyadari bahwa ia sedang berada di ruangan serba putih, dengan bau khas obat yang menyengat. Menelusup masuk ke dalam rongga hidungnya.
Tiba-tiba pintu terbuka secara perlahan. Dan sudah pasti itu adalah Mahesa. Tapi dia menampilkan mimik wajah yang datar karena menahan kesedihan. Tapi juga seperti memendam kemarahan.
Mahesa memecahkan keheningan antara dia dengannya. Karena mereka saling melempar tatapan.
"In, lo kenapa?" tanya Mahesa lembut.
"Aku gak apa-apa," jawab Indah.
"Jangan bohong! Gue udah tau semuanya. Kenapa lo sembunyiin ini dari gue. Gue temen lo 'kan?" bentak Mahesa.
"Jadi, kamu....–"
Mahesa memotong ucapan Indah, "Iya, gue udah tau semuanya."
"Kenapa lo gak bilang sebelumnya. Ini itu penyakit yang serius. Leukimia," ujar Mahesa yang menjadi isakan tangis. Karena tak sanggup melihat keadaan Indah.
"Aku gak apa-apa, kok."
"Hah? Gak mungkin lo gak apa-apa. Lo pasti sakit 'kan karena ngerasainnya?"
"Iya, aku sakit. Tapi aku coba buat tegar. Biar semua orang gak khawatir mikirin aku," jawab Indah lirih dengan tangisan.
Melihat Indah menangis. Membuat Mahesa semakin tidak tega untuk membentaknya lagi, dan langsung saja memeluknya dengan erat. Seperti tidak mau kehilangan.
"Hesa, aku mohon sama kamu. Jangan kasih tau siapapun tentang kondisi aku. Termasuk Bunda sama Ayah kamu juga. Dan semua orang yang deket sama aku," ujar Indah setelah melepaskan pelukannya.
"Tapi, siapa aja yang tau semua ini?" tanya Mahesa
"Cuma kamu."
"Hah?! Berarti orangtua lo juga gak tau?" Mahesa tersentak atas jawaban dari Indah.
"Iya."
"In, kenapa lo gak cerita sama orang tua lo. Ini penyakit serius, lho."
"Aku gak bisa ganggu karier mereka. Lagipula aku gak mau bikin mereka khawatir."
"Tapi tetep aja, In. Lo harus kasih tau mereka," ujar Mahesa lagi meyakinkan.
"Please, Hesa. Jangan kasih tau siapa-siapa. Janji, ya?" pinta Indah sambil mengulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Mahesa.
Mahesa menghembuskan nafasnya pelan. Dan mengangguk tanda setuju sebagai jawaban. Tak lupa mengulurkan jari kelingkingnya kearah kelingking Indah hingga saling mengikatkan jari.
Kini, Indah berharap bahwa Mahesa tak seperti temannya dulu yang pergi begitu saja saat Indah membutuhkannya. Membutuhkannya sebagai penyemangat di hidupnya.
🌧🌧🌧
Quotes: Rahasia sebesar apapun, tetap akan terbongkar jika itu sudah waktunya. Untuk terbongkar.
🌧🌧🌧
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Hujan
أدب المراهقين°• s e l e s a i •° **** Indah Ayumi, menginginkan pelangi di hidupnya datang, untuk pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Saat itu juga, Mahesa Anggara datang untuk menawarkan pelangi kebahagiaan yang sempat hilang. Tapi, Indah sendiri masih...