16. Memperjuangkan Kembali

84 7 0
                                    

Happy Reading...

Melihat orang yang kita cintai berbahagia dengan orang lain, pasti kita merasakan sakit. Apalagi orang itu adalah kakakmu sendiri. Ya, Kakakmu sendiri dan kamu sendiri mencintai orang yang sama. Pasti itu sulit, bukan? Antara merelakan atau tetap mempertahankan.

Deva. Memilih untuk mempertahankannya. Ia tak ingin menyerah sebelum berjuang. Ia juga tak ingin munafik. Berpura-pura sudah tak menyukainya, lagi. Ya, Deva akan mempertahankan perasaannya kepada Indah. Walaupun saingannya yang tak lain adalah Kakak kandungnya sendiri.

Tak ada salahnya bukan jika kita berjuang untuk mendapatkan cinta pertama. Atau lebih tepatnya cinta sejati. Tak ada yang salah dengan cinta. Yang salah mungkin jatuhnya, tidak pada orang yang tepat.

Memperjuangkan kembali adalah keputusan Deva. Ia ingin memiliki Indah, tetapi bukan berarti ingin merebut Indah dari Kakaknya.

Tapi bukankah Deva lah yang mengenalnya terlebih dahulu. Dan ialah yang mencintainya terlebih dahulu.

Maka dari itu, Deva akan mendapatkan hati Indah lagi. Mencoba untuk memperbaiki kesalahannya waktu itu dengan Indah.

Pintu kamar rumah sakit yang ditempati Indah terbuka. Menampilkan sosok laki-laki yang yang tak lain adalah Deva. Deva ingin menjenguk Indah. Karena sudah seminggu ini dia dirawat di rumah sakit. Tapi sayang, kedua orang tuanya tak pernah menjenguk Indah, karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Atau mungkin Memang tak tahu Indah dirawat di rumah sakit. Atau lebih parahnya, tidak peduli dengan Indah.

Dan selama seminggu ini, Deva dan Mahesa lah yang merawat dan menjaga Indah. Bunda dan Ayah pun turut ikut andil membantu Indah. Penyakit Indah tak terlalu parah, tapi cukup membuatnya lemah tak berdaya.

"Hai!" sapa Deva kikuk.

"Deva?"

"Gimana, udah gak sakit lagi, 'kan?" tanyanya sambil menghampiri Indah yang sedang terkapar di atas ranjang, lalu duduk di kursi yang telah disediakan, tepat di samping ranjang rumah sakit yang Indah pakai.

"Iya, udah."

"In, boleh gue minta sesuatu dari lo?"

"Apa?"

"Kasih gue kesempatan."

Indah tak mengerti apa yang dimaksud dari perkataannya. Indah hanya bisa mengerutkan keningnya. Entah Deva yang peka atau selalu mengerti dengan kebingungannya. Deva pun melanjutkan perkataannya.

"Kasih gue kesempatan buat memperbaiki semuanya."

"Maksud kamu apa?" Indah masih belum mengerti apa maksud dari perkataannya.

"Biarin gue memperjuangkan cinta gue lagi sama lo, sampe lo sendiri udah punya pilihan," jelas Deva.

"Ada apa?!"

Suara bariton itu membuat Deva dan Indah langsung menoleh ke asal suara. Ternyata itu adalah Mahesa.

"Kenapa pada diem?"

"Nggak, gak ada apa-apa kok."

"Oke."

Setelah mengatakan itu, Mahesa langsung menghampiri Indah.

"In, hari ini 'kan lo udah boleh pulang. Gimana kalo gue ajak lo jalan."

"Jangan!"

Seruan itu bukan dari mulut Indah, melainkan dari mulut Deva.

"Kenapa jangan?"

"Indah masih lemes."

"Serah lo," ujarnya.alas kepada Deva. "Gimana? Mau, 'kan?" ujar Mahesa kepada Indah, yang meminta persetujuan atas permintaannya.

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang