3. Kembalinya Kebahagiaan

192 18 0
                                    

Happy Reading...

Saat Indah dan Mahesa larut dalam tawanya. Tiba-tiba Amel dan Dinda menghampiri mereka berdua. Amel menatap mereka berdua dengan tatapan tajam dan sinis. Sepertinya dia tak suka jika Indah mempunyai seorang teman.

Amel seketika menarik tangan Indah, untuk menjauh dari Mahesa. Ketika akan dihalaukan oleh Mahesa, gerakan tangan Amel terlalu cepat. Hingga Amel berhasil menarik tangan Indah. Indah meringis kesakitan karena tangannya digenggam terlalu kuat. Ralat! Cengkraman tangannya terlalu kuat.

"Lepasin gak!" teriak Mahesa sambil memegang tangan Indah yang digenggam oleh Amel.

"Gue gak akan lepasin dia, mendingan lo jauhin anak ini, atau hidup lo akan menderita," ucap pelan Amel, namun penuh penekanan.

"Gue gak akan jauhin dia, dia temen gue!" tukas Mahesa.

"Hah! Mahesa nganggap aku temennya," gumam batin Indah.

"Udah, udah, kenapa sih kalian jadi berantem!" teriak Indah dengan lantangnya. Yang akhirnya buka suara.

"Diem lo!" bentak Amel.

Indah langsung tersentak dengan bentakan Amel. Ia langsung menundukkan kepalanya lagi, karena takut.

Saat perdebatan berlangsung, tiba-tiba bel tanda bahwa istirahat telah selesai berbunyi, dan mereka menghentikan perdebatan tersebut. Juga Amel akhirnya melepaskan tangan Indah yang sedari tadi dicengkramnya secara kasar. Lalu pergi begitu meninggalkan mereka dan kantin.

"Argh!" Indah meringis kesakitan saat Amel melepaskan genggamannya. Sontak, Mahesa langsung refleks mendekatinya dan memberikan sentuhan hangat ke tangannya sambil mengelusnya lembut.

"Masih sakit, gak?"

🌧🌧🌧

Sesampainya di kelas, Indah dan Mahesa langsung duduk di kusinya masing-masing. Dan siap mengikuti pelajaran berikutnya.

Indah tak bisa fokus pada pelajaran, karena ia memikirkan sesuatu hal yang membuat ia menjadi sedih.

Saat semua murid telah pulang ke rumahnya masing-masing, Indah malah masih betah di kelasnya, ia bilang ia akan sendirian di rumah karena orangtuanya akan lembur di kantornya. Mahesa menyarankan untuk pergi ke rumahnya saja sambil menunggu orangtuanya pulang. Awalnya, Indah menolak tapi daripada ia sendirian di rumah lebih baik ia ikut saja ke rumahnya Mahesa.

"Udah sampe," gumam Mahesa.

"Iya," jawab Indah. Indah tampak terkejut saat melihat rumah milik Mahesa yang mewah, lebih mewah dari rumah miliknya. Tapi rumah Indah juga mewah. Sama mewahnya dengan rumah Mahesa.

"Ayo masuk, di rumah pasti ada Bunda," gumam Mahesa senyum, yang sudah pasti ditujukan untuk Indah. Karena tak ada lagi orang selain Indah di samping Mahesa. Indah tak membalas ucapan Mahesa, hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Yang menyatakan bahwa ia setuju dengan ajakannya.

Sesampainya di dalam, Mahesa langsung menyapa hangat Bundanya itu.

"Hai, Bun," sapa Mahesa.

"Hai, Sayang. Siapa itu yang kamu bawa?" jawab Bunda Mahesa—Luthvia Monica. Dan bertanya, siapa Indah.

"Hm, dia Indah, Bun. Temen sekelas aku, plus temen semeja."

"Oh, ya?" ujar Via, sedikit terkejut dengan alis terangkat.

"Iya, Tante," balas Indah pada Bundanya Mahesa.

"Eh, jangan Tante dong, panggil Bunda aja ya, Sayang," ujar Via lagi.

"Iya Tante, eh—Bunda maksudnya," ujar Indah sambil menutup mulutnya saat salah bicara.

"Ya sudah, yuk makan," ajak Via sambil berjalan menuju meja makan.

"Iya, Bunda," jawab Indah dan Mahesa serentak. Sampai mereka kaget karena menjawabnya secara bersamaan. Mereka menjadi salah tingkah berdua. Sementara Via hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan dua remaja di hadapannya ini.

Saat di meja makan, Indah, Mahesa dan Via saling tertawa, menceritakan masa kecil Mahesa yang bahagia. Sampai-sampai Indah merasakan kebahagiaan kembali, bersama orang lain. Walaupun mungkin saja itu hanya untuk waktu yang tak lama.

"Kalo kamu gimana, Indah?"

Indah tersentak, lamunannya terhenti saat Via bertanya, ia pun menoleh. "Gimana apanya, Bunda?"

"Gimana masa kecil kamu, Sayang?" tanyanya lagi disela-sela kesibukan mengunyah makanan yang ada di hadapannya.

"Gak ada yang seru, Bunda. Gitu-gitu aja. Monoton." Indah menundukkan kepalanya. Tatapannya sendu. Ia menatap makanan di hadapannya tanpa berniat untuk memakannya. Selera makannya hilang dalam sekejap.

"Lo kenapa?" tanya Mahesa, yang melihat perubahan sikap Indah yang secara mendadak.

"Gak apa-apa."

"Beneran."

"Iya, beneran."

"Maaf ya, Indah. Pertanyaan Bunda tadi salah, ya?" Via merasa bersalah atas pertanyaan tadi yang membuat perubahan sikapnya yang langsung berubah menjadi tatapan sendu. Seperti orang yang sedang menahan rasa sakit yang begitu dalam.

"Gak apa-apa kok, Bunda. Aku ngerti. Hanya saja aku sedih, karena gak pernah ngerasain keadaan kayak gini. Keadaan yang berada di antara keluarga yang harmonis."

Tanpa sadar, Indah lagi-lagi menitikkan air matanya untuk hal yang selalu membuatnya sedih bila diingat-ingat. Indah sangat menyesali kehidupan atas dirinya. Yang selalu sendirian. Jika bisa memilih, lebih baik ia tidak pernah dilahirkan saja ke dunia.

Bagaimana rasanya hidup tanpa diberi kasih sayang oleh orangtua? Apakah itu sakit? Tentu saja sangat sakit rasanya. Apalagi merasa tidak pernah dianggap keberadaannya. Seperti memang tak diinginkan. Selalu saja dirinya yang terluka.

Indah hanya menginginkan pelangi di hidupnya datang, dan pergi meninggalkan rintikan hujan sendirian. Meninggalkan kesedihan yang selalu menyatu dengan hatinya. Seakan-akan, ia tak ditakdirkan bahagia oleh Tuhan.

Pernah Indah bertanya dalam doanya, apakah ia memang tak pantas untuk bahagia? Hingga saat ia telah menemukan kebahagiaan itu, kebahagiaan itu malah pergi tanpa berbicara apapun, meninggalkannya sendirian lagi. Sampai akhirnya ia kembali merasakan rintikan hujan. Tidak!! Ini bukan rintikan hujan lagi. Tapi ini hujan yang terlalu deras, hingga menimbulkan sakit bila mengenai tanah. Tanah mungkin akan bisa menerima itu. Tetapi hati? Bisa menerima tapi terasa sangat menyesakkan.

"Aku cuma ingin bahagia sekarang. Dengan bertemu 'dia' lagi."

🌧🌧🌧

Quotes: Kembalinya kebahagiaan yang telah lama hilang. Berdampak baik bagi yang merasakannya.

🌧🌧🌧

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang