28. Harus Pilih Siapa?

47 3 0
                                    

Happy Reading...

Karena mendengar kalimat keramat dari Revan. Ia mengurungkan niatnya untuk membolos. Maka dari itu, ia kembali ke kelasnya dengan wajah murung sekaligus kesal. Untung saja dia itu kembarannya Indah, jika bukan mungkin tadi ia akan menghabisinya karena ucapannya yang membuatnya naik pitam.

Derap langkah kaki malas, terdengar di koridor sekolah. Akibat sepatu yang bergesekan dengan lantai. Deva, memasuki kelasnya kembali. Langkahnya terhenti di ambang pintu. Melihat Indah dan Mahesa yang ternyata pisah tempat duduk lagi. Ya, Deva merasa bingung, karena biasanya mereka selalu semeja bagaimanapun keadaannya. Walau sempat terpisah beberapa waktu lalu.

Tapi, Deva tak ingin memusingkan hal itu. Ia pun melangkah kembali, menuju tempat duduknya. Dan duduk dengan damai, sembari menangkupkan wajahnya ke atas meja.

"Deva?"

Panggilan itu membuatnya menoleh sedikit mendongak, lalu mengangkat sebelah alisnya. Dia memperlihatkan senyum tulus yang selalu dia berikan kepada siapapun.

"Habis dari mana?"

"Rooftop."

"Ngapain."

"Pacaran."

Indah tersentak, "Hah? Kamu punya pacar? Kok aku gak tau."

"Kenapa respons lo kaget gitu?"

"Ng...gak, aku biasa aja."

"Ya."

"Oke, makasih atas jawabannya," ujarnya lalu berbalik. Tapi, baru saja berpaling darinya, dia mencekal lengannya. Sontak, hal itu membuat Indah menoleh kembali menampilkan raut bingung.

"Lo marah sama gue?" tanya Deva serius, menatap matanya penuh harap.

"Marah? Emang wajah aku kayak orang yang lagi marah?" tanya balik Indah bingung.

"Kata Revan, lo lagi marah sama gue."

"Revan?" Seperti mengingat sesuatu, Indah pun tersenyum. Tapi efek senyum itu terlalu dahsyat bagi Deva. "Aku nggak marah sama kamu, kok."

"Bener?"

"Ya."

"Nggak bohong, 'kan?"

"Gak."

"Beneran nih, nggak bohong?"

"Iya, Deva Anggara. Ngeselin ih," gregetnya, lalu beranjak pergi dari hadapan Deva. Kembali duduk ke kursinya.

"Gak usah cemberut gitu, nanti mukanya jelek," ledek Deva setengah teriak. Karena jaraknya cukup jauh.

Indah yang mendengar itu langsung bulshing.

"Ciee, bulshing nih. Ralat deh, cemberutnya malah bikin lucu. Pengen cubit pipinya deh," ledeknya yang masih setengah teriak. Yah, Indahnya malah tambah bulshing. Tapi di sisi lain, Mahesa melihat kejadian itu semua. Menatap mereka berdua dengan tatapan nanar dan sendu.

💔💔💔

Entah kerasukan setan apa, Mahesa dan Deva mendadak menjadi sangat perhatian terhadap Indah. Biasanya mereka tidak seperti itu, sewajarnya saja memberikan perhatian. Kini, mereka tampak seperti ingin menunjukkan pada Indah seberapa pantasnya ia dengannya.

Tentu saja, hal itu malah membuat Indah kewalahan dengan tingkah mereka. Waktu itu saja, mereka pernah berbuat seperti ini. Hanya saja cuma lewat media sosial. Tapi sekarang, hal yang dulu Indah ralat harus benar-benar terjadi. Uh, kalo gini jadinya, waktu itu aku nggak bakalan ngebayangin hal kayak gitu.

Rintihan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang